NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pembantu
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Larasati Pristi Arumdani

Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27 : Masa Lalu

"Maya Tunggu"

"Bagaimana, nyonya ?"

"Apakah kamu ingin kuliah?" Tanya Shereny sambil memegang tangan Maya.

Maya terkejut dengan pertanyaan Shereny dan berpikir sejenak. "Sebenarnya saya sangat ingin kuliah bu. Makanya saya bekerja disini karena saya yakin, saya bisa sambil kuliah dan bisa membayar kuliah." Jelas Maya.

Namun Shereny hanya menghela nafas dan mengangguk sambil menyilangkan tangan, "Begini, kalau pekerjaan kamu bagus selama 1 tahun ini, saya izinkan kamu kuliah dan saya akan bilang ke suami saya untuk menambahkan gaji kamu."

Maya menggeleng kepala dengan perasaan yang tidak enak kepada Shereny namun Shereny tetap berbicara dengan nada halusnya, "Maya, saya baru saja mendengar informasi tentang beasiswa kuliah yang sangat bagus. Saya pikir ini adalah kesempatan yang sempurna untukmu."

Maya mengangguk, Terima kasih banyak, Nyonya atas perhatian dan dukungannya. Saya sangat menghargai tawaran tersebut.

Shereny tersenyum, "Tidak masalah! Aku yakin kamu akan sangat sukses di sana. Kuliah itu dapat membuka banyak pintu untuk masa depanmu."

Shereny masih menghormati tawaran Shereny, namun ia tetap merasa tidak enak, "Benar sekali, Bu. Namun, saat ini saya merasa belum siap untuk mengambil kuliah. Saya ingin fokus pada pekerjaan saya dan memberikan yang terbaik di sini dulu."

"Saya mengerti, Maya. Tapi ingat, pendidikan sangat penting untuk pengembangan diri. Apalagi kamu masih sangat muda." Ucap Shereny sambil mengangkat cangkir teh nya.

"Saya sepenuhnya setuju, Nyonya. Mungkin di masa depan, jika ada kesempatan yang tepat, saya akan mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan. Saat ini, saya ingin memastikan bahwa saya bisa memberikan kontribusi maksimal di pekerjaan ini." Jelas Maya sambil memelui nampannya.

"Tentu saja, Maya. Komitmenmu sangat dihargai. Jika kamu berubah pikiran atau butuh bantuan di masa mendatang, jangan ragu untuk memberitahuku."

"Terima kasih, Nyonya. Saya akan mengingatnya dan tetap terbuka terhadap peluang di masa depan!"

"Baiklah! Teruslah bekerja keras, dan jika ada yang bisa aku bantu, silakan beri tahu."

"Pasti, Bu. Terima kasih sekali lagi!" Maya pun pamit untuk pergi ke dapur. Para pembantu yang lain saat tak sengaja mendengar percakapan itu pun langsung merasa iri kepada Maya.

"Kamu enak banget sih bisa langsung dekat dengan Nyonya. Kamu cari muka ya?!" Tanya seorang perempuan yang satu tahun lebih muda darinya. Maya hanya menghela nafas dan tak ingin meladeni pertanyaan itu demi mentalnya.

"Maya hanya mencari muka," Lani membisikkan kepada dirinya sendiri. Dia merasa bahwa Maya hanya berpura-pura baik di hadapan Shereny, berusaha untuk terlihat sempurna, dan mengharapkan pengakuan dari majikannya. Lani sering melihat bagaimana Maya selalu berusaha mencuri perhatian dengan melakukan tugasnya secara berlebihan.

Setiap kali Shereny memuji Maya, Lani merasa hatinya bergetar. "Aku juga bekerja keras, kenapa aku tidak pernah diakui?" keluhnya. Dalam pandangannya, semua yang dilakukan Maya adalah untuk mencari simpati dan pujian. Lani mulai membayangkan bagaimana seharusnya dia mendapatkan kesempatan itu, jika hanya Shereny melihat betapa berdedikasinya dia.

Ketika Shereny dan Maya berbincang tentang kuliah, Lani berdiri di sudut dapur, mengawasi dengan tatapan penuh kebencian. Dia merasa seolah semua usahanya sia-sia, terbayar dengan perhatian yang tidak pernah dia dapatkan. Dalam pikirannya, Lani bertekad untuk membuktikan bahwa dia juga layak mendapatkan pengakuan, meskipun dengan cara yang mungkin kurang baik.

