Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Aneh
"Namamu?"
"Lisa."
"Usia?"
"Enam belas tahun lebih sepuluh bulan."
"Orangtua?"
"Yatim piatu sejak dini."
"Kenapa menerima pekerjaan untuk menjadi pelayan di rumahku?"
"Aku dijebak."
Lionel menghela napas. Baru kali ini dia melihat dan bicara dengan gadis sedingin Lisa. Jika biasanya orang-orang akan merasa segan bicara dengannya, gadis ini malah terlihat acuh dan masa bodo. Sama sekali tak terlihat ada kecanggungan ataupun rasa takut saat berhadapan dengannya. Membuat Lionel jadi merasa kalau gadis ini sedikit berbeda.
"Tuan, dilihat dari penampilanmu, sangat tidak pantas jika aku berkata kau kekurangan uang untuk sekadar membayar gaji pelayan. Harus ya sampai menyewa tenaga orang lain?" tanya Lisa mulai menumpahkan unek-unek yang terpendam di dalam hati. Dia bertanya tanpa beban.
"Apa kau bilang? Menyewa?"
"Ya. Kehadiranku di rumah ini hanya sebagai pembantu sementara."
(Oh, jadi ini yang dua wanita itu katakan pada Lisa? Hmm, ini menarik. Ada permainan kecil yang bisa aku jadikan sebagai hiburan dikala penat)
Meng*lum senyum, Lionel duduk bersilang kaki sambil terus memperhatikan Lisa. Tiba-tiba muncul keinginan untuk sedikit mengulik kisah hidup gadis ini.
"Ada hubungan apa antara kau dengan dua wanita yang membawamu kemari?"
"Tidak ada hubungan apapun diantara kami." Tanpa ragu Lisa menjawab seperti itu. Malas sekali jika harus menyebut dua tukang sihir itu sebagai keluarga. "Murni pekerjaan."
"Yakin hanya karena pekerjaan?"
"Menurutmu?"
"Bukankah tadi kau yang bilang sendiri telah dijebak sehingga bisa bekerja di sini?"
"Tinggal diralat saja apa susahnya sih. Begitu saja protes."
Lionel tergelak. Sungguh, Lisa sangat berbeda dengan para wanita yang pernah dijumpainya. Gadis ini bicara seolah tanpa beban. Ceplas-ceplos mengikuti keinginan hati.
"Tuan, apa di rumah ini ada makanan?" tanya Lisa sembari mengusap perut. Sejak tadi gerombolan cacing di dalam sana tak henti berdendang. Mereka menuntut asupan. "Aku dan pasukanku sudah sangat kelaparan."
"Lancang sekali. Kau bahkan belum mengerjakan satu pun pekerjaan di rumah ini, tapi sudah berani meminta makanan. Bukankah itu perbuatan yang tidak terpuji?" canda Lionel agak heran mendengar permintaan Lisa. Sekarang jam menunjukkan pukul dua siang dan gadis ini mengeluh kelaparan. Kehidupan seperti apa yang telah dijalaninya?
"Memang tidak terpuji, tapi aku tetap butuh makan agar bisa membersihkan rumahmu yang seluas lapangan sepak bola. Ayolah, aku benar-benar kelaparan sekarang."
Lisa merengek seperti anak anjing saat tuan si pemilik rumah tak kunjung mempersilahkan. Jujur, dia terpaksa begini karena tubuhnya sudah sangat lemas. Seharian dipaksa bekerja tanpa makan, lalu dibawa kemari dan diminta untuk bersih-bersih tanpa jeda. Lisa yakin dirinya akan langsung menjadi mayat jika tak segera mengisi perut. Lambungnya sudah kembang kempis kehabisan bahan untuk digiling.
"Kau beruntung kali ini. Pergilah ke dapur. Di sana ada lemari yang isinya bahan makanan. Kau bisa bebas memilih dan memasaknya sendiri," ucap Lionel merasa tak tega melihat wajah pucat Lisa. Gadis ini tidak sedang berbohong. Dia bahkan bisa mendengar jelas suara keroncongan dari arah perutnya.
"Sungguh?"
"Apa di matamu aku terlihat seperti seorang pembohong?"
"Tidak. Kau terlihat jauh lebih baik dari kedua penyihir itu. Permisi,"
Karena terlalu lelah, Lisa menjadi sempoyongan saat akan berjalan menuju dapur. Dia sampai harus berpegangan pada dinding untuk menjaga kestabilan tubuhnya agar tidak tumbang.
"Ternyata masih ada orang baik di dunia ini. Syukurlah, akhirnya aku bisa makan," ucap Lisa terharu melihat deretan makanan yang ada di dalam lemari. Saking terharunya dia sampai tak sadar matanya berkaca-kaca. "Ada untungnya juga aku dialih fungsikan menjadi pembantu di sini. Setidaknya aku tidak perlu risau soal makanan. Tuan itu orang baik, semoga makanan ini tidak ada racunnya."
