PROLOG
Dimalam yang sunyi aku menangis seorang diri, meratapi hidup kenapa harus seperti ini. Bukannya Aku tidak bersyukur ya Allah tapi kenapa ujianmu kali ini begitu berat.
Jika memang ujianmu kali ini untuk mengangkat derajatku dimata-Mu ataupun dimata manusia lainnya aku ikhlas. Walau sakit ini seperti sembilu.
Hai, Namaku Sarena Anastasya. Aku adalah istri dari seorang pengusaha kaya yang bernama Willy Atmadja anak dari papa Atmadja mertuaku. Awalnya hidup kami begitu bahagia, kami menjalani hidup seperti pasangan lainnya. Tapi, semenjak kedatangan seorang wanita bernama Eksa semuanya perlahan berubah.
Yah, dia adalah mantan kekasih suamiku dulu. Dia kembali karena ingin merebut suamiku, Lucu sekali memang dia yang meninggalkan suamiku dengan alasan yang tidak masuk akal.
Bagaimana tidak dia meninggalkan suamiku dulu dengan alasan tidak bahagia dan ingin mencari kebahagiaan lain. Sekarang, waktu suamiku sudah bahagia denganku dia datang ingin merebut semua bahagiaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reina Naura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Di dalam minimarket aku seperti melihat orang yang familiar. Tapi entah kapan dan dimana kami bertemu. " Ah mungkin perasaanku saja" Ucapku dalam hati. Saat aku sedang memilih cemilan, ternyata orang itu juga sama.
" Loh Sarena?" Ucap orang itu sambil menatapku dengan ekspresi terkejut
" Iya, Siapa ya? " Ucapku tak kalah heran
" Aku indra loh masa kamu lupa "
" Hah? Indra? Mana satu ya? " Ucapku sambil berpikir
" Ayolah Na, Indra mantanmu. Aku si gendutmu itu "
" Hah? Apa kamu bilang? Si gendut? Mana mungkin ah. Ngadi-ngadi nih "
" Ya Allah, Nih lihat. Ini foto kita. " Ucap Indra sambil menyodorkan ponselnya
" Lah iya nih. Wiih sekarang jadi kekar begini sih, Aku kan jadi nggak ngenalin " Selorohku akhirnya
" Haha masa aku harus gendut terus nanti tidak ada yang mau dong "
" Eleeh, Jodoh mah nggak kemana kali " Ucapku padanya
" Ya emang jodoh nggak kemana. Tapi, kalau kita nggak merubah diri. Ya mana mungkin jodohnya bakal dateng sendiri " Ucapnya sambil menoyor kepalaku
" Yeeh, Sapa tau kamu di jodohin gitu kan Hihi " Ucapku cekikikan
" Dih, dia kira ini jaman siti nurbaya apa " Jawab Indra sewot
" Ya biasa kali, Sewot amat " Ucapku padanya
" Nggak berubah juga ya? Keras kepalanya masih sama " Seloroh Indra
" Ya ngapain berubah? Emang aku bunglon? " Ucapku dengan sinis
" Bukan bunglon tapi kadal " Ucap Indra
" Dih, Orang bukan sih? Kok nyebelin " Ucapku sambil buang muka
" Haha, kalah nih " Ucap Indra
" Idih sorry yah. Udah sono lah Ndra, Nggak kelar-kelar aku belanja jadinya " Ucapku mengusir
" Lah orang belanja, tinggal belanja kok dirimu mengusirku "
" Dih alay amat. Dirimu, dirimu dikira Roma Irama " Celetukku
Dia tertawa terbahak mendengar jawabanku. Yah kami memang dulu berpacaran waktu SMP. Tapi ya begini, Pacaran model bocah yang suka adu mulut. Tapi menyenangkan, Karena hanya dengan dia dan Nayla aku bisa menjadi diriku sendiri.
" Galaknya masih sama, keras kepalanya juga, apalagi egoisnya " Ucap Indra setelah meredakan tawanya
" Berisik ah. Mau egois mau nggak urusan aku dong, Lagian aku begini juga sama kamu doang. Mana mungkin aku sama suami kaya gini " Ucapku padanya
" Oh udah punya suami? Kalau sama suami nurut nih? " Tanya Indra
" Ya iyalah pake nanya segala. Namanya juga suami, Kalau ngelawan ya dosa lah " Sinisku
" Dih dia udah tau dosa. Kaya ustadzah deh " Gurau Indra
" Ah minggir deh Ndra, Nyempit-nyempitin jalan aja. Sono kenapa sih aku tuh mau ambil cemilan yang sebelah situ tau " Ucapku sambil mendorong Indra
" Lah jangan marah - marah Neng nanti cepet tua "
" Tua - tua. Kamu itu tua - tua keladi " Semprotku
" Haha kurang asem nih " Ucap Indra sambil mengelus kepalaku
" Heh jangan pegang-pegang deh. Nanti kalau ada orang yang kenal sama aku dikiranya aku selingkuh lagi. Nggak banget " Ucapku padanya
" Mau dong jadi selingkuhan " Ucap Indra lagi. Aku tatap dia dengan tajam
" Ngadi-ngadi kau ya. Memang belum punya istri kau ini " Ucapku padanya
" Belum nih. Mau dong jadi suami " Ucap Indra sambil terkekeh
" Idih bujang lapuk. Ganteng doang, gandengan mah nggak ada. Malu dong sama truk " Ucapku mengejek
" Ya makanya ini mau gandeng kamu " Ucap Indra berniat menggandeng tanganku
" Dih Ogah bener " Ucapku sambil mengibaskan tangan.
entar di Syang Indra lho