She'S My Wife

Kedua nya sudah berada di salon ternama dan terbaik yang banyak di kunjungi oleh kalangan atas.

"Selamat pagi Nyonya Jasline, apakah hari ini ingin perawatan kulit lagi?" salah satu pelayan mendatangi Jasline dan Andin.

"Pagi. Ya, untuk dua orang, di ruang VIP" Jasline segera melenggang diikuti Andin.

Jasline di beri perawatan sesuai kebiasaan nya yang memang sudah hampir setiap bulan ke salon itu.

Andin hanya mengikuti karena dia sendiri tak tau apa yang cocok untuk nya, untung nya mereka berada di salon ternama jadi keahlian para pekerja nya tak di ragukan lagi.

...----------------...

Andin sudah siap dengan make up yang di poles oleh Jasline dan gaun pesta yang mewah tapi terasa sederhana.

"Perfect" puji Jasline dengan bangga melihat hasil karya nya sendiri yang sangat cocok di Andin.

Andin nampak tersipu. "Apa ini nggak terlalu mewah Ma?" tanya Andin merasa diri nya tidak PD untuk keluar dari kamar menemui Gevano yang sudah menunggu.

"Belum mewah kalau belum pakai ini" ucap Jasline segera memasang kalung berlian di leher Andin.

"Ma.. Apa ini nggak.." Andin menghela nafas, seperti nya kalau dia mengulang pertanyaan itu akan ada perhiasan yang lain terpasang di tubuh nya.

"Belum, pakai ini juga" ujar Jasline segera memasang gelang yang sama seperti kalung nya.

"Maa.. Udah cukup Ma" Andin bisa-bisa tak leluasa dan menjadi patung nanti kalau kebanyakan perhiasan.

"Ini baru perfect banget" puji Jasline dengan tersenyum bangga.

"Sana, Gevano udah nungguin kamu di ruang tamu" usir Jasline dengan halus.

Andin keluar dari kamar di bantu oleh Jasline. "Kamu pakai high heels yang ini--"

"Ma jangan Ma.. Encok kaki ku Ma kalau pakai setinggi itu" seru Andin dengan wajah memelas.

Jasline tertawa. "Bukan yang ini, tapi yang ini loh"

Andin di bantu Jasline lagi untuk memasang high heels itu. "Ngerepotin Mama terus nih jadi nya" ujar Andin membuat Jasline terkekeh.

"Nggak gratis ya, berikan Mama cucu sebagai ganti nya, cucu yang banyak" balas Jasline tersenyum dan menggandeng tangan Andin untuk keluar dari kamar nya.

Andin hanya diam menurut hingga tiba di hadapan Gevano yang sedang mengobrol dengan Grandma.

"Gevano coba lihat" cetus Jasline membuat tatapan Gevano beralih.

Deg

"Cantik nya" puji Gevano segera berdiri mendekati Andin yang masih di berdiri di dekat Jasline.

Grandma hanya melihat dengan tatapan kagum juga, tapi dia coba untuk tutupi.

"Jangan jauh-jauh dari ku nanti, aku nggak mau kamu di godain orang-orang" bisik Gevano di telinga Andin.

Andin menggangguk pelan di sertai rona pipi nya yang mulai terlihat.

"Aku sama istri ku berangkat dulu, jangan tunggu kami pulang, aku bisa membawa nya menginap di hotel malam ini" ambigu Gevano menatap Andin dengan tatapan susah di artikan.

Andin makin tersipu, ia paham dari gerakan jari Gevano yang menggelitik di telapak tangan nya.

Kedua nya segera berangkat menuju lokasi acara pesta.

"Apa kita harus ke acara?" cetus Gevano ia masih tak bisa berpaling dari Andin.

Andin terkekeh. "Kalau nggak ke acara, sia-sia dong Mama make up in aku" balas Andin membuat Gevano ikut terkekeh.

