"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Arini (20 tahun). Pasalnya hari ini dia resmi dipersunting seorang lelaki tampan yang sudah sejak lama dia cintai. Lelaki itu bernama Alfian(25 tahun) pemuda yang berasal dari kampung sebelah.
Setelah dua tahun lamanya berpacaran, mereka akhirnya menikah.
Seperti apa yang diinginkan mertuanya, setelah menikah, Arini tinggal di rumah orang tua Alfian, yang berjarak kurang dari lima kilo meter dari rumah orang tuanya.
Arini adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya sudah meninggal, dan ibunya tinggal bersama adik laki-lakinya, yang hanya terpaut usia dua tahun dengannya.
Jauh di lubuk hati, Arini sebenarnya tidak ingin tinggal bersama mertua atau orangtuanya sekalipun, karena tadinya ia berniat mengontrak di sebuah kos-kosan kecil atau semacamnya.
Bukan apa-apa, setelah berumah tangga, Arini hanya ingin belajar hidup mandiri bersama suami. Selain itu, alasan lainnya karena dia ingin menghindari konflik atau pertikaian yang sering terjadi diantara mertua dan menantu yang sering ia dengar. Tapi, karena ibu mertuanya terus memohon, ia pun menjadi tidak enak hati untuk menolak.
...
Satu bulan pertama tinggal di rumah mertua, Arini merasa betah dan senang, karena mertuanya memperlakukannya dengan baik. Apalagi Arini termasuk menantu yang rajin.
Sejak tinggal di rumah mertuanya, dia lah yang selalu membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian dan semua pekerjaan rumah tangga lainnya, walau kadang ada adik iparnya yang sesekali membantunya saat dia libur sekolah.
"Tuh kan, kalau udah punya istri mah, kamar dan lemari kamu jadi rapi Alfian." Ucap bu Ratih pada Alfian, saat Arini baru selesai merapikan kamar dan isi lemari Alfian yang tadinya acak-acakan.
Alfian mengangguk samar sambil tersenyum lalu menoleh ke arah Alfian yang juga sedang tersenyum.
"Ya sudah, ibu keluar. Kalian juga pasti mau istirahat kan." Imbuh bu Ratih lalu meninggalkan kamar Alfian dan Arini
Alfian menghampiri Arini lalu memeluknya.
"Sepertinya ibu sangat menyukai dan menyayangi kamu Rin. Buktinya sejak saat makan tadi, ibu terus saja memuji kamu. Dia bilang kamu rajin, dan juga pinter masak. Aku nggak salah pilih istri." Ucap Alfian memuji Arini, membuatnya tersipu.
"Jangan terlalu memuji berlebihan mas. Apa yang aku lakukan sudah biasa dilakukan oleh para istri diluar sana, termasuk ibu kamu. Aku juga belajar dari beliau. Lagipula kita kan masih tinggal di rumah orang tua, masa iya aku harus malas-malasan. Malu lah mas, hehe...." Ujar Arini.
"Apapun yang kamu katakan pokoknya aku seneng banget lihat kamu dan ibu rukun dan akrab seperti ini. Aku bahagia." Balas Alfian sambil mengeratkan pelukannya.
***
Awalnya bu Ratih selalu memuji apapun yang dilakukan Arini, dan selalu menceritakannya pada orang-orang. Namun, seiring berjalannya waktu, sikapnya perlahan berubah. Ibu mertua yang awalnya sangat baik, mulai memperlihatkan karakter aslinya. Arini sering sekali tersinggung dan sakit hati oleh sikap ataupun ucapan sang mertua yang selalu menyindirnya. Apapun yang dilakukan Arini selalu dinilai salah.
Seperti sore itu, Arini baru saja selesai memasak, saat Mila, sepupu Alfian menghampirinya. Dia menawarkan baju yang baru dia beli pada Arini, karena kekecilan, dan dia malas untuk menukar kembali.
"Baju apa Mil?." Tanya Arini
"Atasan. Bagus pokoknya, bisa dipakai buat kondangan atau buat jalan-jalan. Aku suka banget sama modelnya. Sayangnya di aku kekecilan Rin. Kalau di kamu kayaknya cocok dan pas."
"Emang kamu gak cobain dulu pas belinya?." Tanya Arini, Mila menggelengkan kepala.
"Boleh aku lihat dulu bajunya Mil?." Tanya Arini
"Oh iya tentu, boleh Rin. Kamu lihat dan cobain aja." Jawab Mila, seraya memberikan plastik baju yang ia pegang.
Arini mencoba baju itu di kamarnya, dan Mila benar, baju itu memang pas dan cocok di badannya. Arini menyukainya, dan berniat akan membeli baju tersebut.
Saat Arini hendak membayar bajunya, tiba-tiba bu Ratih datang.
"Mila!! Tumben kesini." Ucapnya.
"Iya bi, ini aku ada urusan sama Rini."
"Urusan apa?."
"Ini, aku mau jual baju, di aku kekecilan soalnya."
"Baju?. Baju apa?." Tanya bu Ratih dengan nada sedikit sinis, sambil melirik baju berwarna hitam yang di pegang Arini.
follow me ya thx all