Enzio Alexander Pratama, pria 28 tahun dengan kekayaan dan status yang membuat iri banyak orang, ternyata menyimpan rahasia kelam—ia impoten.
Sebuah kecelakaan tragis di masa lalu merampas kehidupan normalnya, dan kini, tuntutan kedua orangtuanya untuk segera menikah membuat lelaki itu semakin tertekan.
Di tengah kebencian Enzio terhadap gadis-gadis miskin yang dianggapnya kampungan, muncul lah sosok Anna seorang anak pelayan yang berpenampilan dekil, ceroboh, dan jauh dari kata elegan.
Namun, kehadirannya yang tak terduga berhasil menggoyahkan tembok dingin yang dibangun Enzio apalagi setelah tahu kalau Anna adalah bagian dari masa lalunya dulu.
Bahkan, Anna adalah satu-satunya yang mampu membangkitkan gairah yang lama hilang dalam dirinya.
Apakah ini hanya kebetulan, atau takdir tengah memainkan perannya? Ketika ego, harga diri, dan cinta bertabrakan, mampukah Enzio menerima kenyataan bahwa cinta sejati sering kali datang dari tempat yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. DuaPuluhTuju
“Anna, maafkan Ibu, sayang.” air mata mengalir di pipi Laras saat dia berlutut di hadapan Anna, tangannya mencengkeram ujung gaun gadis itu.
Anna hanya menatapnya dingin, tanpa emosi.
“Ibu janji akan menyayangimu, akan merawatmu seperti yang kamu inginkan,” lanjut Laras. “Ibu meninggalkan ayahmu karena dia–”
“Cukup!” Anna memotong ucapan Laras dengan tegas. Dia tak ingin mendengar satu kata pun lagi. “Jangan menjelek-jelekkan ayah saya, Nyonya Laras! Ayah saya tidak seburuk yang anda kira!”
Laras terisak semakin keras. Dia menggenggam tangan Anna, berusaha mencari simpati.
“Ibu mohon, selamatkan Ibu. Ibu akan membalas semuanya,” pinta Laras.
“Mama, apa yang Mama lakukan?! Kenapa gadis kampungan ini memanggil Mama dengan sebutan ibu?! Katakan yang sebenarnya!!”
seru Viona berdiri dengan tubuh gemetar, tatapannya penuh kebingungan dan juga kemarahan.
Laras menarik napas panjang, lalu menatap putri bungsunya dengan air mata yang masih mengalir. “Anna adalah kakak kandungmu, Vio.” akhirnya Laras mengungkapkan kenyataan itu.
Deg.
Seperti petir yang menyambar di siang bolong, tubuh Viona langsung menegang. Matanya membesar, napasnya memburu.
“T-tidak… Itu tidak mungkin!!” pekik Viona, kepalanya menggeleng keras.
Gadis cacat kampungan ini kakak kandungnya?
“Tidak, Ma! Gadis ini tidak mungkin kakak aku!” Viona berteriak, emosinya tak terbendung. Tatapannya beralih ke arah Anna yang masih berdiri diam.
Dan kenyataan itu semakin menusuk hati Viona. Wanita yang paling dia benci, wanita yang selalu ia hina ternyata kakak kandungnya sendiri.
Dan lebih dari itu wanita ini juga dicintai oleh Enzio—pria yang Viona cintai dengan segenap hatinya.
Dunia Viona benar-benar hancur.
Tanpa pikir panjang, Viona berlari keluar ruangan dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
“Viona!” Theo yang sejak tadi diam langsung mengejar Viona. Dia tahu gadis itu sedang dalam keadaan tidak stabil, dan dia tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.
Hujan semakin deras, membasahi jalanan yang mulai tergenang.
Sementara itu, di dalam ruangan, kini hanya tersisa tiga orang—Laras, Anna, dan Enzio.
Anna menghela napas panjang, lalu menatap Enzio dengan sorot mata penuh luka.
“Enzio,” ucapnya lirih. “Sekarang kamu tahu kan kalau aku adalah putri seorang pembunuh?”
Tatapan Enzio masih kosong.
“Aku kotor,” lanjut Anna, tersenyum miris. “Kamu boleh meninggalkanku.”
Enzio mengepalkan tangannya. Dalam sekejap, semuanya terasa kacau.
Anna tersenyum tipis. Dia sudah tahu, setelah ini Enzio pasti akan membencinya. Mungkin bagi pria itu, dia sudah tak ada bedanya dengan Laras.
Anna kini menoleh ke ibunya. “Lebih baik Anda mempertanggungjawabkan perbuatan Anda. Serahkan diri Anda ke pihak berwajib.”
Laras tersentak. “Anna! Tidak!!” Dia mencoba menarik tangan Anna, tapi gadis itu langsung melepaskan diri dengan kasar.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Anna berbalik dan melangkah pergi.
Namun, sebelum dia benar-benar keluar dari ruangan, suara Enzio menahannya.
“Anna! Apakah kamu ingin meninggalkanku lagi sama seperti dulu?”
Anna menutup matanya sejenak, lalu berbalik menatap pria itu. “Lalu bagaimana dengan perasaanmu padaku?” tanyanya. “Apakah tetap sama setelah mengetahui semua ini?”
