Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 7 - Single Mom
Ep. 7 - Single Mom
🌺SINGLE MOM🌺
Hujan gerimis menyelimuti malam ketika sebuah mobil Grab berhenti di depan penginapan kecil yang hangat namun sederhana.
Lampu-lampu kuning menyala redup, memberikan suasana yang tenang di tengah dinginnya malam.
Kirana duduk di kursi belakang sambil menggenggam erat Naya yang tertidur di pangkuannya. Wajahnya terlihat lelah, namun ada kehangatan dalam pelukannya pada putri kecilnya.
Sopir Grab menoleh ke belakang dengan wajahnya yang ramah lalu berkata, "Nona, ini tempat yang cukup baik untuk menginap sementara. Pemiliknya juga baik hati, sering membantu orang yang membutuhkan."
Kirana pun mengangguk pelan. "Terima kasih, Pak. Aku tidak tahu harus ke mana jika tidak bertemu Bapak." Suaranya serak, nyaris tenggelam dalam hujan yang mulai menderas.
Sebelum keluar, Kirana menatap Naya yang terlelap dengan damai. Air matanya mulai membasahi wajahnya seraya membelai rambut anaknya, lalu bergumam pelan, "Mas... Aku kangen kamu, Mas... Hiks... Kenapa kamu meninggalkan kami secepat ini? Aku tidak tahu bagaimana menjalani hidup tanpa kamu. Aku takut, Mas... Aku takut... 😭😭😭."
Suaranya pecah dalam tangis yang tertahan, tetapi ia segera menghapus air matanya karena tidak ingin membangunkan Naya.
Dengan perlahan, ia keluar dari mobil sambil menggendong anak kecil itu.
Sopir Grab membantu mengambil kopernya dan beberapa kardus dari bagasi. "Semoga keadaan membaik untuk Ibu dan putri kecilnya," gumamnya, tulus.
Di dalam penginapan...
Pintu kayu tua terbuka dengan suara berderit. Pemilik penginapan, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, menyambut mereka. "Selamat malam, Neng. Apa saya bisa membantu?," ucapnya.
"Aku butuh kamar untuk sementara waktu. Tidak perlu yang besar, asal cukup untuk aku dan anakku," jawab Kirana sambil membetulkan posisi Naya di pelukannya.
Wanita itu menatap Kirana dengan tatapan penuh simpati. "Tentu, Neng. Kami punya kamar di lantai dua yang cukup nyaman. Silakan ikut saya."
Kirana pun mengikuti wanita itu menaiki tangga kayu yang sedikit berderit, namun suasananya terasa hangat.
Kamar yang ditunjukkan cukup luas, dengan tempat tidur bersih, meja kecil, dan jendela yang menghadap ke jalanan.
"Jika Neng butuh sesuatu, jangan ragu untuk memanggil saya," kata wanita itu sebelum meninggalkan mereka.
Kirana lalu menidurkan Naya di tempat tidur, kemudian duduk di sisi tempat tidur, sambil memandangi wajah anaknya yang polos.
"Naya, maafkan Ibu... Ibu tidak tahu apakah Ibu bisa memberikan yang terbaik untukmu. Tapi Ibu janji, kita akan bertahan. Kita akan menemukan jalan keluar," bisik Kirana.
Kirana lalu memandang keluar jendela, ketika hujan masih turun membasahi jalanan.
Ia merasa dunia begitu luas dan dingin tanpa Arga. Namun, ia harus melanjutkan hidup, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Naya.
**
Malam telah larut. Di tengah keheningan, tiba-tiba suara perut Kirana berbunyi keras, "Kroookk!." Ia terkejut, kemudian tersenyum pahit sambil memegangi perutnya yang kosong.
Ia lalu menatap Naya yang masih tertidur pulas di atas kasur. Lalu ia berdiri dan berjalan ke jendela.
Kirana membuka tirai dan melihat ke luar, berharap ada pedagang makanan atau warung kaki lima. Tapi sejauh mata memandang, hanya ada jalanan gelap dan deretan lampu jalan yang sepi.
"Ya Tuhan... Sepertinya aku harus segera makan kalau tidak ingin pingsan," gumamnya sambil memegang perutnya yang kembali berbunyi keras.
Akhirnya Kirana meraih ponselnya, lalu membuka aplikasi GoFood, dan mulai mencari makanan.
Ia memesan nasi goreng spesial, sup ayam, dan beberapa camilan untuk Naya, mengingat putrinya juga belum makan sejak tadi sore. Tapi saat sampai di kolom alamat, ia tertegun.
"Aduh! Aku lupa tanya alamat penginapan ini," ujarnya panik.
Ia segera mengenakan cardigan, lalu melangkah keluar kamar untuk menemui pemilik penginapan. Namun sebelum pergi, ia memastikan Naya tetap nyaman di tempat tidur. "Naya, tunggu di sini, ya, sayang. Ibu akan kembali sebentar," bisiknya.
Sementara itu di lobi penginapan, sang pemilik sedang menonton televisi di ruang resepsionis ketika Kirana menghampirinya. "Maaf, Bu, boleh tanya? alamat penginapan ini apa, ya? Aku mau pesan makanan, tapi lupa tanya tadi."
Wanita itu pun tersenyum ramah lalu menjawab, "Oh, tentu. Ini alamatnya." Ia mengambil kertas dan menuliskan alamat lengkap penginapan tersebut.
"Terima kasih banyak, Bu. Aku sangat terbantu," ucap Kirana sambil menerima kertas itu dengan wajah lega.
"Tidak apa-apa, Neng. Kalau butuh bantuan lain, jangan ragu bilang saja, ya," jawab pemilik penginapan dengan tulus.
Kirana pun mengangguk, lalu segera kembali ke kamar.
Setelah kembali, Kirana langsung memasukkan alamat ke aplikasi dan menyelesaikan pesanannya. "Semoga ini cepat datang. Perutku sudah seperti genderang perang," gumamnya, mencoba tersenyum meski kelelahan.
Tidak lama kemudian, ponselnya berdering. Kurir makanan pun telah sampai di depan penginapan. Kirana pun segera turun untuk mengambil pesanan.
"Ini pesanan Ibu. Semoga sesuai, ya," ucap Kurir dengan senyum ramah sambil menyerahkan kantong makanan.
"Terima kasih banyak, Mas. Semoga rezeki Mas lancar," ujar Kirana sambil menyerahkan uang tip.
"Amin, Bu. Selamat malam," balas kurir itu sebelum pergi.
Kirana membawa makanan itu kembali ke kamar. Setelah menata makanan di meja kecil, Kirana duduk sejenak sambil memandang Naya.
Ia mencium dahi putrinya dengan penuh kasih sayang lalu berkata, "Naya, Ibu akan terus berjuang untuk kita, Nak. Kita akan baik-baik saja," bisiknya sambil menahan air mata.
Kemudian ia mulai makan. Meski makanannya sederhana, nasi goreng dan sup ayam itu terasa sangat nikmat bagi Kirana.
"Mas Arga... Jika kamu ada di sini, pasti kita bisa melewati ini bersama," gumamnya sambil melirik foto kecil Arga di ponselnya.
Hati Kirana terasa hancur, tapi ia harus kuat. Demi Naya. Demi masa depan mereka.
Di tengah kelelahan dan rasa lapar yang terobati, Kirana berjanji pada dirinya sendiri untuk terus melangkah, meski jalan di depannya masih gelap dan penuh cobaan.
Bersambung...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