💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
💮Selamat membaca💮
Nino lega setelah berpanjang lebar ia mencoba memberi penjelasan kepada ayah Sasa. akhirnya Sasa bisa kembali ke keluarganya.
Sekarang saatnya Nino pergi menemui sang kakek. Ada hal yang harus ia sampaikan terkait masalah pamannya yang sampai sekarang tak bisa ditemukan itu.
Setelah menempuh perjalanan 20 menit akhirnya ia tiba di sebuah rumah yang megah dan luas. Rumah yang bak istana kerajaan. Namun sayangnya rumah itu tampak suram, karena penghuninya hanya kakeknya seorang dan beberapa pelayan juga pengawal.
Kakek Kusuma Prawira. Dia dulunya seorang Jendral besar di eranya. Pangkat yang tinggi dan namanya yang besar membuat siapa saja merasa kecil dihadapannya. Selain sebagai jendral besar Kakek Kusuma memiliki banyak aset. Dia seorang pialang saham yang sangat tersohor. Ia memiliki 2 putra, yaitu Husein Prawira Atmaja dan Hanafi Prawira Yudha
Kedua putranya memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Hanafi putra keduanya memiliki jiwa bebas yang tak ingin dikekang. Kehormatan yang selalu dijunjung tinggi oleh keluarga Kusuma membuatnya memilih membuang semua kemewahan yang dia punya demi menikahi seorang gadis yatim piatu biasa.
Sedangkan sang kakak Husein, ia selalu bisa menjadi kebanggaan tuan Kusuma karena menjadi penerusnya yakni menjadi Komandan di satuan angkatan Darat. Pria itu juga menikah dengan seorang wanita keturunan ningrat. Dan dikaruniai seorang anak yang di beri nama Gionino Ataraska. Namun kebanggaan itu tak bertahan lama. Karena saat Husein bertugas di Medan perang ia harus gugur. Hal inilah yang membuat kebahagiaan keluarga Kusuma musnah. Nyonya Kinanti istri tuan Kusuma meninggal terkena serangan jantung saat mendengar kabar tentang putranya. Bahkan sang menantu sempat berulangkali dilarikan ke rumah sakit karena mengalami depresi. Nino kecil dirawat dan di didik oleh Tuan Kusuma. Namun entah mengapa sifat Nino justru seperti sang paman yang suka dengan kebebasan.
Nino memasuki rumah yang penuh dengan memori itu. Ia perlahan mengetuk kamar sang kakek.
"Apa kakek sedang sibuk?" tanya Nino, tuan Kusuma hanya tersenyum tipis lalu melambaikan tangannya memberi isyarat Nino untuk mendekat.
"Ada apa?" Tanya kakek Kusuma setelah Nino duduk di sampingnya.
"Apa kakek masih mencari keberadaan paman?" Nino menggenggam tangan keriput itu. Wajah pria tua itu mendadak sendu.
"Aku hanya memasrahkan semua pada kuasa Tuhan. Jika Tuhan masih berbaik hati padaku, semoga sebelum aku menutup mata, aku bisa bertemu dengan Hanafi dan meminta maaf.
Nino merasa tenggorokannya terasa kering. Ia sungguh tak tega melihat wajah tua itu selalu tak bersemangat.
"Aku mendapat informasi, jika saat ini paman Hanafi dan bibi Arimbi ada di daerah Jawa timur. Aku kemari untuk meminta restu kakek. Untuk mencari keberadaan mereka." Kata Nino, Kakek Kusuma yang dulunya begitu gagah kini terlihat rapuh. Air matanya tak terbendung mendengar hal itu.
"Baiklah, kakek merestuimu. Carilah mereka..!! Dan bawa mereka kembali." Ujar sang kakek. Tak dipungkiri wajahnya tersemat rona kebahagiaan.
"Baiklah kek. Kakek harus selalu menjaga kesehatan. Aku akan memberikan kabar baik untuk kakek." Nino memeluk tubuh renta itu. Dan mencium kening sang kakek. Setelah itu ia berlalu dari rumah sang kakek untuk mencari keberadaan sang paman.
.
.
.
Dian baru selesai mandi, ia melihat Gerry masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Dian memutuskan untuk memompa ASInya untuk kedua buah hatinya. Ia membuka pintu penghubung kamar kedua bayinya. Di sana ada kedua pengasuh yang selalu siaga merawat anak²nya.
Dian memompa ASInya hingga mendapat 6 botol berukuran tanggung. Ia meminta bi Esih untuk menyimpan dalam pendingin khusus. Melihat kedua anaknya yang masih terjaga Dian membawa keduanya kedalam kamar.
