NovelToon NovelToon
Titik Koordinat Mimpi

Titik Koordinat Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Harti R3

Zefanya Alessandra merupakan salah satu mahasiswi di Kota Malang. Setiap harinya ia selalu bermimpi buruk dalam tidurnya. Menangisi seseorang yang tak pernah ia temui. Biantara Wisam dosen tampan pengganti yang berada dalam mimpinya. Mimpi mereka seperti terkoneksi satu sama lain. Keduanya memiliki mimpi yang saling berkaitan. Obat penenang adalah satu-satunya cara agar mereka mampu tidur dengan tenang. Anehnya, setiap kali mereka berinteraksi mimpi buruk itu bak hilang ditelan malam.
Hingga sampai saat masa mengabdinya usai, Bian harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan studinya dan juga merintis bisnis. Saat keberangkatan, pesawat yang diduga ditumpangi Bian kecelakaan hingga menyebabkan semua awak tewas. Semenjak hari itu Zefanya selalu bergantung pada obat penenang untuk bisa hidup normal. Mimpi kecelakaan pesawat itu selalu hadir dalam tidurnya.
Akankah harapan Zefanya untuk tetap bertemu Bian akan terwujud? Ataukah semua harapannya hanya sebatas mimpi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti R3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pekan Terakhir

"Se-sebaiknya mangkuknya ku cuci." kata Zizi terbata.

"Kamu seneng banget ya, memelihara kepiting rebus.Hahaha." ledeknya.

Zizi berdehem dan berlalu ke wastafel. Bian mengikuti di belakangnya.

"Biarkan saya bantu."

"Ti-tidak perlu. Ka-kau duduk saja di sana." bicaranya masih tergagap. "Satu lagi, jangan mencoba menggodaku."

"Aku suka itu."

"Mengapa Pak Bian gak konsisten? Padahal dosen."

"Tentang?"

"Penggunaan kata saya dan aku."

Zizi sengaja menanyakan dan menunggu jawabannya, karena dia pun penasaran. Lama tak menjawab, ternyata Bian sudah berdiri tepat dibelakangnya dengan jarak begitu dekat.

"Kamu ingin tau?"

Zizi berdehem karena terkejut.

"Aku muncul karena nyaman. Seperti...aku menyukaimu."

Sontak Zizi menoleh mendengar ucapan Bian. Jantungnya berdebar tak menentu. Ia pun berbalik berhadapan dengan Bian.

"Why? Kenapa Pak Bian menyukaiku, bukan..."

Cup!

Bian mendaratkan ciuman di bibir tipis nan ranum milik Zizi.

Zizi terkejut dan terbangun dari tidurnya.

"Gak ada siapa-siapa, apakah dia benar-benar di sini?"

Zizi sibuk melihat-lihat dan memeriksa setiap sudut kamarnya. Ia juga membuka pintu kostnya.

"Tidak ada siapa-siapa. Ternyata sudah gelap, jam berapa ini?"

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Ternyata dia hanya bermimpi. Bermimpi ditengah tidur singkatnya.

"Ternyata cuma mimpi. Tapi..."

Dia menggantung perkataannya sembari menyentuh bibirnya yang baru saja menerima ciuman dari Bian. Meski dalam mimpi.

Ia menghela napas panjang, dan memilih beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kalo mimpinya kaya gini, gue rela bermimpi setiap hari." ucapnya seraya menggigit bibirnya.

Tak bisa dipungkiri, ia memang menaruh rasa pada Bian sejak awal bertemu. Ia juga sering menghayal memiliki interaksi bahkan hubungan yang lebih dari sekedar dosen dan mahasiswa.

***

Hari ini tepat 5 bulan Bian mengabdikan dirinya di Universitas Dimensi. Satu bulan lagi, masa baktinya berakhir dan harus bertolak ke Berlin untuk melanjutkan studinya.

"Pak, saya ingin mengajukan untuk mempercepat masa magang saya di sini."

"Kenapa, Pak Bian? Apa ada masalah?"

"Tidak ada, Pak. Saya mengajukan semester pendek, dan kebetulan di-acc dan kelas akan dilaksanakan akhir desember. Untuk itu, saya mengajukan ini."

Akhir desember, artinya dua minggu lagi Bian akan bertolak ke Berlin. Tak ada satu orang pun yang mengetahui pengajuannya selain rektor kampus.

Hari demi hari ia jalani seperti biasa. Mengajar, bertukar sapa dengan mahasiswa, beraktivitas layaknya dosen yang bekerja di situ.

Hingga akhirnya waktu menyisakan hitungan hari. Mau tidak mau ia harus berpamitan dengan para mahasiswa yang diajarnya. Hari itu di kelas Zizi.

"Makin hari makin seru ya kelasnya?" tanya Bian.

"Iya dong, Pak."

"Apalagi kelasnya Pak Bian, selalu seru dan semangat." Ucap salah satu mahasiswanya.

"Sayangnya Pak Bian bukan dosen tetap." celetuk Rossa yang membuat seisi ruangan ramai membicarakannya.

"Betul sekali." ucap Bian. "Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Suatu kehormatan bisa mengisi di kelas ini. Saya bersyukur bertemu kalian."