Enzio terdiam. Pikirannya benar-benar kacau. Dia ingin berteriak bahwa perasaannya tidak akan pernah berubah.
Tapi di satu sisi, kenyataan ini begitu berat baginya.
Dia menginginkan Anna, tapi sekarang, Anna adalah putri dari wanita yang telah menghancurkan keluarganya.
Anna mengangguk pelan, seolah memahami kebingungan Enzio. “Aku mengerti,” bisiknya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, Anna melangkah pergi.
Dan kali ini, dia benar-benar pergi. Meninggalkan Enzio yang masih berdiri di tempatnya dengan hati yang hancur.
_______
Sejak pertunangan Enzio dan Viona berakhir dengan kehancuran, segalanya berubah drastis.
Laras, wanita yang selama ini menyembunyikan dosa masa lalunya, akhirnya diserahkan kepada pihak berwajib. Pengadilan menjatuhkan hukuman seumur hidup kepadanya atas kejahatan yang telah dia lakukan di masa lalu.
Namun, ada kemungkinan hukumannya bisa diringankan jika dia menunjukkan perilaku baik selama di dalam penjara.
Di sisi lain, keluarga Adrian akhirnya bisa sedikit bernafas lega, meskipun luka yang ditinggalkan oleh kebenaran ini masih membekas di hati mereka.
Sementara itu, Enzio mengurung dirinya di kamar.
Sejak kejadian itu, dia kembali ke kebiasaannya dulu, membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan.
Sama seperti saat dulu, saat Anna pergi meninggalkannya dan memilih tinggal di panti asuhan. Hanya saja, kali ini rasanya jauh lebih menyakitkan.
Enzio duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke luar jendela.
“Anna…” gumamnya.
Gadis itu adalah satu-satunya wanita yang berhasil membangkitkan hasratnya. Sebelumnya, dia tak pernah tertarik pada siapapun.
Namun, Anna berhasil membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda.
Tapi di sisi lain…
Dia adalah putri dari wanita yang telah membunuh neneknya.
Bagaimana dia bisa menghadapi itu? Bagaimana dia bisa mencintai wanita yang di dalam darahnya mengalir keturunan dari seorang pembunuh?
Tok tok!
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, membuat Enzio menoleh. Kania masuk dengan langkah pelan, menatap putranya dengan penuh kasih sayang.
“Mau sampai kapan kamu seperti ini, Zio?”
Enzio tidak menjawab. Kania berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang, berhadapan dengan putranya.
“Anna tidak bersalah,” lanjutnya. “Dia hanyalah korban. Kamu tidak bisa menyalahkan dia atas kesalahan ibunya.”
Enzio menundukkan kepala. Dia tahu itu. Dia tahu Anna tidak pernah bersalah. Tapi, kenapa hatinya tetap terasa begitu berat?
“Kamu mencintai Anna, bukan?”
Enzio menoleh, menatap ibunya dengan sedikit terkejut.
Kania tersenyum lembut.
“Mama tahu sejak kecil kamu sudah memiliki perasaan itu untuknya,” kata wanita itu pelan.
“Tapi kamu berpura-pura dingin terhadapnya, seolah-olah kamu tidak peduli, hanya untuk menutupi perasaanmu yang sebenarnya.”
Enzio terdiam. Kata-kata ibunya menusuk tepat ke dalam hatinya. Sejak dulu, dia memang selalu menghindari perasaan itu. Dia memilih bersikap dingin terhadap Anna, menutupi keinginannya sendiri.
Karena dia takut. Takut jika perasaan itu tidak terbalas.
Takut jika pada akhirnya dia akan kehilangan Anna selamanya. Dan kini, saat Anna benar-benar pergi, dia sadar. Ketakutannya menjadi kenyataan.
“Ma…” suara Enzio terdengar serak.
Kania menatap putranya penuh kasih sayang.
“Susul dia, Sayang,” bisiknya alu menggenggam tangan putranya. “Anna akan segera menikah dengan Arman.”
Kata-kata itu membuat Enzio langsung membelalakkan mata.
“Apa?” bisiknya tak percaya.
Kania mengangguk. “Kamu tidak mau cinta pertamamu jatuh ke tangan orang lain, kan?”
Enzio merasakan dadanya sesak.
“Mama yakin, Anna juga mencintaimu, Zio,” lanjut Kania.
Enzio menggigit bibirnya, pikirannya berputar dengan cepat. Anna akan menikah dengan pria lain. Pria yang mungkin bisa memberikan kehidupan yang lebih stabil dan tenang untuknya.
Tapi…
Apakah itu yang Anna inginkan? Atau sebenarnya, gadis itu hanya mencoba melarikan diri?
Setelah mengatakan semuanya, Kania berdiri. Dia menatap putranya sekali lagi sebelum akhirnya melangkah keluar dari kamar.
Tinggalah Enzio seorang diri. Dalam kebimbangan yang semakin dalam. Tanpa pikir panjang, Enzio bangkit dari tempat duduknya.
Dia tidak akan membiarkan Anna menikah dengan pria lain. Tidak sebelum dia memperjuangkan gadis itu dengan segenap hatinya.
“Anna, tunggu aku!”
Udah aku panjangin, kalau bosen komen aja ya kak🤣