Ketika cinta harus diakhiri karena syarat dari kedua orang tuanya yang mendambakan seorang menantu hafiz Al'quran.
Dan aku terpaksa menikah dengan perempuan lain yang tidak aku cintai karena hutang jasa.
Bagai mana kelanjutannya simak ceritanya di novel. CINTA TERHALANG 30 JUZ AL'QURAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35. Ketemu Nyonya Rita
Safira menoleh pada asal suara, begitu juga dengan kedua orang tuanya, Pak Imran dan Buk Siti menghentikan langkahnya, karena mendengar Anaknya ada yang memanggil.
Safira menghampiri petugas itu, pikirannya sudah berpikir kalau petugas itu memanggilnya pasti untuk memintanya melunasi biaya rumah sakit suaminya.
Pak Imran dan Buk Siti juga mendekat, keduanya penasaran kenapa petugas administrasi memanggil Putrinya.
"Sus, beri aku waktu sedikit lagi, aku pasti melunasinya." Ujar Safira sudah menebak kalau petugas itu ingin menegurnya karena belum melunasi biaya rumah sakit.
"Bukan masalah biaya, aku ingin mengembalikan uang Mbak," jawab petugas itu.
Safira bingung, kenapa uangnya dikembalikan, Safira juga khawatir, kalau petugas mengembalikan uangnya karena dia belum melunasi semuanya.
"Sus, aku mohon, sebentar lagi pasti aku lunasi semuanya." Ujar Safira khawatir.
"Biayanya semua sudah dilunasi Mbak, dan ini uang Mbak, yang Mbak bayar empat juta." Petugas itu menyodorkan uang empat juta itu pada Safira.
"Kenapa dikembalikan Sus ?" tanya Buk Siti, karena melihat suster itu menyodorkan uang pada Safira.
"Oh, ini uang Mbaknya, sedangkan semua biaya rumah sakit sudah dilunasi semuanya oleh seseorang." Petugas itu menjelaskan pada Buk Siti.
"Tapi siapa yang melunasinya sus ?" tanya Safira bingung, dan dia ingin tau siapa orang baik yang melunasi biaya rumah sakit suaminya.
"Seorang lelaki tampan, aku tidak tau namanya, tapi dia bilang suami Mbak Adiknya." Ujar petugas itu.
Safira langsung berpikir, mungkin Deril yang sudah dah melunasinya. Safira mengambil uang itu, dan langsung pergi kekamar suaminya.
"Terimakasih sus ."
"Sama-sama Mbak," jawab petugas itu.
"Fira, siapa yang melunasinya, apa mungkin itu Nak Deril ?" tanya Buk Siti saat berjalan menuju ruangan Ariel.
"Gak tau Buk, sepertinya iya, tapi darimana dia tau kalau aku belum melunasi biaya rumah sakit mas Ariel." Ujar Safira.
"Mungkin dia bertanya sama dokter, tapi bagus, kita tidak punya uang kalau harus membayarnya, Ibuk yakin keluarga suami kamu pasti orang kaya." Buk Siti merasa cemas, karena keluarganya dan keluarga Ariel pasti tidak sepadan, dia takut kalau keluarga Ariel tidak suka sama Putrinya karena miskin.
"Alangkah baiknya kamu bertanya pada Kakak ipar mu, kalau dia yang melunasi ya Alhamdulillah." Imbuh Pak Imran.
"Iya Pak," jawab Safira. ketiganya sudah sampai didepan pintu, mereka menghentikan langkahnya, karena mendengar suara perempuan didalam kamar rawat Ariel.
Ketiganya saling pandang, seakan saling melemparkan pertanyaan. Pak Imran dan Buk Siti mengedikkan bahunya, tanda tidak tau.
Safira membuka pintu kamar rawat Ariel, dia tidak mau penasaran, saat pintu terbuka, semua mata tertuju padanya, membuat Safira mematung.
Safira menunduk, saat melihat seorang wanita paruh baya menatap dirinya tanpa berkedip.
Safira melangkah pelan, begitu juga Pak Imran dan Buk Siti, Safira tidak berani melihat wanita itu, karena mata wanita itu seperti mengintimidasi dirinya.
"Ma, ini Pak Imran, dia yang menyelamatkan Ariel, dan ini Ibuk Siti, dia istri Pak Imran sekaligus Ibu mertuanya Ariel." Deril memperkenalkan Pak Imran dan Buk Siti pada Mamanya.
Nyonya Rita langsung menjabat tangan, dia juga memeluk Buk Siti.
"Ini Ma, Yang inilah Istrinya Ariel, dia yang membawa Ariel kesini, dan merawat Ariel, dan yang dicari oleh Petugas administrasi tadi." Ujar Deril bermaksud bercanda, tapi dia tidak tau sudah membuat jantung seseorang berdegup.
