Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi tuan Alex di menara X
Hujan masih mengguyur bumi. Tuan Alex juga masih menatap langit timur berharap mentari pagi ini terbit menyambut pagi. Andan memilih naik ke lantai mirip menara dengan menggunakan lift daripada tangga memutar yang membuat kepala pusing. Lagian ia sedang buru-buru agar segera sampai ke menara gedung X.
Saat tiba di ruangan itu Andan mendapati ruangan itu kosong. Lelaki tegap itu sudah menduga bahwa tuan Alex sedang berada di teras menara menanti mentari pagi. Hal rutin yang di lakukan tuan Alex jika ia sedang menginap di menara gedung X. Tuan Alex tidak pernah melewatkan mentari pagi di sini ia selalu menantinya.
Dengan secangkir kopi yang masih panas dengan asap mengepul Andan menyusul tuan Alex yang sedang duduk di teras menara dengan ekspresi yang sulit di artikan. Tangannya sedang melipat di dadanya. Andan mendekat.
"Tuan!"
Suara itu membuat tuan Alex bergeming. Lelaki dengan ekspresi datar itu masih diam. Pandangannya masih lurus kedepan, seolah masih menanti mentari pagi.
"Tuan sepertinya matahari pagi ini tidak akan terbit." Andan kini berdiri di samping tuan Alex.
"Aku tau," Tuan Alex menjawab dengan datar. Lelaki itu masih belum mengalihkan pandangannya dari hujan.
"Tuan, minumlah secangkir kopi," Andan meletakkan cangkir berisi kopi di atas meja kecil di samping tuan Alex. Tuan Alex sedikitpun tidak meliriknya. Wajah tampannya terlihat begitu dingin. Siapapun tidak bisa menebak apa yang di fikirkan tuan Alex saat ini dan bagaimana perasaannya kini. Hanya Andan yang bisa mengerti bahasa yang tersirat di setiap ekspresi wajah datar dan gerak tubuh tuan Alex.
"Apa tuan ingin aku bawakan sarapan ke sini?" Andan terlihat khawatir dengan tuan dingin namun di sayang olehnya. Tuan Alex belum menoleh ke arahnya. Wajahnya juga masih datar tanpa ekspresi apapun. Beberpa saat kemudian tangan tuan Alex terulur meraih cangkir berisi kopi di sampingnya lalu menyeruputnya. Kopi ini di buat manual khusus untuk tuan Alex tanpa campuran apapun. Sementara Andan masih menunggu perintah dari tuan tampan yang ia berjanji akan setia padanya. Tuan Alex menyeruput kopi itu hingga habis.
"Tidak perlu membawakan ku sarapan, aku akan turun," Tuan Alex menjawab pertanyaan Andan yang beberapa menit tadi di lontarkan oleh Andan.
Tuan Alex kini langsung berdiri. Lalu bergegas masuk ke dalam dan Andan mengikutinya dari belakang. Kemudian tuan Alex menuruni anak tangga memutar itu dan Andan dengan setia mengikutinya. Andan sudah hafal kebiasaan tuannya jika tuan Alex tidur di atas menara X. Tuan Alex belum pernah melakukan sesuatu tanpa alasan. Bahkan membuat seribu anak tangga lelaki itu punya alasan ia tidak membuat anak tangga itu sia-sia tanpa di gunakan.
Tidak sampe sepuluh menit tuan Alex dan Andan tiba di lantai dasar. Andan masih mengikuti tuan Alex berjalan menuju ruang makan dan sarapan sudah terhidang di meja makan. Tuan Alex menghampiri meja, nafasnya sedikit ngos-ngosan. Pasti ia berlari menuruni anak tangga. Salah satu pembantu mendekat lalu menarik kursi untuk tuan Alex, tak lupa mempersilahkan lelaki itu untuk duduk dengan membungkuk hormat. Tuan Alex duduk tanpa menoleh sedikitpun. Tak apa, para pembantu di sini sudah terbiasa dengan sikap dingin tuan Alex.
"Pergilah,"
Perintah tuan Alex pada pembantu. Tuan Alex meraih jagung rebus yang terhidang di atas meja. Andan memperhatikan hidangan di atas meja, hanya ada jagung rebus, buah kurma dan susu kambing. Tentu saja susu kambing itu asli tanpa campuran apapun. Pasti tuan Alex juga memiliki alasan menyantap sarapan seperti ini setiap kali ia melalui pagi di gedung X ini.
