NovelToon NovelToon
Fure Love

Fure Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Murni / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ssintia

Narecha memilih untuk melarikan diri dari kehidupannya penuh akan kebohongan dan penderitaan

Lima tahun berselang, Narecha terpaksa kembali pada kehidupan sebelumnya, meninggalkan berjuta kenangan indah yang dia ukir ditempat barunya.

Apakah Narecha sanggup bertahan dengan kehidupannya yang penuh dengan intrik?

Di tengah masalah besar yang terjadi padanya, datang laki-laki dari masa lalunya yang memaksa masuk lagi dalam kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ssintia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baru

...••••...

Untungnya Echa terbebas dari iblis menyebalkan itu ketika ponselnya berbunyi. Echa memanfaatkan kesempatan itu untuknya kabur.

Supermarket yang didatanginya begitu besar, jadi kemungkinan Naretha menemukannya begitu kecil karena Echa bahkan sampai ujung lorong yang paling sepi untuk bersembunyi.

Bagaimana pun acara belanjanya belum selesai. Masih ada beberapa barang yang belum dia ambil. Jangan lupakan juga jika Echa belum membeli protein, makanan yang paling diperlukan olehnya.

"Eh, Bu Ayu lagi belanja juga?" tiba-tiba saja sudah ada pak Yoga disampingnya membuat Echa mengumpat kesal dalam hatinya.

Acara tenang belanjanya sirna sudah setelah kedatangan dua orang menyebalkan itu.

Kenapa Echa menyebut Yoga menyebalkan? Sudah beberapa hari ini pria itu semakin gencar mendekatinya membuat Echa risih dan tidak nyaman.

Apalagi guru-guru di sekolahnya juga banyak yang menggoda akan aksi guru muda itu. Sungguhan Echa tidak nyaman dibuatnya.

"Iya pak." Echa menganggukkan kepalanya dengan sopan sebelum mulai berjalan kembali.

Seolah tidak peduli dengan Echa yang terlihat tidak nyaman, Yoga malah mengikuti langkah wanita muda yang sejak awal menarik perhatiannya itu dari belakang.

Yoga begitu penasaran akan Echa yang begitu tertutup. Wanita seperti itu sangat menantang untuk ditaklukkan. Yoga begitu penasaran bagaimana jika Echa luluh olehnya. Pasti akan seru, Yoga tidak sabar menantikan hal itu.

"Kebetulan saya juga lagi belanja, biasa suruhan ibu negara," ujar Yoga.

Padahal tidak ada yang bertanya, Echa hanya tersenyum tipis tanpa berniat untuk menjawabnya.

"Bu Ayu masih banyak yang harus dibeli?" Yoga yang terus mengikutinya membuat Echa jengah juga.

Dengan melangkahkan kakinya lebar-lebar, Echa pergi ke stand daging, ikan, juga sejenisnya agar cepat selesai. Yoga benar-benar membuatnya tidak nyaman.

"Yang ini kayanya enak nih Bu Ayu," Yoga menunjuk deretan daging di etalase membuat Echa meliriknya sekilas.

"Iya pak, bagus."

"Beli dong Bu Ayu, saya juga mau beli nih,"

"Iya pak."

"Saya sudah selesai pak, duluan." Terakhir setelah menimbang ikan, Echa pergi ke kasir meninggalkan Yoga yang masih mencari barang-barang lain.

Akhirnya Echa tiba juga di apartemennya setelah sedikit perjuangan karena banyaknya belanjaan yang dia beli.

Tidak langsung beristirahat, Echa langsung membereskan barang-barang belanjaannya agar tidak tertunda. Karena jika Echa tidak langsung melakukannya, wanita itu malah akan berleha-leha.

Satu jam Echa habiskan untuk membereskan seluruh belanjaannya. Echa juga sempat masak makan siang diantara kegiatannya.

Langsung saja Echa hempaskan badannya diatas bean bag dengan ponsel ditangannya.

Echa akan menghubungi Mita untuk mengundurkan diri dari sekolah. Iya, Echa akan mengundurkan diri setelah berpikir dalam-dalam.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan sekolahnya, Echa juga senang mengajar anak-anak. Hanya saja Yoga yang terus bertingkah padanya membuat Echa tidak nyaman. Karena hal itu lah yang membuat keputusannya semakin bulat.

Apalagi dengan kejadian di supermarket tadi. Tidak ada yang bisa menjamin jika Yoga akan berhenti mengganggunya.

Terdengar sepele, tapi tidak bagi Echa. Perlakuan pria itu sungguh-sungguh membuatnya tidak nyaman dan juga muak.

Untuk masalah keuangan kedepannya, seharusnya Echa tidak perlu pusing lagi. Echa melupakan satu bakatnya yang diam-diam dia asah. Dan sudah ada rencana kedepannya membuat Echa tidak ragu lagi untuk mengundurkan diri.

