Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.
Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.
Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.
Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Rahasia Rico
Di sebuah rumah kontrakan yang tampak sederhana...
"Aku ini hamil anak kamu lo Maas, kok tega-teganya kamu malah nikah sama perempuan lain. Mana janjimu dulu yang bakal nikahin aku, Maas," Elvira mengguncang tangan kiri Rico dengan berderai air mata karena merasakan kepedihan.
"Aku benar-benar minta maaf El, aku terpaksa menikahi Jelita karena kemauan Papanya sebelum meninggal," kata Rico jujur dengan perasaan sangat bersalah.
"Aku gak butuh kata maafmu Mas, aku butuh tanggung jawabmu. Gak mungkin aku tega ngaborsi janin yang gak bersalah di rahimku ini," ucap perempuan cantik berumur 25 tahun itu dengan masih terisak.
"Aku gak berani nikahin kamu, El. Kalau kedua orang tuaku sampai tahu, mereka bisa marah besar," Rico jadi bingung sendiri dengan apa yang sekarang dia hadapi.
"Baiklah Mas. Kalau Mas tetep gak mau nikahin aku, mending aku bunuh diri saja. Kalau kematianku nanti viral, Mas Rico pasti ditangkap polisi dan masuk penjara," karena sudah putus asa, Elvira hanya bisa mengancam pacarnya.
Untuk sesaat, percakapan antara Rico dan Elvira pun terhenti karena pria itu sedang bergumul dengan pikirannya.
"Beri aku waktu beberapa hari dulu ya El, aku butuh waktu untuk berpikir," ujar Rico lesu.
"Oke Mas, aku beri kamu waktu 3 hari. Kalau 3 hari kemudian Mas Rico gak datang ke kontrakanku, aku beneran bakal bunuh diri," tegas perempuan cantik berumur 25 tahun tersebut.
*
"Mas, aku minta duit 1 juta dong, untuk bayar kegiatan kuliah nih. Paling lambat bayarnya hari Rabu lo," todong Sisca karena tahu jika setiap tanggal 1 kakaknya pasti sudah gajian.
"500 ribu saja Sis, yang separo lagi kamu minta sama Bapak," sahut Rico sambil membuka tas kecilnya untuk mengambil dompet.
"Sisca gak berani minta sama Bapak, Mas, soalnya kata Ibuk bulan ini pengeluaran kita lumayan banyak," kata gadis berumur 20 tahun itu.
Mendengar penuturan adiknya, dengan terpaksa Rico memberikan uang 1 juta. Merasa rencananya berhasil, gadis itu tentu sangat senang hatinya karena bisa jalan-jalan dengan sisa uang bayar kegiatan kuliah yang sebenarnya tidak sampai 600 ribu.
Belum juga Rico masuk ke dalam kamar, Dewi sudah menghampirinya, ikutan minta jatah duit pada anak lelakinya.
"Maaf Buk, Rico gak bisa ngasih uang. Yang 1 juta sudah diminta Sisca untuk bayar kegiatan kuliah lo," jujur pria tersebut.
"Ya ampun Ric Ric, aku ini Ibukmu lo, dimintai duit 500 ribu saja kok gak dikasih," semprot wanita berumur 48 tahun itu.
"Buk, setiap bulan gaji Rico cuma 2,5 juta lo, trus diminta Sisca 1 juta sisanya tinggal 1,5 juta. Kan aku juga harus ngasih ke Jelita, Buk. Masa' kita mau numpang hidup gratisan ke dia. Kan malu," kata Rico sedikit sengak.
"Halah Ric Ric, ngapain kamu malu sama Jelita, wong harta kekayaannya banyak. Lagipula yang nyuruh dia nikah sama kamu kan Papanya sendiri, bukan karena kemauan kita," cerocos Dewi mau menangnya sendiri.
"Tapi sekarang Ibu, Bapak sama Sisca kan ikutan tinggal di sini. Biaya hidup yang harus dikeluarkan Jelita pasti membengkak Buk, Rico gak enak hati sama dia," pria itu berusaha memberi pengertian pada ibunya.
