"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Apa aku perlu menggemparkan bangsa serigala terlebih dahulu agar bisa membuatmu mau datang menghadapku," ucapan raja serigala dengan tatapan bengis.
Sengaja dia memberi kalimat sindiran agar Vartan mengerti dan tahu diri. Bagaimana tidak, tadi raja serigala harus memanggilnya berkali-kali hingga akhirnya yang ditunggu bisa datang menghadapnya.
"Maaf, Raja. Tadi saya ada sedikit urusan," ucap Vartan berbohong.
Sebenarnya dia tidak ingin mendatangi istana ini, tetapi tadi beberapa serigala datang menghampiri dan memintanya agar segera pergi menghadap raja. Mereka merasa terganggu dengan panggilan dari raja untuk Vartan. Mau tidak mau pemuda itu pun harus pergi. Dia juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan semua orang yang ada di sampingnya.
Raja serigala tahu jika Vartan berbohong, tetapi dia tidak ingin membahasnya. Akan ada saatnya pemuda itu akan patuh padanya.
Raja memberi kode kepada seorang dayang yang ada di sampingnya agar melaksanakan perintah. Dayang tersebut pun maju dan menyerahkan sebuah kotak pada Vartan. Vartan pun menerimanya meski dengan tatapan heran. Dia tidak tahu maksud raja memberinya hadiah dan juga tidak tahu apa isi dalam kotak tersebut.
"Bukalah!" perintah raja serigala dengan tegas.
Vartan pun membuka hadiah tersebut dengan hati-hati. Ada rasa penasaran, tetapi juga ada rasa takut jika ada misi yang akan diberikan oleh raja. Saat Vartan sudah membukanya, ternyata ada sebuah gantungan yang terbuat dari perak. Terlihat begitu cantik, ada ukiran serigala di tengah-tengahnya dan dilapisi emas.
"Itu adalah tanda pengenal untukmu, sebagai pertanda jika kamu adalah keluarga dari raja serigala murni. Aku harap kamu menggunakannya dengan hati-hati. Tidak semua orang memilikinya dan dengan tanda itu juga kamu akan dihormati oleh serigala lainnya, tapi bukan berarti kamu bisa memanfaatkannya."
Vartan memperhatikan gantungan tersebut. Dia menimbang apakah menerimanya atau malah mengembalikannya. Sungguh dirinya tidak pernah berharap akan mendapatkan semua ini.
"Sebelumnya saya mohon maaf, Raja. Saya yakin Raja memberikan ini pada saya juga tidak cuma-cuma, pasti ada alasan lain. Boleh saya tahu apa alasannya?" tanya Vartan sambil menatap lawan bicaranya.
"Kamu sebentar lagi akan menjadi menantu dan bagian dari kerajaan, sudah seharusnya kamu memiliki tanda pengenal itu."
Vartan tentu tidak percaya begitu saja. Dia yakin jika ada alasan lain. "Tapi saya tidak mengatakan jika saya sudah setuju dengan pernikahan itu, kenapa raja mengambil keputusan secara sepihak?"
"Mau tidak mau kamu harus tetap menikah dengan Alexa. Apa kamu rela bangsa kita ditindas oleh bangsa serigala merah dan kita tidak akan bisa sebebas sekarang."
"Di luaran sana masih banyak serigala lain yang lebih hebat daripada saya, kenapa masih terus menginginkan saya? Saya masih baru dan tidak mengerti bagaimana seluk-beluk dunia ini. Aku juga tidak tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di sini."
"Karena kamu masih baru seharusnya jangan terlalu banyak berkomentar. Keputusanku sudah bulat. Kamu akan tetap menikah dengan putriku dan pernikahan akan dilakukan saat gerhana matahari."
Vartan terdiam sejenak, berpikir mengenai kapan akan terjadinya gerhana matahari. Bukankah itu terjadi dua bulan lagi? Sungguh sangat mengejutkan sekali.
Vartan keluar dari istana dengan linglung. Sepertinya dia memang sudah tidak memiliki kesempatan lagi dan terpaksa harus menerimanya. Akan tetapi, bagaimana perasaannya?
Alexa yang sudah menunggu Vartan di depan pun segera menghampiri pemuda itu dan bertanya, "Apa yang dikatakan ayah sama kamu?"
Vartan menoleh sejenak. "Kamu pasti sudah tahu jawabannya," jawab Vartan dengan cuek dan terus melangkahkan kakinya.
