Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sertifikat Tanah
Kring ... kring ... suara dering telepon dari handphone milik Fanny.
"Siapa, Fan?" tanya Killa.
"Bentar gue lihat." Fanny segera mengeluarkan handphonenya dari dalam tas dan melihat dari siapa panggilan itu berasal. "Eh, ini pak Darman, Kill!" cetus Fanny.
Tak pikir panjang, Fanny segera menerima panggilan telepon itu.
"Halo ... pak Darman? sapa Fanny.
"Halo ... Bu, saya sudah berhasil mendapatkan sertifikat rumah sesuai dengan perintah Bu Fanny." ucap Darman tak basa-basi.
Fanny terperanjat. "Oya? Serius?" Fanny berbinar.
"Benar, Bu." sahut Darman.
"Ok bagus! Kalau gitu kita bertemu di taman kota sekarang, gimana?" tanya Fanny.
"Baik, Bu. Saya meluncur kesana sekarang." sahut Darman.
"Oke, sampai ketemu disana." tutur Fanny.
"Baik, Bu." ucap Darman.
Kemudian telepon dimatikan.
"Gimana, Fan? Apa kata dia?" Killa penasaran.
"Yes ... berhasil, Kill! pak Darman berhasil ngambil sertifikat rumah itu ..." sahut Fanny dengan riang.
"Lo serius?" tanya Killa.
"Gue serius Killa ... ya udah kita on the way sekarang, tunggu apa lagi?" ajak Fanny.
Killa terlihat sangat senang mendapatkan kabar baik yang sudah sangat ditunggu-tunggu olehnya.
"Oke, kita kesana sekarang." sahut Killa.
Killa tak menunggu lagi dan sudah tak sabar ingin melihat isi dari sertifikat rumah itu.
Mereka berdua segera bergegas pergi menuju taman kota.
****
Dalam 10 menit, Killa dan Fanny sudah sampai di taman kota dan menunggu kedatangan Darman disana.
Tak lama, 2 orang bertubuh kekar dan berpakaian mirip debt kolektor menghampiri Killa dan Fanny.
"Selamat pagi, Bu Fanny?" sapa Darman.
Fanny segera menyambut kedatangan Darman dan Jefri. "Selamat pagi Pak Darman dan Pak Eje ... gimana?" Fanny tak sabar.
Darman segera mengambil sesuatu dari balik jaket kulit yang dipakainya.
"Apa berkas ini yang Bu Fanny maksud?" Tanya Darman, sambil menyodorkan berkas itu pada Fanny.
Fanny segera mengambilnya dan langsung memberikannya pada Killa. "Coba Lo' periksa dulu, Kill." Fanny meminta agar Killa memeriksa berkasnya terlebih dahulu sebelum memberi jawaban pada Darman.
Killa tak sabar dan segera membuka satu persatu sertifikat-sertifikat itu.
"Ini ... sertifikat tanah, ini ... sertifikat perusahaan, ini ... sertifikat rumah, ini ... juga sertifikat tanah, yang ini ... ya, ini dia!" cetus Killa. Killa menyisihkan yang lain dan membaca ulang dengan teliti satu berkas temuannya.
"Gimana, Kill?" Fanny penasaran.
"Ini dia, Fan! Gue yakin ini pasti sertifikat rumah itu. Ternyata bener, dalam surat rumah ini memang tertulis nama gue, Fan. Kalau gitu berarti Mas Toro emang udah bohongin gue!" Raut wajah Killa berubah drastis menggambarkan kekecewaan.
"Lo yakin itu surat rumah nya, Kill? tanya Killa.
"Iya, gue yakin, Fan! Gue harus minta penjelasan dari Mas Toro." jawab Killa.
Fanny menepuk pundak Killa. "Sabar dulu ya, Kill? Kita bahas itu nanti, sekarang waktunya buat ketemu Salpa dulu, ok?" ucap Fanny.
Killa hanya mengangguk.
"Oh iya sorry ... Pak Darman, makasih udah bantu saya ya, Pak? Saya akan kasih bonus 2x lipat sesuai janji saya. Kirim nomor rekening Pak Darman ke nomor saya sekarang ya?" ucap Fanny pada Darman.
"Baik, Bu. Senang bisa kerjasama dengan Bu Fanny." tutur Darman.
Fanny tersenyum puas. "Oh iya, segala bentuk resiko yang mungkin saja terjadi, sekarang udah bukan tanggung jawab saya lagi ya, Pak Darman?" tanya Fanny.
"Ibu tenang saja, saya pastikan semuanya aman terkendali." sahut Darman.
Fanny mengangguk puas atas cara kerja Darman dan Jefri. Kemudian segera mentransfer sejumlah uang pada Darman.
"Sudah saya transfer. Saya pamit ada urusan penting!" ucap Fanny.
"Baik, Bu." tutur Darman.
Setelah urusan dengan Darman dan Jefri selesai, Killa dan Fanny segera bergegas pergi untuk menemui Salpa.
Dalam perjalanan ...
"Menurut Lo, sekarang Salpa posisinya dimana, Kill?" tanya Fanny.
"Gue juga gak tau, Fan!" jawab Killa.
"Ya udah Lo pake feeling aja, Kill. Biasanya orang yang lagi hamil itu feeling nya kuat ..." cetus Fanny.
"Kagak lah ... sama aja, Fan!" Tapi hati gue kata ... kayaknya kita ke ... rumah pinggiran kota itu aja." ucap Killa.
"Oke ... kita lihat aja, kalau Salpa ada disana, berarti feeling Lo sebagai kakak emang kuat." kata Fanny.
Tak pikir panjang Killa segera menuju rumah pinggiran kota yang tempo hari sempat disinggahi oleh Salpa.