Pernikahan tanpa cinta akankah bertahan? Cerita ini beberapa bab mengandung tema dewasa harap bijak dalam menyikapinya ya. Selamat membaca🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"arghh akhirnya selesai juga aku shopping bukankah aku nanti harus berterima kasih kepada suamiku." Gumam ku.
"Mbak Sum ini kue makanlah dengan yang lainnya anggap ini sogokan untuk membantuku merawat bunga-bunga ku ya. " Ucapku sedikit bercanda.
"Te terima kasih nyonya." Ucapnya sambil menunduk sopan.
"Permisi nyonya, belanjaannya di taruh dimana ya?" Tanya Pak Basuki supir yang tadi mengantar ku.
"Ahhh benar aku harus membawa belanjaanku ke kamar ku. Biar aku saja Pak yang membawanya." Ucap ku sambil tersenyum.
"Apaa? tidak tidak nyonya mari saya bantu. Atau saya panggilkan Nak Rangga dia biasanya bagian bawa-bawa barang nyonya." Ucap Pak Basuki panik.
"Bolehkah? tapi jangan Pak Basuki hlo ya. Pak Basuki tadi sudah membantu saya jadi harus istirahat! " perintah ku.
"Siap nyonya besar. " Ucap Pak Basuki penuh semangat.
Aku pun hanya mengambil kantong makanan yang tadi aku beli.
"Lina! " panggil ku kepada pelayan muda yang sedang membawa cucian itu.
Lina adalah salah satu pelayan yang selalu berusaha menyemangati ku, di saat yang lain mencemooh dan menghinaku hanya Lina yang selalu berusaha membela ku. Padahal dia tau konsekuensi membela ku maka dia akan di jauhi oleh pelayan yang membenciku.
"Nyonya. Ada apa?" tanya Lina
"Aku membeli kue dan milk tea ayo kita nikmati bersama!" Ajakku
"Ma maafkan saya nyonya seperti tidak bisa, Kak Mila meminta saya mengerjakan sesuatu. Maafkan saya nyonya." Ucap Lina dengan ragu-ragu.
Melihat reaksi Lina, dan melihat tanganya yang lecet, berkeringat dan pakaian lebih kusut menandakan dia yang paling banyak bekerja.
Melihat Lina seperti itu selalu mengingat kan aku pada diriku dulu. Lina pelayan paling muda dan paling sering di suruh-suruh apalagi ketika para pelayan senior yang terang terangan membenci ku maka mereka akan menyerang Lina juga. Karena mereka tahu bahwa Lina membela ku.
"Eittss apa kamu lupa siapa aku? Aku kan nyonya besar di kediaman ini. Jadi kamu tinggal bilang saja dengan Mila kalau aku yang menyuruhmu menemaniku. " Ucapku dengan penuh percaya diri.
"Ba Baik nyonya." Ucap Lina penuh semangat.
Aku dan Lina pun menuju ke dapur membawa banyak macaron, kue dan berbagai milk tea.
"selamat siang nyonya." Sapa para pelayan dapur yang berjumlah 3 orang perempuan paruh baya dan seorang chef.
"Nyonya apakah ada menu yang nyonya inginkan untuk makan malam nanti?" Tanya seorang chef yang bernama Anton.
"Oh tidak aku hanya ingin membagikan milk tea ini dan juga beberapa macaron dan kue. Silahkan kalian nikmati bersama. Kalau begitu aku pergi dulu. " Ucapku sambil tersenyum semanis mungkin.
Aku pun berlalu meninggalkan dapur menuju kamarku.
Pov orang-orang dapur
"Astaga apakah benar bahwa itu nyonya kita yang setiap berjalan seperti mayat hidup?" Tanya salah satu pelayan yang bernama Anita.
"Ssttt jaga ucapan kalian bagaimana pun beliau adalah orang yang kita layani tak baik jika kita membicarakannya di belakang." Kata pelayang yang sering di panggil Mak Jum itu.
"Tapi bukankah perubahan itu bagus, Nyonya bahkan terlihat sangat cantik dan penuh semangat. Sepertinya tempat ini sebentar lagi akan menjadi lebih berwarna." Ucap Chef Anton
"Tapi bukankah ini terlalu tiba-tiba, kalau di film-film kalau ada seseorang yang tiba-tiba berubah tandanya dia akan menemui ajalnya." Ucap pelayan bernama Martina
"Astaga, jangan-jangan nyonya besar sakit parah?" timpal Anita
"Hus Hus kalian ini anak muda kalau ngomong pada ngelatur, kebanyakan nonton tipi kalian tuh." Omel Mak Jum.
