Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26. Rumah Baru
...Berhenti berekspetasi tinggi terhadap manusia, ingatlah manusia merupakan sumber kekecewaan...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Ratu menggosokkan kedua netranya, sebuah cahaya begitu terangnya menyorot seolah membuka paksa mata hazel cantiknya. Ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa begitu kaku.
Ratu tampak kebingungan, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Pandangannya terus menyapu sekitarnya yang tampak begitu asing bagi dirinya. "Ratu di mana?" monolognya.
Ia beranjak dari ranjang yang begitu empuk. Ia membuka tirai berwarna putih bersih. Begitu ia membuka tirai jendelanya, ia disuguhkan oleh pemandangan yang tidak ia duga.
Tanpa sengaja ia melihat Raja tengah berenang dengan begitu lihainya di sebuah kolam renang yang begitu luas. Tubuhnya terasa kaku apalagi tidak sengaja ia melihat roti sobek milik Raja dengan begitu jelasnya. Ratu kemudian berbalik dan kembali merebahkan dirinya di atas ranjang dengan berbalutkan selimut tebal.
Seolah tahu ada yang tengah menatapnya, Raja menoleh ke arah jendela di mana Ratu berada. Raja menyeringai kemudian keluar dari kolam. Ia meraih handuk untuk mengeringkan tubuhnya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Ratu membuka selimutnya. Ia kembali mengintip keluar jendela ingin mengetahui apakah Raja masih berada di sana ataukah tidak. Ia mengernyitkan dahinya pasalnya ia tidak lagi menjumpai keberadaan Raja di sekitar kolam.
Ia berjinjit sembari menoleh ke sana ke mari ke luar jendela, namun tidak pula ia menemukan keberadaan Raja.
"Nyari gua?" Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar begitu jelas di telinga Ratu, membuat sang empu lantas membalikkan badannya.
Ratu membulatkan kedua bola matanya pasalnya jarak antara Raja dengan dirinya begitu dekat, bahkan ia bisa merasakan embusan napas dari cowok di hadapannya. Ratu mendorong Raja kemudian berlarian kecil menuju pintu yang tertutup.
Ratu berusaha membukanya, namun tetap saja tidak terbuka. Raja melipat kedua tangannya di depan dada sembari terus menatap sang gadis. Raja berdehem kecil membuat sang gadis menoleh kepadanya.
"Percuma, kuncinya ada di gua," cakap Raja.
"Kenapa Ratu ada di sini? Di mana Papa? Ratu mau ketemu sama Papa," rengeknya sembari terisak.
Raja mendekati Ratu, bukan untuk membukakan pintu melainkan terus mendekati Ratu dengan wajah menyeramkannya. Ratu terus memundurkan langkahnya hingga membentur pintu. Raja menyeringai melihat Ratu yang kini memasang wajah ketakutan.
Ratu berusaha menggeser tubuhnya ke kanan, namun ia ditahan oleh tangan Raja. Ia berpindah menggeser tubuhnya ke kiri, namun lagi-lagi dirinya ditahan oleh tangan Raja yang satunya lagi. Kini posisi Ratu terkunci di antara kedua tangan milik Raja.
Ia tidak bisa bergerak lantaran Raja terus saja mendekat hingga tidak ada lagi jarak di antara keduanya. Raja menyeringai membuat Ratu semakin ketakutan. Ratu mengigit bibir bawahnya berusaha menahan isak tangisnya.
"Mulai hari ini lo jadi bagian dari keluarga Daniel. Mulai detik ini juga lo harus turutin apa pun yang gua perintahkan karena lo udah jadi milik gua," bisik Raja tepat di telinga Ratu.
"R-Ratu gak mau. Ratu mau ketemu sama Papa, Ratu mau pulang," lirihnya sembari menangis.
"Gak usah cengeng! Dan jangan pernah berharap lo bisa ketemu sama laki-laki jelmaan iblis itu!" Raja meringkas kedua pipi Ratu dengan tangan kanannya kasar.
"Kak Raja yang jelmaan iblis! Gak punya hati!" raung Ratu dengan gemetar.
Raja semakin mendekatkan tubuhnya, ia sedikit membungkuk menyesuaikan tinggi Ratu. Ia menatap tajam ke arah Ratu sembari membelai lembut pipi kanan Ratu. "Udah berani lawan gua? Oke, mulai besok gak boleh ada cowok yang dekatin lo apa pun alasannya. Sampai gua lihat lo dekat sama cowok lain, lo harus terima akibatnya."
"Dan, ya, setiap berangkat maupun pulang dari sekolah lo harus bareng gua tanpa penolakan apa pun!" tegas Raja kemudian mendorong Ratu menjauh dari pintu.
Ratu merintih kesakitan lantaran dirinya terdorong mengenai ujung sebuah meja yang tidak jauh darinya. Tanpa perasaan bersalah Raja hanya menatap dingin ke arah Ratu kemudian meninggalkannya begitu saja.
"Kemarin sama Papa sekarang sama Kak Raja. Apakah hidup Ratu hanya diperuntukkan disiksa oleh mereka?" gumamnya sendu.
Ratu menghapus air mata yang mulai membasahi kedua pipinya kemudian ia bergegas menuju dapur. Ia kewalahan mencari letak dapur lantaran rumah yang ia tinggali begitu luasnya. Tak satu pun dirinya menjumpai seorang pembantu di rumah seluas itu.
