Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Baja
Malam itu, lintasan baja di kawasan industri tua terasa seperti arena gladiator modern. Sorotan lampu dari kendaraan anggota Capricorn Steel menyoroti jalur sempit yang dipenuhi rintangan. Rel baja yang melintang di beberapa bagian jalan, tanjakan curam, dan tikungan tajam menjadi tanda bahwa ini bukan lintasan untuk mereka yang lemah.
Galang berdiri di samping Honda CBR 1000RR Fireblade-nya, memeriksa motor itu untuk terakhir kalinya. Ia sudah menghadapi banyak lintasan sulit sebelumnya, tetapi jalan baja ini memiliki reputasi yang menakutkan. Di sebelahnya, Arya duduk di atas Ducati Multistrada V4 Pikes Peak, motor yang dirancang untuk mendominasi medan seperti ini. Aura kepercayaan diri Arya tampak jelas, bahkan saat ia memasang helmnya.
“Siap, Galang?” tanya Arya melalui helmnya. Suaranya terdengar berat dan penuh tantangan.
“Selalu,” jawab Galang singkat sambil memasang helmnya sendiri.
Seorang anggota Capricorn Steel berdiri di tengah lintasan, memegang bendera hitam kecil di tangannya. “Satu putaran penuh!” teriaknya. “Mulai dari sini, lewati jalur rel baja, lalu kembali ke garis ini. Yang pertama tiba adalah pemenangnya!”
Sorakan dari kerumunan menggema di udara malam, menciptakan suasana yang menegangkan. Galang memutar gas motornya, mendengar raungan mesin Fireblade-nya yang siap menerkam. Di sebelahnya, Ducati Arya mengeluarkan suara yang lebih berat, seperti binatang buas yang siap melompat.
“Bersiap!” teriak anggota yang memegang bendera.
Udara menjadi sunyi sesaat. Semua orang menahan napas, menunggu bendera itu jatuh.
Ketika bendera akhirnya diturunkan, kedua motor melesat bersamaan, meninggalkan garis start dengan kecepatan penuh.
Awal Pertarungan
Lintasan dimulai dengan jalan lurus yang diapit oleh dinding logam besar. Arya mengambil posisi terdepan, memanfaatkan kekuatan mesin Ducati-nya untuk menciptakan jarak. Motor itu melaju mulus di atas permukaan jalan yang tidak rata, menunjukkan stabilitas yang luar biasa.
Namun, Galang tidak tertinggal jauh. Ia menjaga Fireblade-nya tetap stabil, membiarkan Arya memimpin sementara. Ini bukan hanya soal kecepatan; ini soal strategi. Dengan jarak pandang yang lebih baik di belakang, Galang mulai mempelajari cara Arya mengambil jalur di setiap bagian lintasan.
Ketika mereka mencapai tanjakan pertama, Arya menekan gas lebih keras, meluncur ke atas tanpa kehilangan momentum. Galang mengikuti, memanfaatkan kelincahan Fireblade-nya untuk tetap dekat di belakang. Tanjakan itu berakhir dengan tikungan tajam ke kanan, dan di sinilah Arya menunjukkan penguasaan medannya. Ia mengambil sudut sempit dengan sempurna, membuat motor besarnya tetap stabil meskipun harus miring hampir menyentuh tanah.
Galang, yang berada tepat di belakang, mengambil jalur yang sedikit lebih lebar untuk menjaga kecepatan. Ia tahu bahwa mencoba meniru jalur Arya di tikungan ini bisa berbahaya. Tikungan itu adalah jebakan pertama di lintasan baja, dan Galang berhasil melewatinya tanpa kehilangan terlalu banyak momentum.
Rintangan Rel Baja
Bagian berikutnya adalah jalur lurus yang melintasi rel-rel baja tua yang melintang di jalan. Permukaan rel itu licin, terutama karena embun yang menetes dari pipa-pipa tua di atasnya. Arya, yang sudah terbiasa dengan jalur ini, meluncur melewati rel dengan presisi sempurna, menjaga motornya tetap tegak meskipun ban belakangnya sedikit tergelincir.