Di tengah perasaan iri dan ketidakpuasan, Lani harus memilih antara terus merasakan kemarahan atau mengubah sikapnya. Namun, untuk saat ini, dia hanya bisa menyaksikan dengan penuh rasa sakit, saat Maya melangkah ke arah masa depan yang lebih cerah, sementara dia terjebak dalam bayang-bayang rasa cemburu.

...****************...

Alfaro mengikuti langkah Elvano yang dengan cepat untuk bertemu Shereny dan anak-anaknya. Ketika Alfaro menaruh beberapa berkas dan merapikannya di ruang kerja Elvano, Maya masuk ke ruang kerja Elvano untuk mengambil buku dongeng milik Arga yang tertinggal di ruangan Elvano.

Mata Alfaro melebar, dan kenangan masa lalu seolah berputar cepat dalam pikirannya. "Maya?!" gumamnya dalam hati. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan kekasihnya itu, seseorang yang menghilang tanpa jejak setelah mereka lulus SMA. Alfaro merasa campur aduk antara rasa senang dan bingung. Rasa ingin tahunya untuk mengetahui apa yang terjadi selama ini begitu kuat.

Maya langsung menatap Alfaro dengan wajah terkejut. "Alfaro? Apa kabar?" sapanya, berusaha terlihat tenang meskipun hatinya berdebar.

"Kau terlihat sangat berbeda," jawab Alfaro, dengan nada yang penuh kesan nostalgia. Di dalam pikirannya, ia ingin menanyakan mengapa Maya menghilang dan tidak pernah menjelaskan apa pun. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi di sini," lanjutnya, mencoba menjaga nada bicaranya tetap santai meski emosi di dalam dirinya mulai menggelegak.

Alfaro merasa campur aduk antara rasa senang dan bingung. Ia ingin segera menghampiri Maya dan menanyakan apa yang terjadi selama ini. "Kau terlihat sangat berbeda," ujarnya, berusaha menyembunyikan gejolak emosi dalam dirinya.

Maya, yang juga terkejut melihat Alfaro, mencoba bersikap tenang. "Iya, sudah lama sekali," jawabnya singkat, tidak ingin membuka luka lama yang telah berusaha ia tutup rapat-rapat.

Alfaro, yang tidak bisa menahan rasa penasarannya, melanjutkan, "Kau tahu, setelah kamu menghilang, aku... aku selalu bertanya-tanya apa yang terjadi. Kenapa kamu pergi tanpa kabar?" Pertanyaannya menggantung di udara, menciptakan suasana hening yang penuh ketegangan.

Maya merasa terjebak antara keinginan untuk menjelaskan dan rasa takut membuka kembali kenangan yang menyakitkan. "Alfaro, itu... itu bukan waktu yang tepat untuk membahasnya," jawabnya, suaranya bergetar. Alfaro pun menarik Maya untuk duduk di hadapannya. Ia menutup pintu ruangan Elvano. Karena ia yakin Elvano pasti sedang menghabiskan waktu dengan Shereny dan anak-anaknya.

Ruang kerja Elvano terletak di lantai atas rumahnya, dilengkapi dengan jendela besar yang memancarkan cahaya alami. Saat Maya dan Alfaro duduk berhadapan di meja kerja yang luas, suasana terasa lebih intim. Di luar, suara riuh aktivitas kota tidak terdengar, hanya ada keheningan yang mengelilingi mereka.

Maya mencoba mengalihkan pandangannya dari Alfaro yang duduk di depannya, merasakan ketegangan yang mengisi ruangan. "Jadi, sudah lama ya kita tidak bertemu," ujarnya, berusaha membuka percakapan. Suaranya terdengar lebih lembut daripada yang ia duga.

"Iya, sudah bertahun-tahun," jawab Alfaro, matanya tidak lepas dari Maya. "Aku masih ingat saat kita menghabiskan waktu di taman sekolah, bercanda dan merencanakan impian kita." Mimik wajahnya menunjukkan kerinduan akan masa-masa itu.

Maya tersenyum kecil, kenangan itu melintas di pikirannya. "Aku juga ingat. Kita selalu bercita-cita untuk melakukan hal-hal besar di masa depan," balasnya, tetapi ada kesedihan di matanya. "Tapi kemudian semuanya berubah."

1
LISA
Aq mampir Kak
Arachikimchi: haloo! selamat membaca~
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!