Pernikahannya dengan Serka Dilmar Prasetya baru saja seminggu yang lalu digelar. Namun, sikap suaminya justru terasa dingin.
Vanya menduga, semua hanya karena Satgas. Kali ini suaminya harus menjalankan Satgas ke wilayah perbatasan Papua dan Timor Leste, setelah beberapa bulan yang lalu ia baru saja kembali dari Kongo.
"Van, apakah kamu tidak tahu kalau suami kamu rela menerima Satgas kembali hanya demi seorang mantan kekasih?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Pesan Dari Vela
Sudah seminggu, Vanya pergi dan pulang ke toko diantar Dilmar. Kini selain ngantor, Dilmar sibuk menjadi pengawal bagi Vanya. Tidak menutup kemungkinan tiba-tiba saja laki-laki yang bernama Sidik tiba-tiba mendatangi Vanya. Sebab firasat Dilmar mengatakan begitu.
Mobil Dilmar tiba di depan rumah. Vanya mulai turun, disusul Dilmar. Vanya segera memasuki kamar, membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar, karena di toko tadi belum sempat sholat.
Saat memasuki kamar, Dilmar menerbitkan senyum melihat Vanya sudah terlihat sholat. Itu artinya malam ini dia bisa meminta haknya pada Vanya.
"Kamu sudah bersih?" tanyanya sembari tersenyum. Vanya nampak terkejut, melihat dilmar sudah berada di sampingnya.
"Ya ampun Abang, Vanya kaget," ucapnya seraya meraih tangan Dilmar dan menciumnya.
"Nanti malam, ya," ucap Dilmar. Vanya tidak menyahut, ia segera mengurai mukenanya dan melipat kembali. Dia bukan tidak paham dengan kalimat yang dilontarkan Dilmar barusan.
Vanya segera keluar kamar, untuk melanjutkan aktifitasnya, yaitu mengolah lauk untuk makan sore ini. Tapi, sebelum kakinya keluar dari kamar, Dilmar memanggilnya.
"Kamu tidak perlu masak yang aneh-aneh, aku hanya ingin makan nugget sama telur didadar. Jangan lupa sambalnya," ujarnya. Vanya segera melangkahkan kaki menuju dapur, kali ini simple dan tidak akan memakan waktu yang lama untuk menyiapkan makan sore.
Nugget dan telur dadar sudah siap di meja makan, sekarang tinggal membuat sambal. Dilmar menyukai sambel dadakan buatan Vanya. Dulu saat masih pacaran, Vanya sering membuatkan Dilmar sambel dadakan saat Dilmar berkunjung ke rumahnya. Katanya sambel buatan Vanya enak.
"Tahu tidak, kata mama, kalau perempuan sambel buatannya enak, itu artinya ulekannya enak." Dilmar sudah berada di belakang Vanya saat Vanya mulai mengulek sambel di atas cobek.
Vanya menoleh, ia mengulum senyum. Dia paham maksud Dilmar. Ulekan bukan sembarang ulekan, karena Vanya sering mendengar tetangga rumah ibunya kalau sedang makan sering berceletuk seperti apa yang Dilmar katakan barusan.
"Perempuan yang pandai menyenangkan di kasur. Bisa dirasakan dari rasa sambelnya, kalau sambelnya enak, maka saat melayani suami di kasur, bisa bikin suami ketagihan, karena ulekan dan goyangannya hebat." Seperti itu candaan yang sering Vanya dengar dari ibu-ibu tetangga di rumah ibunya. Obrolan mereka yang dinilai mesum, selalu saja diakhiri tawa.
Namun, kalau Vanya dan Vela menghampiri dan ikut gabung, mereka pura-pura diam, katanya ada anak gadis yang belum boleh mendengar hal tabu.
Tapi seiring waktu, Vanya paham apa yang mereka ucapkan sebagai candaan disaat berkumpul dan makan bersama itu, arah pembicaraannya sebetulnya menjurus ke hal yang mesum.
"Kamu paham, kan Dek?" goda Dilmar sembari menangkap pinggang Vanya yang masih mengulek.
"Abang, tolong lepaskan dulu. Vanya tidak bisa mengulek dengan benar," protes Vanya sembari melepaskan tangan Dilmar. Dilmar tertawa, lalu melepaskan pinggang Vanya dan bergegas menuju meja makan. Di sana pesanan goreng nugget sama telor dadanya sudah siap.
Sambel buatan Vanya sudah siap, dan kini sudah dihidangkan di atas meja. Melihat sambal sudah siap, Dilmar sangat bersemangat dan segera menuangkan nasi serta lauknya.
"Enak banget sambelnya," pujinya disela mengunyah. Vanya sejujurnya merasa malu dengan pujian Dilmar, karena sesungguhnya ia belum paham dengan ulekan dan goyangan di kasur yang sering ibu-ibu bilang itu.
Malam semakin menjelang, Dilmar dan Vanya baru saja memasuki kamar. Dilmar sudah sangat tidak sabar menanti moment paling mendebarkan dan juga spesial bagi dirinya malam ini.
Namun sebelum moment itu terjadi, Dilmar tergerak hatinya untuk lagi-lagi mengecek Hp Vanya yang memang selalu dalam pantauannya sejak Sidik Zamzami menghubungi Vanya lewat chat WA.
"Teh Vanya, tadi siang ada teman Teteh yang waktu SMK mendatangi rumah dan menanyakan Teteh. Lalu Vela jawab, Teh Vanya sudah tidak tinggal di rumah ibu karena Teh Vanya sudah menikah."
Dilmar mengernyitkan alisnya, dia tahu siapa yang dikatakan Vela adiknya Vanya. "Ternyata lelaki itu berani mencari Vanya sampai ke rumahnya. Aku tidak bisa biarkan dia terus-terusan mencari Vanya. Aku harus temui dia," dengusnya sangat marah.
"Pakailah pakaian dinas yang kamu pakai saat pertama kali menggoda Abang. Masa abang harus susah payah membuka piyama kamu ini," protes Dilmar dengan tatapan yang menyorot tajam. Vanya merasa aneh, tiba-tiba saja Dilmar kembali marah dan wajahnya memerah diliputi emosi.
.