Roxana, sudah 8 kali dia mati dan ini adalah kehidupannya yang ke-9.
Setiap hidupnya dia pasti merasuki tubuh seorang wanita dengan berbagai posisi dan karakter. Tapi nahasnya setiap usianya mencapai 25 tahun pasti dia mati.
Pada kehidupannya kali ini pun sama, tapi kali ini dia hidup di tubuh seorang ibu yang sangat ditakuti. Bukan karena wajahnya tapi perangai dan sikapnya.
Akankan ia lagi-lagi harus mati saat usianya mencapai 25 tahun?
Atau dia akan menggunakan semua kemampuan yang pernah ia miliki untuk bisa bertahan hidup lama kali ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Duke Utara 15
Roxane mengerjapkan matanya ketika sinar matahari pagi menembus celah jendela. Ia ingin bangun dari tidurnya tapi tubuhnya sangat susah digerakkan. Rasanya begitu berat.
Roxane lalu berusaha membuka matanya dengan lebar. Ia sangat terkejut saat melihat dua orang kini tengah memeluknya secara bersamaan. Ya, Leoric dan Lili dengan kuat mendekap tubuhnya. Hatinya tergelitik melihat pemandangan itu.
" Aku sungguh dicintai? Tapi kapan pria ini sampai ke kastel?" gumamnya lirih.
Namun Roxane sedikit heran. Dia tidak menyadari kedatangan Leoric. Roxane yang pernah menjadi pembunuh bayaran dan juga jendral perang di kehidupan sebelumnya tentu memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Jadi dia bertanya-tanya, mengapa dia tidak menyadari kedatangan Leoric. Bahkan ia juga tidak merasa bahwa pria yang berstatus sebagai suaminya itu memeluknya selama tidur.
" Umhh, kau sudah bangun sayang?" ucap Leoric dengan mata yang masih terpejam.
" Hmm, kapan kau pulang? Aah tidak kembalilah tidur, aku akan bangun lebih dulu."
Leoric mengangguk kecil tapi ia masih memeluk tubuh Roxane, seperti tidak ingin wanita itu bangun.
Roxane tersenyum kecil, ia pun tidak jadi bangkit dari ranjang dan membiarkan Leoric untuk kembali tidur sambil memeluknya. Pun dengan Lili, putri kecil mereka itu agaknya juga masih enggan untuk bangun.
Cekleek
" Aah, maaf Nyonya. Sa-saya tidak tahu ka~"
" Sttt, tidak apa-apa. Pergilah, hari ini biarkan Lili tidur lebih lama."
" Ba-baik Nyonya."
Ceklek! Tak!
Haaaah
Melba menghela nafasnya lega. Ia sungguh terkejut melihat pemandangan yang ada di dalam kamar nona nya itu. 5 tahun mengasuh Lili, tapi Melba belum pernah melihat apa yang baru saja ia lihat.
Senyumnya mengembang sempurna, ia sungguh bahagia melihat mereka yang mulai terlihat seperti sebuah keluarga yang sesungguhnya.
Melba pun melenggang pergi. Ia memilih untuk menuju ke dapur dan membantu menyiapkan sarapan yang mungkin akan sangat terlambat.
" Melba, apa kau melihat Nyonya? Mungkinkah beliau pagi-pagi sekali sudah berlatih pedang?"
Sonya sedari tadi kebingungan mencari keberadaan Roxane. Ia yang selalu sudah siap di depan pintu kamar Roxane setiap untuk melayani sang nyonya, pagi ini dibuat bingung karena tidak juga mendapat sahutan ketika ia meminta izin untuk masuk.
" Nyonya masih tidur, Sonya. Beliau tidur di kamar Nona Lili. Dan ... ."
Melba mendekatkan bibirnya di telinga Sonya. Ia membisikkan apa yang baru saja ia lihat di kamar Lili.
Mata Sonya melebar dan senyumnya begitu cerah saat mendapat bisikan dari Melba. " Benarkah begitu? Aaah Ya Dewa, aku sungguh senang mendengarnya Melba."
Melba mengangguk, pada dasarnya Sonya menyayangi Roxane mau seperti apa dia. Meskipun sebelum berubah seperti sekarang, ia sering mendapat ucapan kasar dari Roxane. Sonya hanya merasa lumrah dan kasian. Seorang gadis yang baru menjalankan upacara kedewasaannya harus menerima keruntuhan keluarga, dinikahkan dan dibawa ke tempat yang jauh dari tempat tinggalnya.
