Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 FITTING BAJU PENGANTIN
Pagi itu, suasana di ruang makan mansion terasa hangat. Keluarga Kinanti, meskipun masih canggung, perlahan mulai merasa nyaman dengan keramahan Nenek Parwati. Sarapan pagi berupa aneka roti, buah segar, dan teh hangat tersaji di meja panjang.
"Jangan malu-malu, anggap saja rumah sendiri. Kalian harus terbiasa dengan suasana seperti ini, terutama kau, Kinan," ujar Nenek Parwati sambil tersenyum ke arah Kinanti.
Ibu Kinanti hanya mengangguk canggung, sementara ayahnya mengucapkan terima kasih. Kinanti sendiri lebih banyak menunduk sambil menikmati sarapannya. Di dalam hati, ia masih merasa sedikit bingung dengan segala perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya.
"Oh, ngomong-ngomong," lanjut Nenek Parwati, "hari ini kita harus pergi ke butik untuk fitting baju pernikahan. Ini sudah mendekati hari besar, jadi segalanya harus sempurna."
"Saya langsung menyusul setelah pulang kerja, Nek," jawab Kinanti sopan.
"Baiklah, kalau begitu. Zayn juga akan langsung ke butik dari kota. Aku sudah memberi tahu dia tadi malam."
Setelah sarapan selesai, keluarga Kinanti kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap, sementara Kinanti bergegas menuju tempat kerjanya dengan hati yang masih dipenuhi berbagai perasaan.
Di butik sore harinya
Kinanti tiba di butik setelah seharian bekerja. Saat masuk, ia melihat Zayn sudah ada di sana, duduk santai sambil memainkan ponselnya. Zayn mengenakan kemeja putih sederhana namun terlihat sangat rapi. Saat matanya bertemu dengan Kinanti, ia segera berdiri.
"Kau terlihat lelah," ujar Zayn singkat, memperhatikan wajah Kinanti.
Kinanti tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini."
Nenek Parwati yang sudah menunggu di dalam butik langsung mengarahkan mereka untuk mencoba baju masing-masing. Zayn masuk ke ruang ganti lebih dulu, dan saat keluar dengan setelan jas berwarna krem muda, semua mata tertuju padanya.
"Kau tampak sangat tampan, Zayn," puji Nenek Parwati.
Kini giliran Kinanti. Saat ia keluar dari ruang ganti dengan gaun putih sederhana namun anggun, Zayn yang sedang asyik berbicara dengan asistennya langsung terdiam. Matanya tak bisa lepas dari Kinanti, yang terlihat begitu memesona.
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Kinanti gugup.
Nenek Parwati tersenyum lebar. "Sempurna. Kau terlihat seperti putri."
Zayn hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa, namun dalam hatinya ia mengakui bahwa calon istrinya ini benar-benar memancarkan aura yang berbeda.
Fitting selesai dengan lancar, dan mereka semua kembali ke mansion dengan perasaan lega. Hari besar semakin dekat, dan baik Kinanti maupun Zayn mulai menyadari bahwa kehidupan mereka sebentar lagi akan berubah sepenuhnya.
Meski tatapan para karyawan dan pengunjung tertuju pada Zayn yang sangat tampan dan juga atletis. Zayn tam sedikit pun menoleh atau membalas tatapan para wanita tersebut. "Iiih ganteng banget, tinggi ada brewok tipis-tipis lagi,"bisik salah satu karyawan.
"Mba, beruntung sekali ya, calon suaminya ganteng banget."Salah seorang karyawan butik berbisik pada Kinanti .Kinanti hanya tersenyum.
Malam itu, keluarga Kinanti merasa sangat istimewa. Mereka dijemput menggunakan mobil keluarga besar Zayn untuk makan malam di restoran mewah yang sudah dipesan khusus oleh asisten Zayn. Restoran tersebut terletak di lantai atas sebuah gedung tinggi, memberikan pemandangan kota yang berkilauan.
Saat tiba, mereka disambut pelayan yang membawa mereka ke ruang VIP, di mana Zayn sudah menunggu dengan raut wajah tenang seperti biasa. Nenek Parwati tersenyum puas melihat semua berjalan sesuai rencana, sedangkan Kinanti merasa canggung.
Zayn berdiri ketika mereka masuk. "Silakan duduk," katanya singkat namun sopan. Tatapan matanya tak sengaja bertemu dengan Kinanti, dan hal itu membuat Kinanti semakin gugup.
"Kenapa kau terlihat tegang?" bisik Nenek Parwati pada Kinanti saat mereka duduk berdampingan.
Kinanti hanya menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Nek," jawabnya sambil menunduk, mencoba mengendalikan jantungnya yang berdegup kencang.
Di sudut lain restoran
Fabio bersama keluarganya sedang menikmati makan malam. Ayah Fabio, seorang pengusaha lokal, baru saja mendapatkan kontrak baru, sehingga mereka memutuskan untuk merayakannya.
Namun, mata Fabio menangkap sosok yang sangat dikenalnya di ruang VIP. Ia berhenti makan dan memicingkan mata, memastikan bahwa itu benar-benar Kinanti. Ketika ia menyadari bahwa keluarga Kinanti sedang makan malam bersama keluarga Wiratama, pengusaha konglomerat terkenal, ekspresinya berubah menjadi penuh kejutan.
"Ada apa, Fabio?" tanya ibunya yang duduk di sebelahnya.
"Itu... itu Kinanti," jawab Fabio pelan, menunjuk ke arah ruang VIP. "Dan mereka bersama keluarga Zayn Wiratama."
Semua anggota keluarga Fabio menoleh ke arah yang Fabio tunjuk. Mereka juga terkejut melihat Kinanti, yang mereka kenal sebagai gadis sederhana, kini tampak sangat anggun dan duduk bersama keluarga pengusaha besar.
"Bagaimana bisa?" gumam ayah Fabio. "Bukankah dia hanya gadis biasa?"
Fabio diam, tak tahu harus berkata apa. Hatinya bercampur antara terkejut dan menyesal.
Makan malam berlangsung dengan sedikit percakapan, sebagian besar diisi oleh obrolan Nenek Parwati dan orang tua Kinanti. Zayn hanya berbicara ketika perlu, sesekali menanyakan sesuatu pada pelayan atau memberi komentar singkat tentang makanan.
Namun, setiap kali matanya bertemu dengan Kinanti, suasana terasa sangat berbeda. Kinanti tak berani menatap lama-lama, tapi ia merasa jantungnya terus berdebar kencang.
Setelah selesai makan, Zayn pamit lebih dulu karena harus kembali ke kota untuk menghadiri rapat mendadak. Sebelum pergi, ia menoleh ke arah Kinanti.
"Pulanglah lebih awal. Jangan terlalu lelah," katanya singkat namun penuh perhatian.
"Baik pak." Kinanti hanya mengangguk pelan. Setelah Zayn pergi, Nenek Parwati tersenyum melihat wajah Kinanti yang tampak memerah.
Di sudut lain restoran, keluarga Fabio terus mengamati mereka hingga mereka meninggalkan tempat tersebut. Kejadian itu membuat keluarga Fabio benar-benar bingung dan penasaran dengan hubungan Kinanti dan keluarga Wiratama."Ada apa sebenarnya, apa benar rumor itu?Kinanti akan menikah dengan tuan Zayn Wiratama?:Fabio dalam batinnya.
Citra yang dipenuhi rasa iri dan benci mulai merencanakan sesuatu untuk menghancurkan nama baik Kinanti. Ia mengumpulkan foto-foto lama yang menunjukkan kebersamaan Kinanti dan Fabio saat masih berpacaran. Dengan penuh licik, Citra mengedit beberapa foto agar terlihat lebih mesra dan menambahkan narasi seolah-olah Kinanti masih menjalin hubungan dengan Fabio meskipun sudah bertunangan dengan Zayn.
