Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.
"Mama...!"
Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.
Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merah seperti Tomat
Saat tiba di lantai dua Khyra dapat melihat pemandangan luar jendela kaca dengan ukuran luas, satu dinding full dengan kaca, di luarnya terdapat pemandangan taman beserta kolam. Berhasil menarik perhatian Khyra, langkah kakinya membawanya untuk melihat pemandangan luar Vila lebih dekat.
Langit biru dengan cuaca panas bulan Juni, meskipun terlihat panas namun tidak terasa panas. Mungkin karena ini Negara Tiongkok jadi hawanya terasa netral. tubuhnya semakin mendekat hingga kedua tangannya menyentuh jendela kaca tersebut.
"Masya Allah.." puji Khyra ketika melihat keindahan luar Vila dengan jelas.
"Lebih indah jika di malam hari," tutur Shaka sembari menyimpan koper tepat di depan kamar. Shaka pun mendekat ke jendela namun tetap menyisakan beberapa jarak.
"Kolamnya menarik, Lea ingin berenang nanti.. boleh kan?" tanya Lea sambil mendongak melihat Khyra dan Shaka secara bergantian, kini sudah berada di antara Shaka dan Khyra.
Khyra dan Shaka tidak menjawab, Shaka berpikir sekarang yang memberikan Lea izin dengan hal seperti itu adalah tanggung jawab Khyra yang telah menjadi ibu asuhnya, namun di sisi lain Khyra pun berpikir bahwa hanya Shaka yang memberikan Lea izin.
"Boleh kan..?" Lea merajuk sembari menatap kedua orang dewasa di samping kiri kanannya secara bergantian.
"Kenapa Tuan hanya diam?"
"Kenapa dia diam saja?"
Batin Khyra dan Shaka. Khyra berbalik melihat Shaka begitu juga dengan Shaka. Shaka menaikkan satu alisnya, sedangkan Khyra menunggu Shaka memberikan Lea jawaban.
Lea melihat keduanya yang tidak memberinya jawaban merasa kesal. "Kenapa Ayah dan Mama hanya diam? Lea ingin berenang.." tutur Lea dengan nada lumayan tinggi.
"Tuan..?" lirih Khyra pelan mengisyaratkan agar Shaka segera menjawabnya.
"Hah? Aku?" lirih Shaka balik sembari menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.
"Boleh.. Tuan putri boleh kok berenang," jawab Khyra dengan cepat sembari berjongkok agar mengimbangi tubuh Lea, Khyra tidak mengerti maksud Shaka yang mempertanyakan dirinya, karena tidak ingin Lea semakin kesal menunggu jawaban, jadi dia langsung menjawabnya.
"Benarkah?!! Yey!!" sorak bahagia Lea.
"Tapi.." lanjut Khyra membuat Lea menunggu ucapan selanjutnya, tidak hanya Lea, Shaka pun menunggu apa yang akan Khyra ucapkan.
"Lea boleh berenang jika sama Ayah," ujar Khyra sembari melihat Shaka yang masih berdiri di tempatnya.
Shaka mengernyitkan alisnya tidak setuju, dia tidak ingin berenang. Shaka ingin bersih-bersih lalu beristirahat, apa lagi mereka baru saja tiba, dan siapa juga yang akan berenang di jam segini?
"Iyakan Tuan..?" ucap Khyra memberikan Shaka senyuman dan isyarat wajah agar Shaka segera mengiyakannya.
"Huff.." Shaka menghembuskan nafasnya, ia tidak tahu bagaimana menolaknya, "Ayo! Kita berenang!" ucap Shaka kemudian segara beranjak pergi.
"Ye.. yeye..!" ucap Lea kegirangan dan mengikuti langkah Shaka.
Namun langkah Shaka tiba-tiba berhenti, ia berbalik ke arah Khyra yang belum berpindah dari tempatnya.
"Jangan lupa siapkan makanan yang enak." pinta Shaka kemudian melanjutkan langkahnya.
"Tapi, emang ad.." belum Khyra selesai berbicara Shaka sudah menuruni tangga sehingga hilang dari pandangan sedikit demi sedikit. Khyra ingin bertanya apakah ada persediaan bahan makanan? Soalnya mereka baru tiba hari ini dan tidak sempat berbelanja.
"Nantilah aku cek, tubuhku makin terasa lengket," gumam Khyra beranjak dari tempatnya, lalu mengangkat kopernya masuk ke dalam kamar.