Meskipun pekerjaannya nanti akan jauh dari profesi yang selalu digelutinya. Tapi tidak apa, selagi Echa mendapatkan uang dia tidak akan mempermasalahkannya.

Sore tiba, Echa keluar dari apartemennya dengan penampilan yang sudah rapi.

Sesuai dengan perkataannya tadi pagi menjelang siang, Echa berniat untuk memotong rambutnya di salon tantenya Lania yang untungnya masih buka hingga pukul delapan malam.

Masih ada waktu beberapa jam sebelum tutup membuat Echa memilih kesempatan itu.

Letak salon yang tidak terlalu jauh membuat Echa memilih untuk berjalan kaki saja sekalian olahraga.

Lima belas menit Echa berjalan, salon yang dimaksud sudah terlihat. Echa harus menyebrang untuk ke tempat itu.

"Selamat sore kak, selamat datang di Jinny's." Seorang pegawai wanita menyambut kedatangannya membuat Echa ikut tersenyum dan balas menyapanya.

"Kakak ingin melakukan perawatan apa?"

"Mau potong rambut."

"Silahkan duduk disini kak." Wanita itu mempersilahkan Echa untuk duduk diatas kursi khusus potong rambut didepan sebuah cermin yang begitu besar.

"Untuk modelnya bisa kakak pilih dari sini, kalau memiliki referensi sendiri juga tidak masalah." Wanita itu menyerahkan sebuah buku pada Echa yang langsung menerimanya.

"Mau yang begini tapi jangan terlalu pendek." Echa menunjuk satu gambar model rambut yang langsung menarik perhatiannya.

"Hei, kamu pasti Narecha kan?" seorang wanita dengan penampilan yang begitu tomboi datang datang menyentuh bahunya membuat Echa tersenyum.

"Iya, saya Narecha."

"Melan udah cerita tentang kamu sama saya, dan kamu bisa panggi saya Jeny." Jeny mulai menyentuh rambut Echa.

"Iya kak Jeny."

"Hanya Jeny, jangan ada embel-embel kak, berasa tua saya dengernya." Padahal dilihat sekilas pun usia Jeny sudah berada jauh diatasnya.

Tapi demi kebaikan, Echa menganggukkan kepalanya saja.

"Ngga sayang ini rambut panjang kamu mau dipotong segini." Jeny menggeraikan rambut Echa yang sebelumnya di cepol.

"Iya, bosan juga lama-lama rawat rambut panjang kaya begini."

"Memang, semakin panjang dan tebal rambut semakin pula mahal uang yang harus dikeluarkan." Echa tidak menampik hal itu.

Hanya saja lima tahun belakangan Echa merawat rambutnya dengan cara tradisional dengan bahan-bahan alami yang dia dapatkan dari ibu-ibu dikampung. Mereka selalu melakukan perawatan rambut bersama dalam satu minggu sekali.

Dan kegiatan itu begitu dirindukannya. Jika saja bisa ingin sekali Echa kembali kesana tapi tidak bisa dia lakukan.

"Saya mulai ya." Jeny yang tengah memegang gunung menggerak-gerakkannya.

Saking detail dan terperinci nya, memerlukan waktu satu jam setengah untuk Jeny memotong rambut Echa seperti kemauan pelanggannya.

Menunggu cukup lama untuk hasil rambutnya yang begitu cantik membuat Echa tidak menyesal melakukannya.

Echa seperti melihat sosok baru di cermin yang ada dihadapannya.

"Kamu terlihat jadi lebih muda lagi." Jeny yang berada di kursi yang ada disampingnya berbicara.

"Masa? Ngga percaya aku." Echa sudah merasa lebih akrab dengan Jeny karena sepanjang memotong rambutnya wanita itu terus mengajaknya berbicara dan tidak kehabisan topik sedikitpun.

Jeny dan Lania benar-benar mirip. Keduanya juga sama-sama suka berbicara panjang lebar.

"Suka hasilnya?" tanya Jeny pada Echa yang terus memainkan rambutnya didepan cermin.

"Banget, kenapa ngga dari awal datang aku kesini." Selain penampilannya yang juga terlihat semakin fresh, Echa juga merasa jika kepalanya menjadi ringan.

"Ya memang harusnya sekarang."

"Tapi bener Jen, aku puas banget sama hasilnya." Echa memandang Jeny yang tengah memakan camilan.

"Pantang ada orang yang nyesel potong disini."

Setelah membayar juga berbincang beberapa waktu bersama Jeny hingga tidak terasa jika waktu cepat berlalu. Bertepatan juga dengan salon tutup ketika Echa keluar dari sana.

Saat akan menyebrang tiba-tiba saja Echa merasa jika jantungnya akan copot begitu mobil dengan kecepatan tinggi melintas didepannya.

Untungnya Echa memiliki refleks yang bagus hingga membuatnya sempat mundur. Kalau tidak sudah bisa dipastikan jika dirinya tinggal nama saat ini.

Echa melihat kepergian mobil itu dengan seksama.

...••••...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!