NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupanku

Titik Balik Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aufklarung

Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Siang itu, matahari bersinar terik ketika Meyra tiba di gerbang sekolah Rey dan adik-adiknya. Meyra membawa mobil dan menunggu Rey di dalam mobil, memarkirkannya di bawah pohon besar. Suasana sekolah ramai dengan suara anak-anak yang keluar dari kelas, riang gembira menyambut waktu pulang. Meyra sesekali melirik jam tangan dan memandangi deretan anak-anak yang berjalan ke luar gerbang.

Tak lama kemudian, Rey muncul dengan langkah santai. Wajahnya berseri-seri, seakan ada kabar baik yang ingin disampaikan. Di sebelahnya, beberapa teman sekelas melambaikan tangan dan berpamitan.

“Mom!” Rey berseru sambil berlari kecil menghampiri mobil Meyra. “Mom, tadi nama Rey dipanggil ke depan kelas loh.”

Meyra membuka jendela dan tersenyum penuh rasa ingin tahu. “Wah, kenapa Rey dipanggil? Jangan-jangan karena bikin ulah di kelas?” goda Meyra sambil menatap putranya dengan tatapan jahil.

Rey tertawa kecil dan menggeleng. “Bukan, Mom. Tadi Rey dipanggil karena menang olimpiade yang semalam Rey ikuti.

Saat mobil mulai melaju meninggalkan sekolah, Rey melanjutkan ceritanya. “Tapi, Mom, ada hal yang bikin Rey kurang nyaman di sekolah.”

Meyra menatap Rey dengan rasa ingin tahu. “Apa itu, sayang? Ada yang ganggu Rey?”

Rey menghela napas panjang dan menyeringai kecil. “Iya, Mom. Ada cewek resek yang selalu mendekati Rey. Rey gak suka cewek kayak gitu.”

Meyra tertawa mendengar keluhan putranya. “Hahaha, ternyata ada juga yang suka sama anak Mommy. Memangnya kenapa, Rey? Dia gangguin Rey gimana?”

Rey melipat tangan di dada dan menggeleng dengan tegas. “Dia selalu cari perhatian, kirim-kirim catatan kecil, dan sering banget manggil Rey di depan banyak orang. Padahal Rey gak pernah kasih tanda-tanda kalau Rey tertarik. Dia pikir karena dia idola sekolah, Rey bakal suka sama dia. Padahal ya enggaklah, Mom.”

Meyra tersenyum mendengar cerita putranya. Dalam hati, ia merasa bangga sekaligus geli melihat Rey mulai menghadapi perasaan-perasaan baru di usia remajanya. “Ya ampun, Rey. Berarti banyak yang ngefans sama kamu, dong?”

Rey mengangguk pelan, matanya menatap ke luar jendela mobil. “Banyak, Mom. Akhir-akhir ini, Rey sering dapet chat dari cewek-cewek mulai dari kelas X sampai kakak kelas. Tapi yang paling ganggu ya cewek resek ini. Rey gak suka, Mom. Rasanya aneh aja.”

Meyra tersenyum penuh arti. “Yah, berarti Rey udah mulai jadi perhatian banyak orang. Tapi jangan kasar sama mereka, ya. Cukup bersikap baik dan tolak dengan sopan kalau memang gak tertarik.”

Rey mengangguk lagi, lalu tiba-tiba Meyra bertanya dengan nada penasaran. “Lalu, ada gak cewek yang Rey suka?”

Rey terdiam sejenak, kemudian menggeleng. “Belum ada, Mom.”

Meyra menatap Rey heran. “Loh, kenapa belum ada? Kan banyak yang suka sama Rey.”

Rey tersenyum kecil, lalu menatap Meyra dengan tatapan penuh arti. “Karena gak ada cewek yang kayak Mommy, Mom. Rata-rata mereka agresif dan suka cari perhatian. Gak ada yang tenang dan baik kayak Mommy.”

Meyra terharu mendengar jawaban Rey. Ia tersenyum hangat dan merapikan rambut Rey dengan lembut. “Rey, kamu itu manis sekali. Mommy yakin nanti pasti ada cewek yang seperti Mommy. Kamu tinggal tunggu waktu yang tepat.”

Rey hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Dalam hati, Meyra merasa anaknya sudah tumbuh besar dan memiliki pandangan yang bijak tentang hubungan. Ia bangga karena Rey tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya dan tetap memegang prinsip yang kuat.

Sepanjang perjalanan pulang, Meyra dan Rey terus berbincang tentang banyak hal, dari sekolah, teman-teman, hingga mimpi-mimpi Rey di masa depan. Hari itu, Meyra merasa hubungan mereka semakin dekat, dan ia tahu bahwa momen seperti ini adalah harta yang tak ternilai harganya.

Sementara Setelah seharian penuh di sekolah, Rheana dan Cessa akhirnya tertidur lelap di bangku belakang mobil, tubuh mereka terasa sangat lelah. Meski begitu, wajah mereka tetap menunjukkan senyum puas, seolah tidur itu adalah cara mereka merayakan hari yang panjang.

Sementara itu, Rey yang duduk di kursi depan, tak bisa menahan senyum lebar. Di balik kemudi, ibunya, yang baru saja selesai berbicara dengan teman lamanya di telepon, memperhatikan perubahan Rey. “Rey makin semangat les setiap hari, Mom, di rumah,” ujar Rey dengan suara ceria.