Khyra selesai bersih-bersih tepat jam 10, karena masih ada waktu Khyra menyempatkan untuk Sholat Dhuha di iringi membaca doa. Setelah selesai meminta kepada Allah, Khyra bangkit dari duduknya lalu melepaskan mukenah nya. Kemudian memakai jilbab kaos berukuran kecil namun menutupi dada. Ia segera beranjak ke lantai satu.
"Ternyata.. Sudah di siapkan ya," gumam Khyra melihat isi kulkas sudah lengkap dengan bermacam-macam bahan makanan.
Tanpa berlama-lama Khyra segera memulai memasak apa saja yang ada dipikirannya, setelah berkutat dengan bahan-bahan akhirnya jadi juga.
"Astaghfirullahal'adzim..!!" ucap Khyra terkejut dan dengan spontan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Nafasnya tidak teratur, ia merasa sangat bersalah melihat Shaka masuk sambil mengendong Lea yang hanya menggunakan celana boxser selutut, membiarkan tubuh sixpack, basahnya terekspos.
Namun Shaka tidak peduli dengan kehebohan Khyra, ia malah merasa senang, dan dengan percaya dirinya lewat begitu saja. Shaka sendiri tidak mengerti dirinya, setiap melihat reaksi Khyra akibat perbuatannya membuatnya senang. Padahal sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan senang seperti ini.
"Ya Allah.. Maafkan hamba.., kenapa Tuan Shaka tidak pakai jubah mandi sih.." batin Khyra masih menutup matanya belum berani untuk membukanya.
Cukup lama, perlahan Khyra membuka tangannya dan sudah tidak mendapati Shaka.
"Bolehkah saya pulang? Ya Allah, semoga ini tidak terjadi lagi," batin Khyra lagi sembari mengusap-usap dadanya yang masih berdetak kencang.
Dulu, saat ia belum masuk Islam, melihat pria telanjang dada hal biasa menurutnya ketika berliburan di pantai, namun sejak masuk Islam dan menghindari hal-hal yang tidak boleh di lihat. Khyra jadi sangat terkejut saat melihat hal seperti itu, jika ingin di katakan, jantungnya seakan ingin meloncat keluar dan naik ke langit karena rasa takut dan bersalah.
Karena sudah merasa sedikit tenang Khyra melanjutkan menyiapkan beberapa hidangan di atas meja. Tidak lama kemudian, Shaka dan Lea muncul dan berjalan menuju meja makan dimana Khyra sudah duduk menunggu. Shaka segera menarik kursi untuk Lea, kemudian ia juga pun duduk.
Shaka melirik Khyra yang terus menunduk, wajahnya memerah seperti tomat, Shaka menikmati ekspresi wajah tersipu Khyra. Shaka menyunggingkan senyuman.
"Kenapa wajah mu memerah? Sakit?" tanya Shaka dengan sengaja sembari menyendok nasi ke piringnya, meski Shaka selalu di layani oleh pelayan, ia tetap bisa melakukannya sendiri dan ia juga tidak mungkin meminta Khyra menyediakan makanan ke piringnya. Shaka juga tetap memperhatikan tiap posisi.
"Heum..? Mama sakit?" tanya Lea khawatir melihat wajah Khyra yang semakin memerah dan terus menunduk.
"Saya tidak sakit! Ini karena Ayah anda!" teriak Khyra namun hanya di dalam hati.
"Mama sakit?" tanya Lea yang sudah turun dari kursinya, Lea memegang paha Khyra dan mendongak untuk memastikan wajah Khyra, wajahnya penuh kekhawatiran.
"Mama..?" tanya Lea semakin khawatir dan mencoba untuk menyentuh kening Khyra, namun karena tangannya yang masih pendek jadi sulit untuk meraihnya.
"Tidak apa-apa Lea, mama tidak sakit kok," jawab Khyra cepat.
Sedangkan di tempat lain, pelaku yang membuat Khyra seperti itu terlihat bahagia sembari menikmati makanan enak yang Khyra siapkan. Sesekali melirik Khyra sambil menyeringai.
"Sial! Kenapa ini menyenangkan?!" desit Shaka di dalam hati.
"Mama gapapa kok, Lea harus kembali ke tempat lalu makan," ucap Khyra memaksakan untuk tersenyum.
"Serius..? Mama beneran tidak sakit kan?" tanya Lea lagi.
Khyra dapat melihat jelas kekhawatiran Lea. Asal gadis kecil di depannya tahu, bahwa dirinya seperti ini karena ulah Ayahnya.
"Lea harus makan sekarang," ucap Khyra belum berani melihat ke Shaka.
Kemudian dengan patuh Lea kembali ke kursinya, Khyra mengambilkan makanan ke piring Lea dengan terus menunduk.