Sambil terus berpegangan, Lisa mulai meracik makanan sederhana yang bisa dibuat.Tak henti-hentinya dia mengucap syukur karena dipertemukan dengan orang berhati malaikat. Dalam hati Lisa berucap akan membalas kebaikan si pemilik rumah di kemudian hari.
"Sebenarnya dia budak atau pembantu?" Diam-diam Lionel memperhatikan Lisa dari kejauhan. Benaknya terus dibuat penasaran oleh sikap dan tingkah gadis itu yang seolah tak peduli dengan statusnya. "Ah, untuk apa aku mempedulikan hidup orang lain. Yang terpenting gadis itu bisa aku percaya menangani keadaan di sini. Masalah dia budak atau bukan, itu bukan urusanku."
Takut terhanyut oleh rasa penasaran yang berlebih, Lionel memutuskan menunggu Lisa di ruang tamu. Sembari menunggu gadis itu selesai makan dia merenungi kejadian enam tahun silam.
Malam itu Lionel yang sedang dalam pengaruh obat tak sengaja menabrak seorang pria yang hendak masuk ke dalam mobil. Alih-alih menolong, dia malah melaju pergi dari lokasi kejadian. Bukan apa. Dalam sebuah pertemuan, seseorang telah mencampurkan obat ke dalam minuman Lionel, dan itu menyebabkan rasa sakit yang sangat luar biasa hebat. Pikiran Lionel hanya satu, pergi ke rumah sakit untuk meminta obat penawar lalu mencari tahu identitas pria yang tak sengaja ditabraknya. Dia akan bertanggung jawab. Namun sayang, rencana tak berjalan seperti yang dia mau. Lionel kehilangan identitas korban dan membuatnya terjebak oleh rasa bersalah yang teramat dalam.
"Tuan?"
Samar-samar Lionel seperti mendengar seseorang memanggilnya. Tetapi dia masih terhanyut oleh penyesalan akibat kebodohan di malam itu.
"Tuan, kau dengar aku tidak?"
Masih tak ada respon. Penasaran, Lisa mendekatkan diri ke depan wajah pria yang saat ini sedang asik melamun. Disaat yang bersamaan Lionel akhirnya tersadar dari lamunan. Dia lalu terlonjak kaget saat mendapati wajah Lisa berada di jarak yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Hei, apa yang sedang kau lakukan? Menjauh!"
"Idih, siapa juga yang ingin dekat-dekat. Makanya kalau ada yang memanggil jangan diam saja. Jadi kagetkan sekarang," sungut Lisa sembari mengelus dada. Dia ikut kaget saat pria ini tiba-tiba tersadar dan berteriak.
"Jaga jarak! Ingat statusmu hanya seorang pelayan. Jadi jangan coba-coba merayuku. Mengerti?!"
"Tuan, apa kau pernah melihat seorang gadis di bawah umur merayu laki-laki tua?"
"A-apa kau bilang? Laki-laki tua?"
Tanpa ragu Lisa menganggukkan kepala. Dan sikap tersebut membuat Lionel terperangah tak percaya. Setua itukah dirinya?
"Sudahlah Tuan, aku malas berdebat denganmu. Lebih baik kau beritahu saja bagian mana yang harus ku bersihkan lebih dulu. Sekarang tubuhku sudah jauh lebih kuat karena cacing-cacing di dalam sini sudah mendapat asupan makanan. Kami siap bertarung dengan debu dan kotoran yang ada di rumah ini!" ucap Lisa penuh semangat empat lima. Tak lupa saat bicara dia sambil mengusap perutnya yang sudah menggendut.
Lionel tergugu. Untuk beberapa saat otaknya seperti blank, tak bisa berpikir jernih gara-gara tak sengaja melihat Lisa tersenyum. Sadar telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, cepat-cepat Lionel berdehem kemudian memperbaiki posisi duduk. Dia lalu menunjuk ke arah kamar.
"Ganti spreinya dengan yang baru. Kau tidak perlu mencuci, nanti akan ada tukang loundry yang datang mengambilnya kemari."
"Lalu?"
"Lap semua debu yang menempel di kaca dan lemari. Untuk bagian taman, kau harus memastikan semua bunga basah tersiram air. Ibuku akan sangat murka jika bunga-bunga itu sampai mengalami dehidrasi."
Lisa mendengarkan arahan dengan seksama. Begitu banyak pekerjaan yang diberikan, tapi dia tak mengeluh. Setidaknya di rumah ini dia mendapat perlakuan yang jauh lebih baik dari rumahnya sendiri. Lisa bisa makan dengan bebas tanpa harus merasa takut diracuni.
(Fyuhh, ayo semangat Lisa. Perjuanganmu masih sangat panjang. Jangan jadi kacang yang lupa kulit. Ayo tetap bekerja keras sampai Tuhan merasa lelah mengujimu. Fighting!)
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara