(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 04
ISTRI 13 TAHUN
04
***
Motor Pajajar sudah terpakir di halaman sekolah SMA, sudah satu tahun ini dia menjadi guru matematika. Menjadi guru bukan karena impian, tapi lantaran Pajajar selalu ingin bersama dengan Diah.
Berjalan masuk melewati banyaknya murid yang berdatangan, Pajajar di sapa oleh muridnya, apalagi murid perempuan, mereka akan senantiasa selalu menyempatkan diri menyapa guru tampan ini.
Setelah itu Pajajar segera berjalan menyusuri ruang kelas murid, dia harus ke ruang guru terlebih dahulu untuk memeriksa materi pelajaran apa yang harus dia sampaikan pada muridnya hari ini.
Baru saja Pajajar akan masuk ke ruang guru, dari kejauhan netranya menangkap dua guru lain yang sedang kasmaran saling senggol, dan tertawa mesra. Seketika hati Pajajar terasa amat panas, tak ingin melihat adegan itu, Pajajar langsung masuk ke dalam ruang guru, dan meletakan tas di mejanya.
"Jelas ini adalah lingkungan sekolah, anak murid di larang berpacaran, tetapi gurunya malah mencontohkan hal seperti itu." Pajajar mengomel di dalam hatinya. Dia tidak seberani itu untuk mengatakan hal tersebut pada Diah dan Eko.
Mungkin Pajajar akan tetap menegur, tetapi dengan cara yang berwibawa. Pajajar membuka buku dan mencari materinya.
"Hahaha, Abang bisa aja!" Suara Diah terdengar lembut bercanda dengan kekasih barunya.
Eko dan Diah masuk ke dalan ruang guru, mereka lalu menyapa Pajajar yang tengah fokus mencari materi pembelajaran.
"Selamat pagi Pak Jaja!" Sapa Eko.
"Wah Pak Jaja rajin sekali ya, biasanya jika mau ke sekolah pasti membawakan aku makanan."
Pajajar menoleh. "Kamu kan sudah punya pasangan Diah, jadi aku tidak perlu lagi melakukan hal itu."
"Tidak apa Pak, saya tidak keberatan jika Bapak melakukan hal biasanya Bapak lakukan pada Diah." jawaban Eko sukses membuat Pajajar kesal.
"Iya Pajajar, Bang Eko engga keberatan sama persahabatan kita. Jadi tidak perlu jaga jarak begitu denganku." Diah mendekati meja Pajajar, tangannya ingin memukul lengan lelaki itu, tetapi dengan cepat Pajajar menahannya dan berdiri.
"Tolong Diah, saya juga sudah memiliki calon istri yang harus saya jaga perasaanya. Kamu juga begitu." Setelah mengatakan itu, Pajajar segera keluar dan menuju ke kelasnya mengajar.
"Kenapa Pajajar jadi seperti itu?" tanya Diah heran, Eko menggidikan bahunya.
"Prinsip lelaki kan berbeda- beda. Jadi kamu harus menghormati keputusan Pajajar, Diah." ucapan Eko semakin membuat Diah heran.
"Masa hanya karena pasangan, rela menjauhi teman masa kecil yang selama ini selalu menemaninya?" gumam Diah sendiri.
***
"Ini PR yang harus dikumpulkan minggu depan ya, Bapak tidak mau ada yang tidak mengumpulkan, dengan alasan apapun. Karena waktu yang diberikan cukup lama."
"Baik Pak." jawab semua murid serentak. Lalu Pajajar duduk di mejanya.
"Eh kalian tau tidak? Bu Diah dan Pak Eko belakangan sering berduaan." Salah satu murid perempuan yang duduk dibangku paling depan mengajak teman sebangkunya bicara.
"Iya kamu benar, mereka terlihat begitu serasi ya."
"Iya kamu benar, aku jadi iri sama Bu Diah, karena bisa dekat dengan dua guru tampan di sekolah ini." Pajajar yang mendengar obrolan muridnya itu merasa telinganya panas.
"Tapi menurutku Bu Diah murahan, kemarin nempel terus dengan Pak Jaja, lalu sekarang Pak Eko." Mendengar ucapan itu Pajajar ingin menegur, tapi tidak jadi lantaran salah satu murid lain.
"Jangan bicara begitu, aku malah bersyukur karena Pak Jaja tidak lagi dekat dengan Bu Diah, jadi aku bisa mendekatinya!"
Pajajar berdiri, "Baik semuanya, pelajaran sudah selesai."
Setelah mengatakan hal itu, semua murid memberi salam dan berterimakasih pada Pajajar.
Dari pagi ke sore hari, rasanya berlalu begitu cepat. Biasanya Pajajar akan pergi berkeliling dengan Diah sehabis mengajar, tetapi belakangan ini sudah tidak lagi.
"Aku akan menikah, siapapun wanita itu aku tidak ingin membuatnya terluka."
"Semoga aku bisa mencintainya."
TBC