Pada akhirnya Sonya mengikuti Melba menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dan ternyata ketika di sana beberapa pelayang bertanya tentang mengapa mereka ada di sana. Terang saja, ini aneh. Semua orang tahu bahwa Sonya dan Melba melayani istri dan putri dari sang penguasa, jadi tidak seharusnya ada di dapur.
" Paduka Grand Duke dan Grand Duchess masih tidur. Mereka tidur di kamar Nona Lilian, dan tahu kah kalian, mereka tidur dengan saling memeluk."
" Ya? Benarkah? Woaah ini bagus sekali. Mungkin bisa jadi, tidak lama lagi kita akan mendengarkan suara tangis bayi."
Tawa renyah memenuhi dapur, mereka tampak senang. Dan cerita itu pun langsung menyebar ke penjuru kastel bagaikan angin yang berhembus.
Klotak klotak klotak
Suara sepatu yang beradu dengan lantai terdengar nyaring. Melanie amat sangat senang karena Leoric sudah kembali. Senyumnya tidak lepas dari bibir mulai dari bangun tidur hingga saat ini dia berjalan cepat menuju ruang makan.
" Selamat pagi Paduke Grand Duke, sa~"
Krik krik krik
Sunyi, di ruang makan tidak ada siapapun yang duduk di sana. Hanya ada beberapa pelayan yang tengah wira-wiri menyiapkan makanan. Melanie tentu saja merasa terkejut, ia sudah lumayan terlambat datang karena harus bersiap sendiri tanpa dibantu pelayan. Tapi ternyata ruang makan kosong melompong.
" Apa sarapannya sudah selesai? Padahal aku hanya terlambat sedikit?" tanya Melanie kepada pelayan.
" Maaf Lady Melanie, Paduka Grand Duke dan Grand Duchess serta Nona Lilian masih tidur. Mereka saat ini masih tidur."
" Apa?"
Melanie terlihat terkejut sekali saat mendengar hal tersebut. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tapi yang pasti dia kesal dan merasa tidak terima. Terlebih saat mendengar pelayan yang berbicara mengenai Leoric dan Roxane yang tidur bersama.
" Bohong, semua itu pasti bohong," pekik Melanie.
Merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar, Melanie pun ingin memastikan sendiri dengan mata dan kepalanya. Dengan langkah terburu-buru, dia bergegas menuju ke kamar Lilian.
Tak!
" Apa kau merindukanku?" Suara Leoric yang serak khas bangun tidur bisa Melanie dengar dari luar kamar. Disana sangat sunyi jadi sekecil apapun suara pasti bisa terdengar. Suara yang berat namun seksi itu sungguh membuat Melanie ingin sekali memilikinya.
" Tentu saja aku rindu. Seminggu kita tidak bertemu, bagaimana aku tidak rindu. Aaah .... ."
Mata Melanie membelalak saat mendengar desahann dari Roxane. Ia bahkan sampai menutup mulutnya karena saking terkejutnya. Kepalanya menggeleng cepat, ia berusaha tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
" Leo, hentikan. Ini sangat geli. Kau bisa membangunkan putri kita jika terus begini."
Semakin panaslah hati Melanie mendengar Roxane memanggil nama Leoric tanpa embel-embel gelar. Ini tentu membuktikan bahwa hubungan mereka berjalan dengan sangat baik.
Sreeeet
Klotak klotak klotak
Melanie tidak sanggup mendengar semuanya lebih lanjut. Meskipun dia awalnya tidak peduli dengan pasangan itu karena fokusnya hanya untuk menjadi Grand Duchess, tapi tidak ia pungkiri ia pun ingin memiliki Leoric sebagai suami.
" Mengapa, mengapa semua tidak berjalan seperti apa yang aku harapkan? Mengapa semua tidak sesuai dengan keinginanku? Wanita jalangg itu, aku sungguh ingin menghancurkan tubuhnya hingga berkeping-keping. Tunggu, tunggu saja. Aku akan mendapatkan semuanya yang harusnya jadi milikku."
Dengan perasaan marah, Melanie memilih untuk ke ruang makan. Awalnya ia enggan, tapi perutnya butuh diisi untuk bisa berpikir dalam menjalankan rencananya. Ia pun makan pagi sendirian tanpa ada siapapun di sana. Rasanya menyesakkan memang, tapi saat ini ia tidak ada waktu untuk meratapi. Ia harus bangkit untuk menang. Seperti itulah isi kepala Melanie saat ini. Tekadnya begitu besar apalagi jelas ia mendapatkan sokongan dari Kaisar Rowan.
TBC
.