Galang melihat ini sebagai tantangan. Ia tahu bahwa rel baja ini bisa menjadi tempat di mana segalanya berantakan. Dengan hati-hati, ia menyeimbangkan motornya, menjaga kecepatan tetap stabil saat melewati rel pertama. Ban belakang Fireblade-nya sedikit meluncur, tetapi ia dengan cepat mengoreksi arah, meluncur mulus ke sisi lain.
Arya menoleh ke belakang sejenak, melihat bahwa Galang masih tetap di belakangnya. Ia tersenyum tipis di balik helmnya, lalu menekan gas lebih keras untuk menciptakan jarak lebih jauh.
Tantangan Tanjakan Curam
Jalan berikutnya adalah tanjakan curam yang diikuti oleh turunan tajam. Di sini, Ducati Multistrada V4 Arya menunjukkan kekuatannya. Suspensi motor itu menyerap guncangan dengan mudah, memungkinkannya melaju cepat di atas jalan yang penuh bebatuan kecil.
Namun, Galang memanfaatkan pengalaman profesionalnya. Ia tahu bahwa kunci untuk menaklukkan tanjakan ini bukan hanya soal kekuatan mesin, tetapi juga pengendalian. Ia menjaga Fireblade-nya tetap stabil, mengambil jalur yang lebih mulus di sisi kanan untuk menghindari rintangan yang paling buruk.
Ketika mereka mencapai puncak tanjakan, Arya mencoba menarik jarak lagi dengan meluncur cepat di turunan berikutnya. Tetapi Galang, dengan refleks yang luar biasa, memanfaatkan momentum tanjakan untuk mempercepat motornya, mendekati Arya dengan cepat di bagian turunan.
Tikungan Terakhir
Tikungan terakhir adalah bagian paling berbahaya dari lintasan baja. Jalur sempit yang melingkar di sekitar tebing kecil ini hanya menyisakan beberapa meter antara jalan dan tepi jurang. Arya meluncur masuk lebih dulu, mengambil sudut sempit dengan percaya diri. Tetapi Galang sudah mempelajari setiap gerakan Arya sepanjang lintasan ini.
Ketika Arya sedikit terlalu lebar di tikungan, Galang melihat celah kecil di sisi dalam. Dengan keberanian yang luar biasa, ia mempercepat Fireblade-nya, memotong jalur Arya di tikungan terakhir. Ban belakangnya hampir kehilangan cengkeraman, tetapi ia berhasil menjaga keseimbangan.
Arya, yang tidak menyangka Galang akan mengambil jalur itu, kehilangan beberapa detik untuk menyesuaikan kembali posisinya. Ketika mereka keluar dari tikungan terakhir, Galang sudah memimpin.
Dengan kecepatan penuh, Galang meluncur melewati garis finis, meninggalkan Arya beberapa meter di belakangnya. Sorakan meledak dari kerumunan, meskipun mereka tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Kekalahan Arya
Arya menghentikan motornya tepat di belakang Galang, wajahnya terlihat tenang tetapi penuh kekalahan. Ia turun dari motornya, melepas helmnya, dan berjalan ke arah Galang dengan langkah mantap.
“Kau menang,” katanya akhirnya, suaranya rendah tetapi tulus. “Aku tidak menyangka ada yang bisa mengalahkan Capricorn Steel di jalan baja.”
Galang turun dari motornya, melepas helm, dan menatap Arya. “Kau tahu apa yang harus kau lakukan.”
Arya tersenyum kecil, meskipun wajahnya menunjukkan rasa hormat yang tulus. “Kami akan mundur. Capricorn Steel tidak akan mengganggumu lagi.”
Ia mengulurkan tangan, dan Galang menyambutnya. “Tapi jangan pikir ini sudah selesai,” lanjut Arya. “Kau telah menunjukkan bahwa kau berbeda. Dan itu akan menarik perhatian orang-orang yang lebih besar daripada kami.”