Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.
Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.
Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."
Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.
Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.
Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.
PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 MEMASUKI SEKOLAH
Hari di minggu depannya.
Jalanan di depan sekolah telah ramai dengan aktivitas siswa siswi yang keluar masuk sekolah.
Pintu gerbang dibuka lebar, dengan satpam dan anggota OSIS menjaga di kedua sisinya.
Dari gang di sisi Timur, ada jalan setapak kecil menuju pemukiman di belakang sekolah, jalannya hampir tidak terlihat, hanya tanahnya yang berbekas orang telah menggunakan jalan itu.
Aria keluar dari gang itu dan berjalan mendekati sekolah itu.
Pada saat Dia sampai di depan gerbang, seseorang lebih dulu menghentikannya.
"Maaf, ada keperluan apa adik kesini?" tanya satpam penjaga.
Aria memang memakai pakaian biasa saat ini. Wajar jika membuat orang lain curiga.
"Saya murid pindahan, ini dokumennya."
Satpam menerima dokumen, dan mempelajarinya.
Surat penerimaan siswa baru
Nama : Aria
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 1 November 20××
Pindahan dari : -
Dst...
Paragraf paling terakhir berbunyi.
Sebagai hasil penilaian yang telah dilakukan, siswi dengan nama Aria, diterima sebagai siswa kelas 10 A2, pada tanggal XX, XX, XXX.
Satpam mendongak sedikit terkejut, usia gadis di depannya terhitung baru 14 tahun, satu tahun lebih muda, dari usia yang seharusnya dimiliki untuk anak SMA. Dengan kagum Dia menyerahkan dokumen di tangannya.
"Maaf, bapak sudah tidak sopan. Kepala Sekolah sebelumnya sudah mengabari, untuk memperhatikan murid baru. Mari saya antar masuk."
Aria sedikit mengangguk dan mengikuti dari belakang.
Saat Aria melewati itu gerbang, fokus semua orang beralih padanya, gadis cantik dengan pakaian biasa, sangat mencolok di tengah seragam putih abu-abu. Tapi Aria bahkan tidak menoleh, terus fokus pada jalan didepannya. Sampai satpam di depannya tiba-tiba berhenti.
"Kenapa berhenti?" tanya Aria bingung.
Satpam penjaga menggeleng, lalu kembali berjalan, bagaimana mungkin Dia akan mengatakan, Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.
...----------------...
Di taman sekolah, bunga Tulip tengah mekar, warnanya yang beragam tertata dengan cantik. Tidak hanya Tulip, bunga-bunga yang tidak biasa tumbuh di negara ini, terlihat tumbuh kuat di sisi lainnya.
Aria yang melihatnya berkedip tertarik, sekolah kelas atas memang berbeda.
Setelah sampai di depan pintu kepala sekolah.
"Kamu masuklah sendiri, bapak mesti kembali ke depan," kata Satpam penjaga.
Aria hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dia menyaksikan kepergian Satpam penjaga dengan tenang. Kemudian Dia bergerak mengetuk pintu di depannya.
Tokk tokkk
"Masuk," suara berat dari dalam terdengar.
Aria membuka pintu, dan masuk ke dalam ruangan.
Di dalam ruangan, Kepala Sekolah NUSANTARA HIGH SCHOOL duduk dibalik meja, tanpa tanda-tanda peduli pada tamunya.
Aria kembali menutup pintu, lalu berjalan beberapa langkah ke depan, Dia tidak bicara, ataupun langsung duduk, Dia berdiri lima langkah dari sisi meja.
Hening sejenak di dalam ruangan, hanya suara lembaran kertas dibalik yang mengisinya.
Lima menit kemudian, Kepala Sekolah menaruh pulpennya, dan melepas kacamatanya. Kepalanya mendongak menatap Aria dari atas sampai bawah.
"Murid baru!?" tebak nya ragu.
"Ya, Pak," jawab Aria.
Ekspresi Kepala Sekolah langsung berubah bersemangat, "Akhirnya,... saya sudah menunggu dari kemarin, senang kamu ada disini. Ayo silahkan duduk dulu."
Aria tetap pada ekspresi tenangnya, lalu duduk di kursi.
"Bagaimana lingkungan sekolah, apa kamu sudah melihatnya? Kamu pasti sudah melewati taman kami. Gadis-gadis biasanya menyukai bunga. Taman kami satu-satunya yang paling baik, bunganya diimpor, dan tukang kebunnya adalah seorang ahli," Kepala Sekolah berkata dengan senang hati. Dia terus memandang Aria dengan penuh kasih sayang. Bagaimana tidak sayang, jika mendapatkan seorang siswi jenius, di tengah krisis yang dihadapi sekolah.
Mendapatkan nilai sempurna di semua mata pelajaran. Sekarang tidak akan ada yang berani meremehkan sekolah mereka lagi.
Aria mengangguk sebagai tanggapan.
