Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
"LIDYAAA, apakah kamu tidak tahu sopan santun? Seharusnya kamu mengetuk pintu terlebih dahulu!!" bentak Daniel.
"Mengetuk pintu di perusahaan orang tua ku sendiri? Dan mengetuk pintu untuk orang yang hampir saja mes*m di kantor yang di bangun susah payah oleh papa ku?" ucap Lidya dengan berkacak pinggang.
Rara berjalan menundukkan pandangan nya melewati sisi samping Lidya yang masih berada di depan pintu. Banyak karyawan yang menyaksikan dan saling bergunjing.
Daniel tidak mampu menjawab ucapan Lidya, tapi dia berani menatap mata Lidya dengan sengit.
Kring!
"Halo, baik pak saya akan segera ke sana," ucap Lidya mengangkat telepon.
"Beruntung kamu aku tidak melakukan apa-apa hari ini, tapi ini peringatan pertama dan terakhir untuk mu apabila terjadi lagi maka aku tidak segan-segan meminta papa untuk memecatmu. Karyawan tidak kompeten!" pekik Lidya lalu meninggalkan ruangan Daniel dengan menutup pintu sangat keras.
Di luar ruangan karyawan saling berbisik. Salah seorang karyawan wanita menegur Rara.
"Kamu ini tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau pak Daniel adalah menantu dari owner kita. Dan dia tidak begitu berkuasa di sini, karena semua yang memimpin adalah bu Lidya," tegur salah seorang karyawan wanita dengan sinis ke Rara.
Rara tidak mengidahkan ucapan teman nya, memang bukan hal aneh di lingkungan kerja. Wanita seperti Rara ini pasti ada. Namun ada yang terang-terangan terlihat sifat nya ada yang terselubung.
Tiba waktu pulang kerja, waktu di mana Daniel dan Rara akan bertemu hanya berdua. Rara sudah menunggu Daniel di hotel yang hanya berjarak seperempat jam dari kantor. Mereka sudah menjalin komunikasi melalui whatsapp.
*
*
"Sayang maaf aku pulang agak larut hari ini, banyak pekerjaan dari Lidya yang harus di selesaikan segera. Aku juga sudah meminta pak Bambang untuk tidak menjemput ku,"
Pesan berisikan izin untuk Lizda dari Daniel. Padahal diri nya sedang di hotel bersama Rara.
"Wowww, Rara kamu cantik sekali rupanya di lihat dari dekat seperti ini?" Daniel mencubit kecil dagu Rara.
"Pak, tapi kata orang-orang di kantor posisi mu bisa kapan saja terancam. Lalu bagaimana denganku?"
"Eitss jangan panggil pak, panggil mas saja. Tenang untuk soal itu, aku memang bisa kapan saja di pecat tapi perusahaan ini nanti nya akan di berikan ke istri ku," jawab Daniel.
Mereka berbincang untuk saling tahu satu sama lain. Rara ini dari keluarga kurang berada, fisik nya yang cantik sangat memudahkan dia mencari pekerjaan. Tetapi Rara ini senang mencari sampingan pekerjaan nya menjadi penggoda suami orang.
Tangan Daniel sudah mer4ba-r4ba tubuh Rara, sedangkan Rara justru keenakan dan menggigit bibir bawah nya. Membusungkan dada nya seolah di sodorkan ke wajah Daniel. Tanpa ragu Daniel membuka kemeja Rara dan merem4s isi dalam nya.
Tubuh mereka sudah memanas menandakan hasr4t mereka sudah tinggi. Lalu Daniel memasukkan nya dan menggerakan dengan cepat.
Permainan itu selesai juga. Rara juga mudah sekali mencapai puncak nya, secepat mungkin Daniel merapikan pakaian dan rambut nya untuk pulang.
*
*
"Kamu nggak capek? Kok tumben pulang malah terlihat senang?" sindir Lizda yang melihat suami nya bersiul sambil menenteng tas nya.
"Aku senang karena bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, sekarang aku jadi bersemangat kerja." ucap nya lalu mencium kening Lizda dan beranjak ke kamar mandi.