Alexa tidak puas dengan jawaban Vartan pun terus mengikuti langkah pemuda itu. "Aku butuh jawaban yang pasti. Apa yang sudah ayah katakan padamu, kamu jawab saja, nggak usah berbelit-belit."
"Ayahmu mengatakan jika pernikahan akan dilakukan dua bulan lagi, saat gerhana matahari," jawab Vartan.
Dia sama sekali tidak menceritakan soal tanda pengenal yang diberikan oleh raja karena itu hal yang sangat sensitif. Vartan khawatir hal tersebut akan memicu rasa iri di kalangan manusia serigala lainnya. Dia sendiri tidak tahu apakah nantinya benda itu akan berguna atau tidak untuknya. Yang pasti saat ini dirinya perlu meyakinkan diri untuk menerima pernikahannya dan Alexa.
"Apa! Dua bulan lagi? Tidak bisa. Vartan, kamu tidak mencintaiku. Seharusnya kamu katakan itu pada ayah, kenapa kamu diam saja?"
"Aku sudah mengatakan bagaimana perasaanku, tapi kamu jelas tahu jika ayahmu itu keras kepala. Ini semua juga kesalahanmu, kenapa kamu harus menjalin hubungan dengan bangsa serigala merah. Kamu tentu bagaimana karakter mereka sesungguhnya."
"Dia berbeda dengan bangsa serigala merah lainnya. Kamu tidak mengenal dia. Kalau kamu sudah kenal, pasti kamu juga akan berpikir sama sepertiku dan bisa merasakan apa yang aku rasakan selama ini."
"Justru kamu yang tidak bisa melihat kebenarannya. Cobalah melihat dari sudut pandang ayahmu. Dia adalah seorang raja yang hebat dan memiliki tanggung jawab atas semua kehidupan manusia serigala murni, bisakah kamu berpikir mengenai beban yang dia pikul seorang diri? Kalau kekasihmu itu mencintaimu, begitupun sebaliknya, apa salahnya jika kalian putus. Masih banyak di luar sana laki-laki dan perempuan baik. Ini semua juga demi kebaikan bersama."
"Aku tidak bisa karena aku sangat mencintainya. Aku juga pernah putus dengannya dulu, tapi baru beberapa hari aku sudah sangat merindukannya. Untuk itulah aku dan dia memutuskan untuk kembali bersama."
"Itu karena kamu sendiri yang selalu mengingatnya. Sekarang coba pikirkan kembali tentang kekasihmu, pikirkan juga mengenai nasib bangsa kita dengan baik, jangan egois dengan memikirkan perasaanmu sendiri."
Vartan naik ke atas motornya dan meninggalkan Alexa sendirian di sana.
Alexa diam mematung, teringat kebersamaannya dengan sang kekasih selama ini. Dalam hati gadis itu bertanya, apakah dirinya harus mengorbankan semua itu hanya karena sesuatu yang belum jelas terjadi. Alexa pun berniat untuk pergi menemui kekasihnya. Dia ingin membicarakan mengenai hal ini, berharap kekasihnya punya jalan keluar agar kedua keluarga sama-sama memberi restu dan bisa membuat mereka bersama.
***
Vartan telah sampai di halaman rumah. Dia langsung masuk ke dalam rumah begitu saja dan mendapati mamanya berada di ruang keluarga sambil menangis dengan ditemani papanya.
"Mama kenapa menangis?" tanya Vartan sambil duduk di samping mamanya.
Mama Minarti dan Papa Prayoga pun sama-sama menoleh dan melotot ke arah Vartan.
"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Vartan dengan begidik ngeri.
Dia pun berdiri dengan perlahan, tahu jika saat ini suasana sedang tidak mendukung. Pasti dirinya akan menjadi 'santapan' kedua orang tuanya.
"Kamu dari mana saja, Vartan? Mama dan Papa semalam cari kamu, tapi nggak ketemu. Kamu dengan santainya tanya Mama kenapa? Apa kamu tidak berpikir kekhawatiran kamu? Semalaman kamu pergi tanpa ada kabar. Mama tanya sama semua teman-teman kamu dan mereka juga nggak ada yang tahu di mana kamu. Apa saja yang kamu lakukan!" teriak Mama Minarti hingga membuat Vartan dan Papa Prayoga menutup kedua telinganya.