Rey merasa lebih fokus, lebih penuh semangat belakangan ini. Tidak hanya di rumah, tetapi juga di sekolah. Kini, dia menjadi pusat perhatian teman-temannya. “Rey sekarang di sekolah jadi trending topic,” tambah Rey sambil tertawa kecil, merasa aneh dengan segala perhatian yang tiba-tiba datang padanya.

Ibunya menoleh ke Rey dengan tatapan bangga, "mommy senang kamu akhirnya menemukan semangat itu, Rey.

Rey hanya tersenyum, mata menatap lurus ke depan. "Mungkin karena sekarang rey tahu, apa yang harus aku kejar. Semangat itu datang dari dalam," jawabnya, meski sedikit bingung dengan perasaannya sendiri.

Perubahan Rey mulai menjadi bahan pembicaraan di sekolah, baik dari teman-teman dekatnya maupun yang jarang berinteraksi dengannya. Mereka memuji Rey yang dulu lebih trouble maker boy dan cenderung tidak terlalu aktif, sekarang lebih rajin dan pintar. Bahkan, beberapa teman mengajaknya belajar bersama.

Setibanya di rumah, mobil berhenti dengan lembut di depan halaman. Rheana dan Cessa masih tertidur lelap di bangku belakang, tubuh mereka tampak sangat lelah setelah seharian penuh di sekolah. Ibunya membangunkan mereka dengan lembut. "Ayo, bangun, kalian sudah sampai," katanya sambil tersenyum. Rheana dan Cessa terbangun dengan mata sedikit sayu, lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

Rey, yang sudah lebih dulu turun dari mobil, melangkah cepat menuju kamarnya. "Aku mau ganti baju dulu, Mom," katanya dengan suara ceria, melambaikan tangan ke ibunya. Dia merasa semakin energik setelah beristirahat sejenak di mobil. Begitu sampai di kamarnya, Rey melepaskan seragam sekolahnya dan menggantinya dengan pakaian santai yang nyaman. Setelah itu, dia duduk sebentar di tempat tidur, memejamkan mata, mencoba untuk merasakan ketenangan yang datang setelah seharian penuh kegiatan.

Setelah beberapa menit beristirahat, Rey merasa cukup segar. Ia menghirup napas panjang dan melihat jam yang sudah menunjukkan waktu untuk les privat. "Sudah saatnya siap-siap," pikirnya sambil merapikan buku-bukunya. Sebelumnya, ia sempat merasa enggan dengan jadwal les yang padat, tetapi kini dia merasakan ada perubahan besar dalam dirinya. Les privat bukan lagi beban, melainkan kesempatan untuk belajar lebih banyak dan lebih baik.

Di ruang tamu, ibunya sedang menyiapkan beberapa camilan dan air minum untuk Rey. "Les kamu akan dimulai sebentar lagi, Rey," katanya. Rey mengangguk, merasa lebih siap dari sebelumnya. Dia menyusuri lorong rumah menuju ruang belajar. Begitu sampai di sana, guru privatnya sudah menunggu dengan senyum ramah.

"Selamat sore, Rey. Apa kabar?" tanya gurunya.

Rey mengangguk sambil tersenyum, "Baik, Pak. Semangat untuk les hari ini."

Les privat pun dimulai dengan lancar, dan Rey benar-benar fokus. Dia merasa puas dengan dirinya sendiri, mengetahui bahwa dia sekarang bisa mengejar apa yang dia inginkan. Setiap materi yang dia pelajari semakin terasa mudah dipahami, dan semangatnya semakin tumbuh, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah.

 

✨ Halo, Pembaca Setia! ✨

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Dukungan kalian sangat berarti dan membantu saya untuk terus berkarya!

Jika kalian menikmati cerita ini, ada beberapa cara untuk mendukung saya:

🌟 Beri Komentar & Like – Komentar kalian memberikan semangat dan inspirasi bagi saya untuk terus menulis!

🌟 Tambahkan ke Perpustakaan – Dengan menambahkannya ke perpustakaan, kalian membantu meningkatkan popularitas cerita ini.

🌟 Bagikan ke Teman – Cerita ini akan semakin berkembang jika lebih banyak orang tahu!

🌟 Berikan Hadiah atau Tip – Jika kalian ingin mendukung lebih jauh, hadiah dari kalian akan membantu saya secara langsung dan mendorong saya untuk lebih produktif.

✨ Dukungan sekecil apapun berarti besar dan bisa membantu cerita ini mencapai lebih banyak pembaca. Mari kita lanjutkan perjalanan cerita ini bersama-sama! ✨

Salam Hangat dari saya😘😘

1
Anastasia Silvana
Baik,bisa diikuti alurnya.
Anastasia Silvana
Akhirnya satu persatu menemukan jalannya
Happy Kids
rasain tuh kesepian. salah sendiri diajak jd pasanhan normal saling berbagi gamau. rasain aja tuh. ga perlu sedih sedih
XimeMellado
cerita ini sudah bikin saya merinding dan ingin tahu terus plotnya. Bravo thor!
paulina
Keren banget gambaran tentang Indonesia dalam cerita ini, semoga terus mempromosikan budaya! 🇮🇩
Reana: terima kasih atas dukungannya🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!