Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 34
"Kami hanya bertemu saja di bawah,"ujar steven kepada Kendra.
"Ya, karena takut tersesat, jadi papa ajak saja sekalian bersama,"lanjutnya.
Kendra hanya mendengarkan penjelasan sang ayah tanpa berkomentar apa-apa. Dia melihat beberapa berkas yang masih harus dia tanda tangani. Sementara Ara hanya duduk terdiam di sofa berhadapan dengan Steven yang tampak menikmati teh hijau nya.
Kenapa dia mengabaikan ku? Kalau aku tidak dibutuhkan kenapa harus disuruh kemari.
"Ara, apakah kamu menyukai dunia bisnis?"tanya Steven mengajak bicara Ara karena dilihatnya putranya sedang sibuk.
"Saya kurang menguasai bidang itu, paman,"ujar Ara dengan sopan. Steven tersenyum mendengar jawaban Ara.
"Ya, tapi belajar juga tidak masalah, Kendra adalah ahlinya, kalau ada sesuatu jangan sungkan bertanya,"ujar Steven ramah.
"Ya, paman,"jawab Ara.
"Kamu juga ahli memasak?"tanya Steven kembali. Ara tersenyum mendengarnya.
"Hanya sekedar bisa, paman,"jawab Ara.
"Kendra pernah memuji masakanmu,"ujar Steven membuat Kendra mendongak mendengar apa yang baru saja dikatakan sang ayah. Kapan aku bicara dengan papa masalah masakan Ara?
"Kamu belajar selama di Paris?"tanya Steven.
"Iya, paman, hanya beberapa masakan yang say sukai,"ujar Ara dengan nada merendah. Dia tidak ingin bersikap congkak dengan apa yang telah dia miliki.
"Hebat, kamu calon istri yang hebat, siapa lelaki beruntung yang akan mendapatkan dirimu nanti, paket komplit sudah ada di dirimu,"puji Steven.
"Terimakasih paman atas pujiannya,"ujar Ara merasa malu karena dipuji secara langsung.
"Kamu cantik, pintar, dan juga jago memasak, suami mana yang tidak betah nantinya,"kelakar Steven. Ara hanya ikut tersenyum mendengar apa yang dikatakan Steven. Diam-diam Kendra juga ikut tersenyum tipis mendengar ucapan sang ayah.
"Kamu pernah menjadi model di Paris?"tanya Steven kembali. Kali ini kendra juga ikut penasaran mendengar apa yang dikatakan ayahnya.
"Iya paman, sekedar mencoba,"jawab Ara.
"Kudengar kamu pernah mendapatkan penghargaan karena itu,"ujar Steven kembali.
"Karir kamu di Paris sungguh luar biasa, bahkan Ella bilang padaku, dia ingin bertemu langsung denganmu, dia tidak menyangka kamu ada di Indonesia."
"Iya, selama saya di sini saya masih pekerja freelance D'ell fashion."
"Hebat, kamu memang seorang pekerja keras,"ujar Steven. Ara hanya tersenyum mendengar nya.
"Ini berkas yang harus kamu pelajari dan tanda tangani,"ujar Kendra yang sudah ikut bergabung dengan mereka di sofa. Kendra menyodorkan beberapa lembar kertas yang berisi kesepakatan.
Ara menerima lembaran itu dan mulai membacanya satu persatu. Kendra dan Steven tampak tenang menunggu Ara menyelesaikan membacanya.
"Kalau ada yang tidak mengerti, kamu bisa bertanya,"ujar Kendra.
"Apakah ini bisa kubawa pulang dahulu,"tanya Ara. Kendra mengangguk. "Silakan."
"Terimakasih, saya akan menghubungi asisten Alvin jika saya...."
"Langsung tanya padaku,"potong Kendra membuat Ara terkejut.
"Apa?"
"Tanya langsung padaku jika kamu tidak mengerti,"ujar Kendra tegas. Steven tampak diam-diam tersenyum mendengar ucapan anaknya.
"Pinjam handphone mu,"ujar Kendra. Ara mengeluarkan handphone nya lalu menyerahkannya kepada Kendra. Lalu Kendra memasukkan nomornya kedalam handphone Ara.
"Hubungi aku sendiri, jangan lewat Alvin,"tekan kendra. Ara hanya terdiam tanpa merespon apapun.
**
Abimanyu duduk di sebuah kafe. Dia menunggu kedatangan Ara di sana. Dia sudah menghubungi Ara dan memintanya untuk datang menemuinya.
"Ara bukankah kita harus bicara,"ujar Abimanyu.
"Apakah kamu tidak ingin datang,"ujarnya kembali pada dirinya sendiri.
Abimanyu masih berharap Ara akan bersedia menemuinya meski hanya sebentar saja.