Pandangannya berhenti pada Zizi yang sedari tadi menatap Bian berbicara.

"Juga...sepertinya pekan ini menjadi pekan terakhir saya di kampus ini."

Deg!

Bak mimpi buruk di siang hari. Zizi menatap Bian penuh dengan pertanyaan. Apa yang baru saja keluar dari mulut Bian membuatnya mematung di tempatnya tanpa kata.

Seisi ruangan mendadak riuh mendengar penyataan Bian baru saja.

"Kenapa pekan ini, Pak? Bukankah akhir desember masih 2 minggu lagi?" tanya Nathan.

"Saya harus belajar lebih keras agar mencapai target kelulusan 3.5 tahun. Saya yakin semua yang ada di ruangan ini pasti mau lulus dengan cepat. Iya, kan?"

"Yaaa, gak ada lagi dosen tampan dong di kelas."

"Hahaha berdoa saja, pengganti saya lebih tampan dari saya." tawa renyahnya keluar begitu saja.

"Saya minta maaf kalau selama mengisi banyak sekali kesalahan atau perkataan yang mungkin tidak mengenakkan. Mmm...saya pamit karena hari ini hari terakhir di kelas ini."

"Masih ada hari jumat." celetuk Zizi yang tentu saja mengalihkan atensi Bian.

"Sayangnya, saya berangkat hari kamis." ucap Bian mengulas senyum untuk Zizi.

"Itu namanya gak pekan ini dong, Pak. Kamis itu besok." protes yang lain.

"Jadwalnya gak bisa dirubah. Maafkan saya. See you on top guys."

Hari itu, hari terburuk bagi Zizi. Selain rasanya belum terungkap, esok ia harus berpisah dengan seseorang yang amat ia harapkan.

Esok hari? Itu artinya ada sisa waktu sore ini dan nanti malam. Kenapa dia tak memberitahuku sebelumnya? Atau memang, aku hanya sebatas mahasiswa baginya?

Zizi terus saja bergulat dengan isi hati dan pikirannya. Ingin sekali ia mengungkapkan isi hatinya, namun ia tau ada Catherine yang menjadi separuhnya.

“Karya siapa yang kamu baca?”

“Tere Liye.”

“Apa judulnya?”

“Tentang kamu.”

“Bacakan sinopsisnya, siapa tau saya juga tertarik.”

“Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita. Terima kasih.”

“Apa itu relate?”

“Kamu terlihat gugup sekali. Benarkah itu relate dengan perasaanmu saat ini?”

Zizi kembali mengingat detail kebersamaannya di toko buku kala itu. Rasanya baru kemarin kebersamaan indah itu bersemayam di hatinya. Namun, harus berakhir hari ini.

"Apa aku harus menemuinya? Tapi, bagaimana jika dia tak mengharapkan kedatanganku."

Rasanya tak mudah melepaskan tanpa bertemu untuk mengungkap perpisahan. Setelah berpikir seribu kali, akhirnya malam itu ia memutuskan untuk menemui Bian di kostnya.

Tok tok tok!

Ia berulang kali mengetuk pintu kost Bian. Namun tak ada jawaban, ia menunggu sampai beberapa saat pun tak kunjung pintu terbuka.

"Bian udah berangkat, mbak tadi sore."

Deg!

"Oh yaudah mas makasih ya infonya."

Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Benarkah dia melupakan aku setelah sekian kebersamaan?

Zizi menuruni anak tangga dengan kecewa. Ia mencoba mengirim pesan dan menelpon namun tak ada jawaban. Bahkan ponselnya tidak aktif.

Tadi sore? Itu artinya, dia sedang diperjalanan. Iya, kan? Sesampainya ia akan memberi kabar seperti biasanya. Iya, kan?

Ia mencoba menenangkan hatinya yang kini tak bisa ditafsirkan dengan kata-kata. Tak terasa air matanya terjatuh membasahi pipinya. Rasanya semesta turut mengerti perasaannya. Hujan pun turun.

Sesampainya di kost, terus saja ia mencoba menghubungi Bian. Namun, hasilnya tetap nihil. Entah apa yang terjadi, sepertinya ia harus benar-benar terbiasa tanpa Bian.

Ia terlelap ditengah tangis sedihnya dengan ponsel yang masih ia genggam. Tepat di pukul 22.00 pesan yang ia kirimkan pada Bian berubah menjadi centang dia biru. Itu artinya, ia membacanya bukan?

1
Anonymous
jjk
Rami
Karya yang luar biasa. Membacanya seakan larut dalam setiap situasi. Bahagia, sedih, lucu bisa ditemukan di karya ini. Jangan lupa membacanya 🥰
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: Iya, semangat🙏✌
Rami: salam kenal juga kak, karyamu udah banyak semoga nular di aku yaa /Pray/
total 3 replies
Yume✨
Lanjutkan terus, aku bakal selalu mendukungmu!❤️
Rami
Sabar kakak, bentar lagi rilis. Jangan merana lagi yaa hihihi
Yusuo Yusup
Lanjutin thor, jangan biarkan kami merana menunggu~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!