Mendapat tanggapan cuek, Kepala Sekolah tidak marah, dan terus berkata, "Nah, untuk kelas yang akan kamu tempati. Saya akan panggilkan wali kelasnya dulu. Dia yang akan menjagamu selama tiga tahun kedepan."
Tutt tutt tutt
"Bu Alin, bisa ke ruangan saya sekarang, saya tunggu."
Pluk
"Disini semua fasilitas tersedia. Semua disediakan untuk kenyamanan siswanya. Nanti kamu akan melihat-lihat sendiri. Kamu pasti akan segera terbiasa.
Tak lama kemudian, pintu kembali terketuk, dan seorang guru muda masuk.
"Pak Kepala Sekolah, memanggil saya."
"Benar, kemari lah. Ini adalah Aria, yang akan menjadi murid didikmu sekarang."
Mendengar perkataan Kepala Sekolah, Guru Alin langsung memperhatikan gadis muda yang duduk.
"Bukannya kita tidak menerima murid baru di semester dua," tanya Guru Alin heran.
"Ini keadaan khusus. Aria mendapat nilai sempurna di soal tes ujian tahun lalu," ucap Kepala Sekolah bangga.
Guru Alin langsung memasang ekspresi tidak percaya. Dia tahu betul kesulitan tes tahun lalu. Bahkan banyak anak-anak hampir tidak naik kelas karenanya.
"Kepala Sekolah yakin akan menempatkannya di kelasku," ucap Guru Alin dengan nada bergetar. Biasanya murid terbaik adalah milik A1.
"Yah, tentu saja yakin. Ini juga permintaan Aria sendiri. Sudah, tidak perlu terkejut. Kali ini memang keberuntunganmu."
"Baik, terima kasih Kepala Sekolah."
"Hmm, sama-sama."
...----------------...
Selama perjalanan menuju kelas Aria kembali melewati taman. Kali ini matanya melihat lebih banyak.
"Indah kan taman nya?" Guru Alin bertanya lembut.
Aria menoleh ke depan, lalu menjawab dengan pelan, "Ya," dalam hati Dia sedikit bergumam, "Apa semua orang disini terobsesi dengan taman."
"Jika kamu suka, kamu bisa ikut klub merangkai bunga. Semua bunga disini adalah milik mereka. Ada rumah kaca di sisi Selatan. Tempat mereka biasa berkumpul," terang Guru Alin.
Setelah beberapa saat, mereka sampai di kelas 10 A2, kelas dengan tema kuning terang, pot bunga matahari tersusun di sisi pintu, sangat mencolok dibandingkan kelas lain.
"Kita sampai di kelas," ucap Guru Alin dengan senyum.
Bulu mata Aria sedikit bergetar, ekspresinya sedikit berubah, tanpa disadari siapapun.
Di dalam kelas.
Semua murid menatap panas pada satu tempat, yaitu pintu masuk kelas. Kabar akan adanya murid baru yang cantik telah sampai ke telinga semua orang. Hampir semua kelas mengharapkan murid baru itu akan datang ke kelas mereka. Sayangnya keberuntungan menghampiri kelas 10 A2. Karena mereka melihat wali kelas 10 A2 berjalan bersama murid baru. Inilah mengapa murid kelas 10 A2, sudah begitu antusias menunggu kedatangan murid baru.
Guru Alin yang baru saja masuk, terheran dengan suasana kelas. Entah perasaannya atau tidak suasana nampak cerah. Alasannya jelas tidak mungkin karena kehadirannya. Guru Alin melirik murid baru di belakangnya yang diam dan patuh. Dia bertekat untuk menjaga anak baik ini.
Aria yang ditatap, dengan polos balik menatap.
"Tidak biasanya kalian begitu bersemangat," kata Guru Alin mengalihkan pandangan ke seluruh kelas.
"Kita kan selalu semangat untuk belajar, Bu," Celetuk siswa di barisan belakang.
"Ah, masak," ejek Guru Alin. "Bukan karena ada murid baru, ya. Ibu mengerti pikiranmu itu. Jangan macam-macam. Perbaiki dulu nilai senimu. Apa-apaan siswa SMA menggambar gunung dan sawah. Anak SD saja menggambar lebih baik."
"Hahahaha," tawa seluruh kelas seketika pecah.
Hanya Aria yang tetap mempertahankan wajah tanpa ekspresinya.
"Sudah-sudah. Semuanya kenalkan, ini Aria, yang akan bergabung ke kelas kita. Ibu harap kalian membantunya agar Dia bisa segera terbiasa di sekolah kita, jangan menggretaknya, bertemanlah dengan baik...."
"Ketua kelas, tugasmu untuk memastikan tidak ada yang mengganggu Aria. Laporkan ke Ibu segera jika ada yang membuat masalah.... Nah, Aria kamu bisa duduk di bangku kosong. Kita akan memulai pelajaran."
"Baik, terima kasih, Bu," balas Aria sambil bergerak menuju bangku kosong.
"Ah, anak baik," batin Guru Alin semakin sayang.