Setelah itu, ia mempublikasikan foto-foto tersebut di media sosial menggunakan akun palsu. Tak butuh waktu lama, foto-foto itu menjadi viral, dan berbagai komentar negatif mulai bermunculan.
---
Di kantor Zayn
Asisten Zayn mendatangi ruangannya dengan wajah panik. "Tuan Zayn, ada sesuatu yang harus Anda lihat," katanya sambil menunjukkan artikel yang beredar tentang Kinanti.
Zayn membaca artikel itu dengan wajah tenang, tapi matanya menunjukkan sedikit kilatan emosi. Artikel tersebut menuduh Kinanti berselingkuh dengan Fabio, yang kini sudah menjadi suami Citra. Ada juga komentar-komentar negatif yang mempertanyakan kredibilitas Zayn karena memilih seorang wanita seperti Kinanti.
Zayn diam sejenak, lalu menginstruksikan asistennya untuk mencari tahu siapa yang pertama kali mempublikasikan foto-foto tersebut. "Dan pastikan ini tidak mengganggu persiapan pernikahan," tambahnya tegas.
---
Di mansion Nenek Parwati
Kinanti yang baru pulang kerja menerima panggilan dari salah satu temannya. Dengan suara panik, temannya memberi tahu tentang foto-foto tersebut. Kinanti yang tidak tahu apa-apa langsung membuka media sosial dan terkejut melihat dirinya menjadi bahan gosip.
Matanya berkaca-kaca saat membaca komentar-komentar pedas. "Bagaimana ini bisa terjadi?" gumamnya dengan suara bergetar.
Nenek Parwati yang kebetulan lewat langsung menghampirinya. "Ada apa, Kinanti?" tanya sang nenek dengan lembut.
Kinanti menunjukkan ponselnya dengan tangan gemetar. Setelah membaca, ekspresi Nenek Parwati berubah serius. "Jangan khawatir, ini pasti ulah seseorang yang tidak suka padamu. Aku akan menangani ini."
---
Di rumah Citra
Citra tersenyum puas melihat kekacauan yang ia buat. Ia bahkan menunggu reaksi Fabio, yang selama ini tidak tahu menahu tentang rencana liciknya.
Namun, ketika Fabio pulang dan melihat berita tersebut, ia langsung mengonfrontasi Citra. "Apa yang kamu lakukan, Citra? Ini keterlaluan!" katanya dengan nada tinggi.
Citra berpura-pura tidak tahu. "Aku hanya membagikan apa yang ada, Fabio. Bukankah itu memang foto kalian berdua dulu?"
Fabio menggeleng frustrasi. "Kamu tahu betul itu masa lalu. Kini aku suamimu, dan Kinanti sudah bertunangan dengan orang lain. Kamu tidak hanya menyakiti dia, tapi juga mempermalukan kita sendiri!"
Citra hanya tertawa kecil, merasa tidak peduli dengan peringatan Fabio. "Kalau Kinanti kehilangan reputasinya, bukankah itu lebih baik untuk kita?"
Fabio tidak menjawab. Ia hanya masuk ke kamarnya dengan perasaan campur aduk, sementara Citra terus merencanakan langkah berikutnya.
---
Kembali ke mansion Nenek Parwati
Zayn tiba malam itu dengan wajah serius. Ia menemui Kinanti yang masih terlihat terpukul.
"Kita akan selesaikan ini bersama," kata Zayn sambil menatap Kinanti. "Aku percaya padamu, dan tidak ada yang akan mengubah rencana kita."
Kinanti hanya mengangguk, merasa sedikit lega dengan dukungan Zayn. Namun, ia tahu bahwa masalah ini belum selesai, dan ia harus siap menghadapi konsekuensi dari gosip yang beredar.
"Apa kau percaya dengan kabar itu?"
"Tidak aku lebih percaya padamu. "Meski dingin namun terasa menenangkan bagi Kinanti.
secara logika seharusnya ada kepastian masih atw putus.
tapi anehnya masih sama2 merindukan, tp gak ada komunikasi, padahal di hp ada no kontaknya.. 😆😆😆😇😇😇