Safira langsung tersentak, dia mendongak, matanya bertatapan langsung dengan mata Nyonya Rita.
"Maaf, saya bukan tidak melunasi, tapi saya hanya minta waktu, karena--" Safira tidak sempat melanjutkan ucapannya karena tubuhnya ditangkap oleh Nyonya Rita.
Safira langsung mengerti arah pembicaraan Deril, Deril hanya ingin mengatakan kalau Safira belum membayar biaya rumah sakit.
"Menantuku," Nyonya Rita langsung memeluk tubuh Safira dengan erat.
Air mata Nyonya Rita sudah tidak dapat dibendung. "Kamu tidak usah khawatir, Deril sudah membayarnya, terimakasih sudah mau mendampingi Ariel." Nyonya Rita sangat terharu.
Safira sangat kaget, karena Nyonya Rita memeluknya tanpa aba-aba, dengan ragu-ragu Safira membalas pelukan mertuanya itu.
"Mama pikir, Mama tidak akan bertemu dengan Ariel lagi, tapi Tuhan mendengar semua do'a Mama, Mama bukan hanya dipertemukan kembali dengan Ariel, tapi Tuhan juga mempertemukan Mama dengan istrinya Ariel juga." Nyonya Rita masih memeluk Safira dengan erat.
Nyonya Rita, sangat suka pada Safira, karena Safira menantu idamannya, Nyonya Rita sangat berharap, Ariel menikah dengan gadis seperti Safira, yang menutup aurat, dan Soleha, tapi Nyoya Rita tidak memaksa kehendaknya, dia tidak mau memaksa Ariel menikah dengan gadis seperti yang dia mau.
Nyonya Rita membiarkan Ariel menikah dengan siapa saja, asalkan baik, namun Nyonya Rita sangat bersyukur Ariel menikahi gadis seperti idamannya.
"Ma, sudah cukup, peluknya jangan erat gitu, tengok tu, Safira hampir tidak bisa bernafas." Deril menegur Mamanya.
Nyonya Rita dengan sigap melepaskan pelukannya, dia langsung meminta maaf pada Safira, karena saking senang dan terharu dia tidak sadar sudah memeluk Safira dengan begitu erat.
Sedangkan Pak Imran dan Buk Siti melongo, dia tidak menyangka kalau reaksi Nyonya Rita jauh dari yang mereka pikirkan saat bertemu dengan Safira.
"Maaf, Mama senang banget, jadi mama memelukmu sampai tidak bisa bernafas." Mama Rita mengapit kedua pipi Safira yang tertutup cadar.
"Tidak Apa-apa Tante."
"Mama, Ma, ma, bukan Tante, kamu menantu Mama, jadi panggil aku Mama, seperti Ariel, dan Deril memanggil Mama." Protes Nyonya Rita.
"I...iya Ma," Safira masih gelapan, karena gugup.
"Nah, begitu, Sini, Mama punya sesuatu untuk kamu," Nyonya Rita meraih tangan Safira, kemudian dia mengambil tas selempangnya.
"Ini untuk mu, ini gelang turun temurun, karena kamu menantu dikeluarga kami, Mama bekam ini padamu." Nyonya Rita langsung memakaikan gelang itu pada tangan Safira.
Safira tidak menolak, dia menangis haru, air matanya luruh begitu saja, ternyata apa yang ada dibenaknya sejak tadi sungguh sangat jauh dari pemikirannya.
Safira berpikir, Mama mertuanya tidak akan menerimanya karena dia miskin, dan pernikahannya dengan Ariel bukanlah karena cinta tapi Karen warga.
Mertuanya ternyata begitu senang saat bertemu dengannya, dia sudah salah menebak.
"Aku sudah salah, aku minta maaf, Mama mertua, aku sudah salah tentang mu. Maafkan aku Ma." Gumam Safira dalam hatinya.
"Kenapa menangis, apa Mama menyakitimu ?" tanya Nyonya Rita karena melihat Safira menangis.
Safira menggeleng, cadar yang dipakainya sudah basah dengan air mata.
"Terus kenapa menangis ?" Nyonya Rita menyeka air mata Safira dengan kedua ibu jarinya, dan memeluk menantunya itu.
"Fira Hanya terharu Ma, Fira tidak menyangka, Mama akan menerima Fira, padahal pernikahan kami karena--" ucapan Fira terhenti karena Nyonya Rita sudah menempelkan jari telunjuknya dibibir Fira.
"Shitz...
Bersambung.
putus dri maya,,
Gm y reaksi ustad abal" itu..