Lizda masih belum bisa menebak apa yang di lakukan suami nya, jika di katakan dia belum terlalu mengenal suami nya lebih dalam. Sifat nya berubah-ubah tanpa bisa di tebak.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan dari pintu kamar Lizda.
"Eh, Dek. Kamu juga baru pulang. Ada apa tumben sekali?!" kata Lizda saat membuka pintu kamar nya.
"Kak sibuk? Kita ngobrol di kamar ku saja mau?" ajak Lidya. Semenjak mereka dewasa memang hubungan mereka tidak lagi sedekat waktu kecil. Pernikahan orang tua mereka yang hampir sepuluh tahun tidak menjadikan mereka canggung. Bahkan Lizda dan Lidya saling menyayangi layaknya kakak adik sedarah.
"Boleh, aku ngomong dulu ke Daniel ya. Kamu tunggu di kamar saja nanti kakak ke sana." Lizda berteriak dari luar kamar mandi yang ada di kamar nya. Bahwa dia akan ke kamar Lidya, di iyakan oleh Daniel dengan intonasi lembut.
Daniel lupa bahwa dia sedang dalam bahaya, dia lupa bahwa banyak rahasia nya yang bisa saja di bongkar oleh Lidya dalam sesaat. Dia terlena oleh Rara membuat nya seperti jatuh cinta lagi.
Lizda masuk ke dalam kamar Lidya. Wajah Lidya terlihat murung, karena penasaran Lizda duduk mendekat di sampingnya perlahan mengingat perut nya yang sudah membesar.
"Kenapa adik ku sayang, kamu lagi ada masalah dengan pacar mu? Atau banyak pekerjaan yang mengganggu mu?" tanya Lizda memegang pundak adik nya itu.
Lidya menyodorkan surat yang bisa di lihat dari kop depan nya, surat itu dari hasil lab. Tetapi sebelum membuka surat itu Lizda justru menanyakan hal lain.
"Dek, aku boleh bertanya dulu. Apakah benar hari ini Daniel lembur karena laporan yang kamu berikan cukup banyak dan harus selesai hari ini?" tanya Lizda memastikan.
Lidya mengernyit dan terdiam sesaat, sebenarnya hal yang akan di ungkap lebih besar dari pada sekedar alasan lembur suami nya. Lalu Lidya menjawab "Apa itu yang di ucapkan nya ke kamu, Kak?"
Lizda mengangguk, secara cepat Lidya harus mencari alasan agar topik pembicaraan utama mereka tidak terlupakan.
"Apa kamu marah kalau suami mu harus lembur karena pekerjaan yang aku berikan?" Lidya bertanya balik ke Lizda. Lizda menggelengkan kepala dan meminta maaf karena sudah bertanya.
*
*
Keadaan hening sesaat hingga akhirnya Lizda sadar sudah memegang surat yang di berikan oleh Lidya.
"Apa ini?" tangan Lizda mengambil surat itu.
"Aku tidak akan basa basi, jadi itu adalah surat yang di keluarkan oleh lab. Aku meminta teman ku untuk mengecek obat-obatan yang kamu konsumsi sebelum di rawat di rumah sakit kemarin, Kak. Dan aku yakin kamu pasti akan sangat kaget melihat hasil nya," ujar Lidya.
Lizda hanya terdiam menunggu Lidya melanjutkan pernyataan nya.
"Obat yang kamu konsumsi bisa di sebut adalah obat untuk menggugurkan kandungan," ucapan Lidya mampu membuat kakak nya melotot terheran bagaimana bisa obat yang di resepkan dokter bisa membahayakan dirinya.
"Dek, tidak mungkin. Sebelumnya aku juga selalu mengkonsumsi nya dan tidak terjadi apa-apa,"
"Aku yakin kamu tahu jawaban nya, ya tidak mungkin dokter salah memberikan resep sedangkan obat itu kamu konsumsi setiap hari." pekik Lidya.
Lizda berusaha menepis pikiran buruk nya, karena tidak mungkin suami nya akan membunuh calon anak nya sendiri yang bahkan belum lahir.
*
*
Lizda pergi meninggalkan kamar Lidya dan berjalan cepat menuju kamar nya...