"Rasa nya aku nggak mau berbagi pemandangan ini, langsung ke hotel aja gimana?" Andin tertawa dan melarang Gevano dengan mata melotot.

"Jangan macem-macem dulu, fokus ke acara nya nanti" sentak Andin di angguki patuh Gevano.

Sampai di hotel bintang lima, kedua nya segera masuk ke aula yang terdapat pesta mewah para kolega-kolega.

"Oh hai Tuan Gevano! Senang rasa nya melihat mu bisa hadir.. Dan membawa gadis cantik ini bersama mu" ucap para kolega yang bertemu dengan Gevano dan selalu Gevano sahut.

"Dia bukan gadis lagi, she's my wife" Gevano tak ragu, bahkan dia dengan bangga menggandeng tangan Andin yang nampak dingin.

"Tetap di dekat ku ya, aku tau kamu gugup" bisik Gevano di angguki Andin patuh.

"Halo Gevano! Akhirnya kamu datang juga" sapa pemilik acara yang menghampiri Gevano dan Andin.

"Ya, saya sempatkan kesini" balas Gevano membalas jabatan tangan dari pemilik acara.

"Who she?" tanya nya melirik Andin yang hanya diam tersenyum di samping Gevano.

"She's my wife" jawab Gevano singkat melirik Andin dengan penuh damba.

"Wah, gagal sudah untuk menjadikan kamu menantu ku kalau begitu" ujar Pak Bas melirik putri nya yang berada di samping nya.

Gevano mengangguk-angguk, dia kembali melirik Andin yang hanya diam tak beraksi.

"Mau ku ambilkan minum?" tawar Gevano di angguki Andin. Gevano segera melenggang pergi dan menyuruh Andin untuk tak berpindah tempat.

"Sudah berapa lama kamu menjadi istri dari Gevano?" tanya seorang gadis yang dia tau ialah putri dari pemilik acara.

Andin menatap balik gadis itu yang menatap nya dengan tatapan menantang dan sinis.

"Hampir dua bulan, kenapa? Ingin berniat merebut milik ku?" balas Andin membuat gadis itu menatap tak percaya kearah nya.

"Jaga bicara mu Nona, kamu hanya tamu yang di bawa oleh Gevano kesini. Kalau saja dia tak membawa wanita seperti mu, sudah ku pastikan perjodohan anak ku dengan Gevano berlangsung malam ini juga" tegur Pak Bas dengan tatapan tajam.

Andin terkekeh. "Untung nya aku ikut ya, kalau tidak bisa-bisa Gevano pulang bawa madu yang tak manis ini untuk ku" balas Andin tak kalah tajam.

Anak dan Bapak itu terdiam tak bersuara mendengar kesarkasan seorang wanita yang mereka belum tau nama nya, tapi yang mereka ketahui ialah wanita di depan nya ini, istri sah Gevano.

Gevano datang membawa dua gelas, untuk nya dan untuk sang istri, dan itu non alkohol karena ia tau Andin yang lemah akan alkohol.

Andin berbisik sembari menerima gelas berkaki itu dengan anggun.

"Aku mau pulang--"

Gevano menatap Andin dengan tatapan bingung, tapi dengan gerak-gerik Andin yang memang sudah tak nyaman berada di acara itu.

"Ah saya dan istri saya seperti nya harus pulang lebih awal, kami sedang ada urusan mendadak yang tak bisa di tinggalkan. Permisi" pamit Gevano mendapat anggukan beberapa kali dari Pak Bas yang masih diam.

Kedua nya melenggang, sebelum benar-benar keluar dari aula, Andin sempat menoleh ke belakang yang ternyata Pak Bas dan anak nya masih menatap nya.

"Cih, benalu kotor" gumam Andin kembali menatap ke arah depan dengan gaya arogan yang di ajarkan Jasline.

Gevano melirik Andin, ia tak tau apa yang terjadi pada Andin saat ia tinggalkan mengambil minum.

"Perlukah ku selidiki?"