Kelima pembantu yang melayani tuan Alex berjalan mundur saat hendak meninggalkan tuan Alex. Bagaimanapun keadaanya tidak boleh membelakangi tuan Alex.
"Jika butuh sesuatu saya akan mengambilnya," Gumam pelayan yang menarik kursi untuk tuan Alex tadi. Andan terkejut melihat tingkah pelayan itu. Bagaimana mungkin ia berani berbicara pada tuan Alex? Selagi Andan masih ada di samping tuan Alex tidak ada yang boleh bicara langsung padanya. Harusnya pelayan tadi bicara melalui Andan saja.
"Mungkinkah tuan Alex akan mengamuk?" Andan benar-benar khawatir.
Tuan Alex menghentikan gerak tangannya tidak jadi meraih jagung rebus di depannya. Dengan malas menoleh ke arah pembantu tadi lalu menatapnya mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Pelayan itu cantik, tinggi semampai, rambutnya sebahu dengan poni menghiasi wajahnya, kulitnya putih cocok dengan tinggi badannya.Tatapan tuan Alex membuatnya takut dan gemetar, namun begitupun pelayan itu masih berusaha tersenyum dan membungkuk.
"Pergilah,"
Perintah tuan Alex menarik pandangannya dari pelayan itu. Lalu kembali meraih jagung rebus di atas meja. Menyaksikan peristiwa itu Andan semakin terkejut, kenapa tuan Alex tidak mengamuk? Mungkinkah suasana hatinya sedang baik sehingga tidak selera untuk mengmuk?
"Baik tuan,"
Pelayan itu kembali membungkuk hormat masih berusaha tersenyum. Harus selalu tersenyum ketika melayani tuan Alex. Tuan Alex kembali menghentikan tangannya tidak jadi meraih jagung rebus di atas meja.
"Apa kamu berusaha menggodaku?"
Tuan Alex terlihat kesal. Kali ini tuan Alex tidak menoleh ke arah pembantu itu. Mendengar perkataan tuan Alex pembantu itu langsung berlutut.
"Mohon maaf tuan," Mohonnya dengan takut. Tuan Alex menghela nafas dengan kesal, Andan menghela nafas dengan kesal. Andan mendekati pembantu itu.
"Apa kamu tidak mendengar perintah tuan Alex? Jadi sekarang enyahlah!"
Andan membentak pembantu itu. Dengan tubuh gemetar pembantu itu berdiri lalu perlahan berjalan mundur dengan wajah yang masih menunduk pucat pasi.
"Apa dia pembantu baru?" Tuan Alex kini meraih kurma di atas meja.
"Benar tuan." Jawab Andan.
"Kamu tidak sarapan?" Tanya tuan Alex tanpa menoleh.
"Jangan khawatirkan saya tuan, saya sudah makan." Jawab Andan masih setia berdiri di samping tuan Alex. Tuan Alex tidak menjawabnya. Lelaki itu meraih gelas berisi susu kambing lalu meneguknya sampai habis. Kemudian meraih gelas berisi air putih lalu meneguknya sampai habis. Selanjutnya lelaki itu berdiri dari tempat duduknya.
"Aku ingin melihat keadaan di terowongan bawah tanah," Kata tuan Alex kemudian. Andan membungkuk tanpa bicara. Tuannya ini lebih suka dengan orang yang lebih banyak berbuat daripada banyak bicara. Inilah yang membuatnya menjadi tangan kanan tuan Alex sekaligus jadi sekretarisnya. Andan mengetahui sesuatu bahkan saat tuan Alex tidak berekspresi apapun.
Andan langsung menghubungi seseorang. Tidak lama kemudian empat orang pengawal berbadan tegap segera datang. Keempat orang itu membungkuk hormat lalu mengambil posisi di belakang Tuan Alex dan Andan memimpin jalan menuju ruang rahasia. Pintu ruangan itu terbuka setelah Andan menempelkan telapak tangannya pada lingkaran bulat berwarna biru di pintu.
"Sidik jari anda terdeteksi, selamat datang," Terdengar suara dari sistem sebelum pintu terbuka lebar. Andan langsung mempersilahkan tuan Alex masuk. Lelaki berwajah tampan itu langsung masuk di ikuti oleh ke empat pengawalnya.