Anton tertawa melihat rekan-rekan dapur nya. Anton pun berfikir haruskah dia membuat desert untuk makanan penutup nanti malam. Sepertinya nyonya besarnya sangat menyukai makanan manis.
Pov selesai.
Aku duduk di ruangan di depan kamarku disana semacam tempat santai di lantai 3. Di lantai tiga ini ada 2 kamar satu kamarku dan satunya kamar suamiku. Memang luas karena di dalam kamar pun terbagi menjadi 3 ruangan, kamar mandi, dress room. Sedangkan di depan kamar kita Ada lift, tangga dan ruang untuk bersantai.
Di ruang santai disini ada macam-macam bentuk sofa yang warnanya senada. ada tvnya juga. Padahal di lantai 2 ada bioskop mini. Sekedar informasi di lantai 2 ada ruang kerja suamiku dan di depannya ada Tempat kerja Benny jadi sebelum masuk ke ruangan suamiku ada ruangan Benny. Di lantai 2 juga ada tempat olah raga dengan berbagai macam Alat Gym dan di sebelah tempat Gym ada Mini Bioskop.
Sementara di lantai satu ada ruang tamu, ruang makan dan dapur. Sedangkan Lantai bawah ada gudang dan tempat parkir koleksi kendaraan suamiku.
"Permisi nyonya, ini barang belanjaannya di letakkan di mana?" Tanya Rangga yang datang membawa barang belanjaan ku bersama seorang temannya bernama Dimas.
"Oh iya, taruh situ aja. " Aku menunjuk kursi di samping Lina. "Oh ya, kenapa kalian lama sekali?"
"Maaf nyonya karena kami harus menaiki tangga. Lift hanya boleh di gunakan untuk kondisi tertentu. Jika sehari-hari para pekerja tidak diperbolehkan menggunakan lift. " Terang Rangga.
"oh gitu, oh ya kamu dan rekan-rekanmu ada berapa orang? Aku ingin membagi milk tea ini dan sedikit kue. Untuk karyawan satpam dan keamanan tadi sudah aku titip kan Pak Basuki." Tanyaku ke Rangga. Karena Rangga dan teman-temannya termasuk pekerjaan yang melakukan pekerjaan Berat dan urusan darurat, Bahkan mereka kadang setara dengan Bodyguard keluarga Bagaskoro. Jika keamanan menetap di kediaman maka Rangga dan teman-temannya kadang menemani Alfarisqi dinas keluar. Tapi saat Alfarisqi di rumah mereka merangkap menjadi tukang angkat-angkat barang. Hahahha karena mereka berotot.
"8 orang nyonya dengan ketua. Tapi ketua sedang tidak di tempat." Ucap Rangga tegas.
"Baiklah, Lina kasih 8 milk tea dan kue jika ketua tidak datang juga kamu boleh memakannya. Anggap saja rejeki kamu." Ucapku sambil tersenyum ramah
Lina pun membagikan milk tea ke mereka dan mereka pun berpamitan. Sementara aku menikmati tea time ku bersama Lina. Aku sangat menyukai Lina dia adalah anak yang supel dalam bergaul meskipun usianya sangat muda.
Setelah selesai tea time Lina pamit kembali untuk bekerja dan aku kembali ke kamarku mengganti seprai dan gorden yang tadi telah aku beli.
"Akhirnya selesai juga, istirahat sebentar lah." Aku duduk di kursi dekat jendela, melihat pemandangan luar yang indah.
tok tok tok
"Masuklah!"
Bbrakkk!!!
Aku terkejut Mila masuk sambil mendobrak pintu kamarku.
"Mila? Apa kamu tak bisa lebih lembut saat membuka pintu?" Ucapku dengan nada sedikit kesal.
"Saya datang untuk menyampaikan sesuatu nyonya."Ucapnya dengan nada angkuh.
"Katakanlah!" Sambil menahan kekesalan ku.
"Saya harap ke depannya nyonya tidak mengajak pergi pelayan yang sedang bekerja. Kami jadi mengalami hambatan dalam pekerjaan. Saya menghukum Lina. " Ucapnya dengan sombong dan angkuh.
...****************...