"Haish, kebanyakan omong kamu Ric! Sini dompetnya!" Dewi merebut dompet anak lelakinya dengan paksa, lalu mengambil uang 500 ribu dari dalamnya, kemudian mengembalikan dompet Rico lagi tanpa ada beban sama sekali.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, wanita berumur 48 tahun itu langsung ngeloyor pergi dengan meninggalkan Rico yang nampak lesu.
Sore harinya...
Tok tok tok! Rico mengetuk pintu kamar Jelita.
"Ada apa, Mas?" tanya Jelita setelah membuka pintu.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, Dik. Boleh aku masuk ke kamarmu?" sahut Rico yang kemudian dipersilahkan masuk oleh Jelita lalu menutup pintu kamarnya lagi.
Baru kali ini Rico masuk ke dalam kamar istrinya yang ternyata lumayan luas, bersih, rapi dan wangi.
"Mas Rico mau ngomong apa?" kata perempuan cantik itu setelah duduk di kursi depan meja riasnya, sedangkan Rico duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Jelita.
"Mas bener-bener minta maaf ya Dik karena bulan ini Mas cuma bisa ngasih kamu uang 500 ribu. Tadi Sisca minta uang 1 juta untuk bayar kegiatan kuliah trus Ibuk juga minta uang 500 ribu. Sekarang uangku tinggal 1 juta trus yang 500 ribu untuk kamu," terang pria tersebut dengan tidak enak hati.
"Ya sudah Mas, berapapun uang yang kamu kasih aku terima," ucap Jelita dengan menahan kesabaran.
Rico pun langsung mengambil uang 500 ribu dari saku bajunya lalu menyerahkannya pada istrinya.
"Sekali lagi Mas minta maaf ya, Dik," kata Rico setelah memberikan uang pada Jelita.
"Kalau gak ada yang perlu dibicarakan lagi, Mas bisa keluar sekarang, aku mau istirahat," ujar perempuan cantik itu datar.
Dengan perasaan bersalah campur malu, Rico pun keluar dari kamar istrinya lalu menutup pintu kamar kembali. Sementara itu, sambil mengunci pintu kamar, Jelita memegang dadanya seraya beberapa kali mengambil napas panjang agar dia merasa relax dan tetap diberi kesabaran.
Malam itu, sambil rebahan di atas kasur, Rico merasa bingung langkah apa yang harus dia ambil untuk menyelesaikan masalahnya dengan Elvira. Sebenarnya jika Elvira mau aborsi, masalah ini tidak akan berkepanjangan dan membuat pusing pikiran. Namun dengan tegas Elvira tadi mengatakan jika dia tidak mau aborsi.
Karena pikirannya sedang buntu, untuk saat ini Rico mengambil keputusan untuk membujuk Elvira agar dia mau aborsi, karena menurut pria itu aborsi adalah jalan satu-satunya yang paling aman untuk menyelesaikan masalah mereka.
*
"Mas nyuruh aku aborsi? Mas kalau ngomong gampang banget. Mas lupa ya waktu dulu pingin merasakan keperawananku?" protes Elvira saat disuruh aborsi oleh Rico.
"Hanya ini jalan satu-satunya yang menurutku aman, El. Gak mungkin aku nikahin kamu. Kedua orang tuaku nanti bisa marah besar," pria itu masih mempertahankan keegoisannya.
"Kenapa sih waktu kita pacaran dulu Mas Rico gak ngasih tahu ke orang tua Mas kalau kita pacaran? Kalau sudah seperti ini yang merasa sangat dirugikan aku, Mas," kata perempuan cantik berumur 25 tahun tersebut.
"Plis El, janinnya kamu aborsi saja ya. Aku benar-benar gak tahu harus berbuat apalagi. Nanti biaya aborsi dan pemulihan fisikmu aku tanggung semua. Mau ya, El?. Pliiis," untuk kesekian kalinya Rico berusaha membujuk pacarnya agar mau aborsi.
"Oke Mas, aku mau aborsi asal Mas kasih aku uang 25 juta sebagai kompensasi," karena sudah merasa dirugikan, Elvira dengan berani minta uang kompensasi.
"25 juta? Banyak banget, El. Darimana Mas punya duit sebanyak itu?" pria itu kaget dengan persyaratan yang diajukan oleh pacarnya.