"Rumah sebesar ini gak ada pembantunya sama sekali? Terus siapa yang bakalan bersihin? Mana banyak debunya," gumam Ratu.
Ia terus melangkah hingga akhirnya ia tiba di sebuah dapur. Ia bernapas lega lantaran dirinya berhasil menemukan keberadaan dapur. Ia meraih gagang pintu kulkas kemudian membukanya. Ia tampak berpikir makanan apa yang akan ia buat untuk makan malam.
"Ratu masak sayur bayam aja, deh. Di sini banyak banget bahannya gak perlu belanja di pasar atau supermarket." Ratu kemudian mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan lalu memulai aksi memasaknya.
Beberapa menit sudah berlalu kini sayur bayam buatannya sudah siap untuk dihidangkan. Ia meraih sebuah mangkuk besar lalu ia meletakkannya di meja makan. Tidak lupa ia menutupnya agar tidak ada lalat atau pun debu yang masuk ke dalam makanan.
Ia tidak tahu apakah Raja akan memakannya lantaran ia tidak tahu makanan apa yang biasa Raja makan. Entahlah nasi ataupun darah hingga cowok itu menjadi begitu kejamnya.
"Ekhem," dehem Raja.
Sontak Ratu menoleh mendapati Raja berdiri sembari memasang wajah datar. Lalu cowok itu mendekat dan membuka penutup makanan dengan tangan kanannya. Terpampang sayur bayam ditemani dengan tempe dan juga tahu goreng.
"Lo tahu dari mana gua suka ini?" tanya Raja sembari menarik kursi kosong di hadapan Ratu lalu cowok itu duduk dengan sejuta ketampanannya.
"Eh, jadi Kak Raja suka sayur bayam, ya? Ratu kira suka darah," cicit Ratu memelankan kalimat terakhirnya.
"Gua bukan vampire," sahut Raja santai.
"Tapi, mirip, sih," gumam Ratu dan hanya dirinyalah yang mendengar.
Raja meraih piring kemudian mengambil dua centong nasi. Ia kemudian menghilangkan sayur bayam serta tahu ke dalam piringnya. Cowok itu tampak melahap masakan Ratu dengan begitu nikmatnya. "Enak," puji Raja.
Ratu menyunggingkan senyumnya mendengar pujian dari Raja. "Ratu pikir Kak Raja gak suka makan itu. Tadi Ratu bingung mau masak apa cuma di kulkas ada banyak bayam ya udah Ratu masak sayur bayam aja, deh. Lagian ada jagung juga lengkap banget kulkasnya Kak Raja," cerocosnya.
"Lo gak makan?" tanya Raja dengan tatapan yang lebih lembut dari sebelumnya.
"Hmm ... nanti dulu aja, deh. Ratu mau beresin dapur dulu," tolaknya.
"Makan sekarang! Ini perintah dari gua dan lo harus turutin!" tegas Raja.
Ratu kemudian meraih piring putih di hadapannya. Ia meraih secentong nasi hangat kemudian memasukkan sayur bayam serta tempe goreng ke dalam piringnya. Ia melahap bersama dengan Raja dengan tenang.
"Kak, Ratu mau tanya. Yang masukin pakaian Ratu ke dalam lemari pakaian itu siapa?" tanya Ratu sembari menatap Raja yang duduk di hadapannya.
"Gua," sahutnya santai.
"Hah!? Seriusan Kak Raja yang masukin? Pakaian dalam Ratu juga Kak Raja yang masukin? Kakak gak bohong?" pekik Ratu terkejut dengan jawaban Raja.
"Di sini cuma ada lo sama gua, siapa lagi yang masukin kalau bukan gua?" Raja kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya dengan nikmat.
"Jadi kakak pegang pakaian dalam punya Ratu juga? Memalukan! Ratu bisa sendiri." Kedua pipi Ratu bersemu merah lantaran merasa malu.
"Gua pakai kaus tangan," beber Raja.
"Seharam itu kah pakaian dalam Ratu sampai-sampai Kakak pakai kaus tangan segala?" celetuknya.
"Memang," balas Raja membuat Ratu mengerucutkan bibirnya. "Gua selesai makan, tolong beresin gua keluar bentar. Jangan ke mana-mana!"
Ratu menganggukkan kepalanya sembari mengacungkan jempol kanannya. Raja kemudian menyunggingkan senyumnya sembari mengacak-acak puncak kepala Ratu. "Ada apa-apa bilang gua. Lo punya nomor gua, 'kan?"
"Ratu gak punya nomor Kak Raja, tapi punyanya nomor Raja Singa Jantan," kekeh Ratu.
"Gak lucu!" sambar Raja ketus kemudian bergegas meninggalkan Ratu seorang diri.
"Sebenarnya Kak Raja punya kepribadian ganda atau gimana, sih? Tadi ketus, habis itu lembut, sekarang ketus lagi. Dahlah, jangan pernah berharap sama seseorang apalagi singa jantan kayak Kak Raja," cibirnya.
"Huwa ... Ratu harus bersih-bersih rumah seluas ini. Kayaknya bersihin dapur, meja makan, ruang tamu, sama ruang keluarga dulu, deh! Lantai atas besok pagi aja," putusnya kemudian bergegas merapikan kembali perlengkapan makan.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/