— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 27 :
"Hei, mau sampai kapan kau tidak sadarkan diri begitu? Cepat bangun!"
Lanna membuka matanya perlahan saat mendengar seorang suara perempuan yang cukup tidak asing baginya. Suara yang terdengar judes.
"Heh, bangun! Kau tuli, ya?"
Perlahan-lahan namun pasti Lanna berusaha bangkit dari posisi berbaringnya. Menatap kedua tangannya lalu meraba wajahnya sendiri. Tidak ada alat bantu pernapasan dan tidak ada pula selang infus tetapi dia masih memakai pakaian rumah sakit. Menatap ke sekeliling dengan bingung sekaligus bertanya-tanya dalam benaknya.
Dimana aku? Batinnya.
Lanna pun bangkit dari bangsalnya, berjalan kemudian berlari dan kepalanya menoleh ke sana kemari melihat bagaimana dirinya berada di tengah-tengah hamparan bunga yang begitu indah. Merasa takjub dengan pemandangan yang di lihatnya, Lanna tersenyum lebar dan mulai melangkahkan kakinya lagi untuk berlari merasakan angin yang berhembus begitu sejuk menerbangkan helaian rambutnya.
Tetapi tunggu dulu.
Langkahnya mendadak berhenti. Dia menyadari sesuatu hal, ada yang berbeda pada tubuhnya.
"Rambutku, rambutku pendek? Bukankah..." Katanya, meraba rambutnya dengan bingung.
Lalu tubuhnya berputar menatap ke sekelilingnya.
"Dan sebenarnya aku ini di mana? Aku, apa aku sudah mati?" Sambungnya.
"Kau gadis yang menempati tubuhku, iya, kan? Kau gadis yang datang ke makamku hari itu. Ya, ya, kau tidak buruk juga, sih,"
Lanna menoleh ke belakang memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang berbicara tetapi suaranya memang sungguh tidak asing baginya. Dia lupa-lupa ingat namun dalam sedetik kedua matanya melebar.
"Serena Lyra?" Sapa Lanna menatap Serena yang berdiri tidak jauh darinya.
Mereka berdua bertatapan tetapi tidak lama kemudian lagi-lagi Lanna merasa bingung.
"Kau waktu itu, aku mendengar suaramu melewati kepalaku dan kau di sini, maksudku kita di sini—"
"Ya, hari itu aku memang merasukimu. Aku kembali dan jika memang kau ingin bertanya kenapa, aku pun juga tidak tahu," potong Serena, gadis itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Serena juga tidak berniat untuk memotong kalimat Lanna. Ada jeda sesaat di antara mereka.
Aku sempat tidak tenang, aku juga tidak suka padamu pada awalnya dan berniat untuk mengganggumu tetapi mendengar kalimatmu saat di atas makamku..." Serena memejamkan matanya seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Serena terlalu gengsi untuk mengatakannya dan untuk pertama kalinya dia menurunkan egonya sendiri.
"Perasaanku langsung luluh. Aku suka origami serigala buatanmu dan aku menerimanya," sambung Serena lagi.
Mendengar penuturan Serena, senyum Lanna mengembang. Dia berjalan mendekat ke arah Serena dan angsung memeluk Serena tanpa sadar.
"Syukurlah jika kau suka origami buatanku dan secara tidak langsung kau sudah mengizinkanku, iya, kan?"
Serena merasa tertegun. Dia juga tidak menolak tindakan Lanna yang memeluknya erat walaupun dia tidak membalasnya sama sekali.
"Sekarang kau sudah menempati tubuhku dan walaupun aku kembali bukan berarti aku bisa merebut kembali tubuhku sebab jiwamu sudah terkunci. Semakin lama jiwamu juga sudah menyatu dengan tubuhku tanpa kau sadari. Kau tidak perlu khawatir, inti sihir yang ku miliki itu sudah menyerap padamu di hari kekacauan itu terjadi," ucap Serena terus terang.
Lanna melepas pelukannya menatap kedua mata Serena kemudian menatap kedua telapak tangannya dan Serena sebagai secara bergantian.
"Lalu selanjutnya apa kau akan menghilang?" Tanya Lanna, dia amat menyayangkan jika Serena menghilang begitu saja.
"Tidak," jawab Serena. Perlahan senyuman tulus mengembang pada bibirnya. "Menjauhlah sedikit,"
Lanna menurut, dia menjauh dari tempat Serena berdiri dan memilih untuk tidak berkomentar apapun.
"Sebagai gantinya, aku akan menjadi hewan pendampingmu," sambung Serena.
Serena berubah wujud menjadi serigala putih dengan mata birunya yang indah serta ukuran tubuhnya yang besar. Adalah bentuk wujud dari bagaimana bentuk origami serigala yang Lanna selesaikannya untuk Serena.
"Terimakasih," ucap Lanna.
Namun tiba-tiba saja tanah yang Lanna pijak bergetar hebat bersamaan dengan itu pertahanan tubuhnya pun runtuh, dia jatuh duduk ke bawah.
"Jika kau berada seperti di sebuah lorong dan kau melihat sebuah cahaya, ikutilah. Cahaya itu. Cepatlah bangun, Xavier sudah menunggumu!" ucap Serena sebelum pada akhirnya gadis itu benar-benar menghilang dari pandangan Lanna dengan cahaya putih yang menyilaukan mata.
Entah bagaimana caranya yang tadinya berada di sebuah hamparan bunga yang luas kini berganti menjadi sebuah lorong hitam, hanya hitam saja. Di ujung sana dari kejauhan Lanna melihat sebuah cahaya putih yang begitu terang. Dia teringat dengan perkataan Serena dan memilih untuk menuruti perkataan gadis itu, berjalan perlahan mendekat ke arah cahaya.
Dan benar saja. Anak lelaki itu sedang tertidur di samping bangsal, sedang menunggunya. Menatap langit-langit kamar ruangannya yang bernuansa putih itu, ingatannya masih begitu melekat dengan mimpinya barusan. Seperti mimpi tetapi itu juga nampak nyata secara bersamaan. Dia bertemu dengan Serena Lyra, sang pemilik tubuh yang dia tempati. Serena Lyra yang bersedia menjadi hewan pendampingnya.
Dalam kondisinya yang masih tidak dapat bergerak dengan leluasa, jari-jemari Lanna yang berada tepat di dekat kepala Xavier bergerak pelan.
Xavier merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak kecil di dekat puncak kepalanya. Dia menegakkan kepalanya dan melihat Lanna sudah sadarkan diri.
Xavier berdiri dengan cepat menatap Lanna yang tengah balik menatapnya lemas. "Lanna, kau sudah sadar?" Kata Xavier, lelaki itu nampak ekspresif begitu sumringah.
Tetapi kemudian Xavier meringis menahan sakit. Itu karena luka di punggungnya kembali terbuka. Saat itu sudah mulai memulih meskipun belum sepenuhnya tetapi karena kejadian saat di kantin dia terkena serangan makhluk raksasa yang Lanna ciptakan menyebabkan luka pada punggungnya basah lagi. Tidak dalam waktu yang lama, Xavier kembali menunjukkan ekspresi datarnya.
...****************...