"Bibi, aku bawa mereka ke kamar. Bi Esih dan bi Yuni silahkan beristirahat dulu atau makan malam terlebih dulu. Nanti 2 jam lagi aku bawa mereka kemari." Ucap Dian dengan lembut.
Kedua pengasuhnya tampak tersenyum senang, mereka merasa beruntung memiliki majikan sebaik Dian.
Gerry hanya menatap istrinya yang sedang mengendong Zafa di tangan kanan dan Zafrina di dorong dalam stroller. Tatapan mata kagum kepada sang istri meskipun usia mereka terpaut 5 tahun tapi sifat keibuan Dian begitu menenangkan baginya.
Gerry menutup laptopnya ia memeluk Dian dari belakang saat wanita itu sedang membungkuk untuk meletakkan Zafa.
"Apa kau sedang menggodaku nyonya Ardana?" ujar Gerry dengan suara sedikit parau dan bergetar. Sekuat tenaga ia menahan gejolak hasrat yang tiba-tiba meninggi itu.
"Mas, lepas!! ada anak² mas." Dian merasa tubuhnya mulai terasa panas dingin saat hembusan nafas Gerry mengenai tengkuknya.
"Aku menginginkanmu sayang." Gairah Gerry mulai tak dapat dikendalikan, ia menyusupkan tangannya kedalam piyama yang dikenakan oleh Dian. Ia meremas lembut kedua gundukan yang terasa pas dalam genggamannya. Ia memainkan ujungnya hingga tanpa sadar dia. mendesah merasakan sensasi yang tercipta. Gerry menaikkan atasan piyama Dian. Lalu mengeluarkan gundukan sintal itu dan meng*ulum ujungnya yang mulai menegang.
"Mas, ada anak²." Dian berusaha menjauhkan wajah Gerry yang kini mendusel di kedua gundukannya.
"Kembalikan mereka, aku menginginkanmu sekarang sayang," Gerry bahkan menggesekkan senjatanya pada Dian. Sontak saja Dian justru melotot sebal.
"Mas, ih minggir sana!!" Dian mendorong tubuh Gerry, namun pria itu tak bergeser sedikit pun.
Gerry justru terkekeh melihat wajah kesal Dian. Ia mencium kening Dian sesaat lalu mengangkat tubuh Zafrina dari stroller.
"Anak cantik ayah ga bobo ya?" Gerry berucap pada Zafrina dan disambut dengan ocehan dari gadis kecil itu. Gerry menciumi pipi Zafrina hingga gadis kecil itu terkekeh.
Melihat interaksi Gerry dan Zafrina membuat hati Dian menghangat. senyum tipis tersungging di bibirnya. Dian mendekati Zafa yang terus menatapnya. Bayi itu merengek² saat Dian mendekat. Ia mulai membuka beberapa kancing piyamanya dan mulai menyusui baby Zafa. Pria kecil itu nampak tenang berada dalam pelukan Dian.
Setelah kenyang menyusu Zafa terlelap dalan tidurnya dan Dian segera meletakkan putra nya kedalam stroller yang ia bawa untuk zafrina tadi.
"Kau tidak menyusui Zafrina?" tanya Gerry melihat Dian menutup kembali piyamanya.
"Apa dia juga haus?" tanya Dian namun tangannya tetap merapikan piyamanya dan itu membuat Gerry tidak suka.
"Dia juga putrimu. Kenapa hanya Zafa yang kau susui?" Nada suara Gerry sama sekali tak enak di dengar. Dian bahkan tertegun kenapa Gerry sejarah itu kepadanya.
Tanpa ingin mendebat Dian membuka lagi piyamanya. Dia meraih Zafrina dari pangkuan Gerry.
"Anak ibu, juga mau minum ya?" Dian berbicara pada bayi gembul itu, dan bayi itu pun hanya terkekeh². Dian menyodorkan sebelah payu*dara nya namun bayi gembul itu masih nampak asik sendiri dan tak mau menghisap. Dian kembali mendekatkan ujungnya, namun lagi² gadis kecil itu malah mendorong dengan tangannya.
"Lihat kan mas? Aku bukan membeda²kan mereka. Mereka berdua anak²ku. Aku tau kapan saatnya mereka menginginkan susu dan kapan saatnya tidak. Zafrina berbeda dengan Zafa. Dia menyusu hanya saat dia benar² mengantuk dan lagi tadi sebelum kesini Zafrina sudah minum susu formula."
Gerry menjadi merasa bersalah pada Dian. Dian masih terus bercanda dengan Zafrina tanpa melihat wajah penyesalan Gerry. Hatinya merasa tercubit dengan tuduhan Gerry padanya. Tuduhan tak beralasan yang Gerry layangkan kepadanya.
💮💮💮💮💮💮💮💮💮
terimakasih sudah mampir. 😘😘
tamat ❤❤