menceritakan seorang gadis yang memiliki sifat ceria dan keluarga yang bahagia. seketika hilang dan sirna begitu saja setelah kepergian dari mamahnya. kasus misterius yang membuat mamahnya harus merengut nyawa secara tidak wajar. dan bernekad ingin mencari siapa dalang pembunuhan mamahnya yang misterius
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH!!". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bungapoppy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
...Selamat datang di ceritaku, mohon dukungan kalian. Jangan lupa like, komen dan vote nya yah, teman-teman. Selamat membaca😚...
"Gavi". Gumam Aerin sembari menatap seorang pria yang menghampiri nya
"Ini kenapa mami?" Tanya nya panik
"Gak tau tiba-tiba aja tante Sarah pingsan". Ucap Aerin
Dengan sigap Gavi menggendong mami nya dan ditidurin nya di atas ranjang dengan hati-hati.
"Maaf Gav, Gara-gara gua Tante Sarah jadi gini". Ucap Aerin dengan ketakutan
"Gausah nyalahin diri, sekarang lu tunggu sini gua mau kebawah bentar".
Aerin mengangguk menatap perginya Gavi, lalu duduk disamping Sarah yang setia mata nya terpejam.
"Tante bangun, Tan".
Sebenernya sejak tadi Gavi menguping mengintip sedikit dari balik pintu. Kamar itu memang kedap suara mangkanya Gavi dengan sangat perlahan membuka nya.
Karna tadi Gavi merasa Aerin terlalu lama dikamar mandi jadi dia berinisiatif untuk menghampiri nya. Dia bertanya pada bibi yang fokus di dapur.
Dan bibi tersebut mengatakan bahwa Aerin tadi diajak oleh mami nya ke atas, dengan rasa penasaran dia menghampiri dan benar saja Sarah dan Aerin sedang mengobrol.
Tak lama Burhan dan Gavi datang dengan tergesa-gesa. Aerin berdiri dan sedikit menjauh untuk memberikan Burhan ruang agar bisa di samping istrinya
Gavi sedikit melirik pada Aerin yang terlihat sedikit ketakutan.
"Gak usah takut, gak perlu khawatir juga, mami pasti baik-baik aja, sebentar lagi dokter Dateng". Kata Gavi menenangkan.
Beberapa menit kemudian Sarah sudah selesai diperiksa oleh dokter pribadi keluarga nya.
"Nyonya tidak papa, hanya saja dia sedikit syok, jadi nyonya hanya perlu istirahat saja". Ucap Dokter Robert
"Terima kasih dok".
"Sama sama tuan, kalo gitu saya permisi dulu, mari den".
"Sayang bangun". Ucap Burhan
"Aerin sebenernya ada apa ini, kenapa Tante Sarah bisa pingsan?" Tanya Burhan menatap Aerin
"Maaf om, ini semua salah Aerin. Sebenernya tadi kita lagi ngobrol tentang masa lalu om".
Om Burhan mengernyit tak paham, "masa lalu? Maksud kamu Gimana Aerin?".
"Sebenernya tadi Tante Sarah memberi tahu kalo Tante Sarah ini sahabatan sama mamah nya Aerin om, dan Tante Sarah menanyakan soal meninggal nya mamah, lalu disaat Aerin bercerita tiba-tiba aja Tante Sarah langsung pingsan". Jelas Aerin
"Jadi kamu anak nya Rika?"
Aerin mengangguk pelan, "iya om".
"Memang benar sih, karna Tante Sarah itu Udah lama sekali mencari keberadaan sahabatnya, dan sangat merindukannya. Tapi setelah tau jika sahabatnya sudah meninggal tentu saja dia syok. Tapi kalo boleh om tanya memang mamah kamu sakit apa?" Burhan
Aerin terdiam dia sedikit melirik pada Gavi yang ada disamping nya. Apakah dia harus menceritakan semua didepan Gavi yah sebenernya Gavi sudah mengetahui tanpa dia sadari.
"Mamah meninggal bukan sakit om, tapi-....
Mamah meninggal karna dibunuh". Ucapnya dengan sedikit memelankan suaranya di kata terakhir
Burhan pun tak kalah syok, tapi dia teralih oleh Sarah yang mulai memberikan pergerakan.
"Sayang kamu udah sadar". Ucap Burhan sembari membantu istrinya untuk bangun
"Ada apa ini? Kenapa pada kumpul di sini?" Tanya Sarah menatap satu persatu orang yang ada dikamarnya
"Tadi mami pingsan". Sahut Gavi
"Ahh iya mami ingat". Sarah menatap Aerin yang berdiri tak jauh dari nya
"Aerin, apa yang Aerin ceritain tadi bohong? Pasti bohong kan?". Tanya nya
Aerin terdiam tak sanggup untuk menjawab. Rasa terpurukan itu pernah dia rasakan dulu dan begini ternyata jika kita melihat langsung orang yang sedang merasa terpuruk.
"Sayang kamu tenang dulu ya". Sarah menatap lekat suaminya lalu jatuh kepelukannya sambil menangis
"Dedd, sahabat mami yang mami cari selama ini udah meninggal, dia di bunuh Deddy, mami-... Mami gak tega mendengar nya".
"Mami yang sabar ya, gimana kalo besok kita jengukin temen mami, siapa tau dia senang, boleh kan Aerin?" Tanya Burhan yang menoleh ke arah Aerin
"Boleh om, dan mungkin nanti akan membuat mamah senang kalo dijengukin sahabat lamanya". Ucap Aerin
"Bener ya dedd".
"Iya, yaudah sekarang mami istirahat aja ya, Deddy mau kebawah lagi gak enak lagi banyak sodara".
Sarah melepaskan pelukannya dan hanya mengangguk.
"Yaudah mih Gavi sama Aerin juga turun dulu ya".
"Iya Tante, Tante istirahat aja".
Satu persatu mereka meninggalkan Sarah sendiri di kamar.
Wanita itu beranjak dari tempat tidur nya lalu kembali duduk di sofa sambil meraih Albumnya.
"Rika, kenapa pertemuan kita berakhir seperti ini. Siapa yang jahat yang telah membunuh kamu Rika? Dan apakah ini semua ada kaitannya dengan hal kejadian itu? Tapi bagaimana mungkin sudah bertahun-tahun dia bisa menemukan mu, bahkan dendam nya pun masih ada?" Sarah bermonolog sendiri sambil mengusap lembut foto-foto yang ada di album.
•
•
•
Kini Gavion dan Aerin turun kebawah barengan dan menghampiri teman-temannya.
"Eh gimana nyokap lu?" Tanya Gerry
"Aman kok". Jawab nya
"Eh Rin lu ada disitu?" Tanya Claudia
Aerin hanya mengangguk sambil senyum kecil.
"Sebenernya ada apa sih, kok bisa pas lagi sama Aerin gini?" Tanya Alvin yang heran
"Gak papa, kebetulan aja mereka lagi ngobrol terus mungkin nyokap gua kecapean mangkanya pingsan". Sahut Gavi dengan sedikit ngegas
"Wihh santai lah, iya iya yang udah Deket sama orang tuanya mah". Celtuk Alvin
"Gua lagi pegang pisau, jangan sampe pisau ini melayang ke leher Lo ya Vin!". Ancam Gavi tanpa menatap
"Sorry gitu aja sensi lu, Aerin aja diem". Gavi kembali melirik tajam ke arah Alvin membuatnya menggulum bibir berusaha mengontrol dirinya untuk tidak terus bicara.
Jangan kan orang lain bahkan dirinya saja menyadari kalo dirinya itu memiliki kebiasaan asal ceplos dan tak mau berhenti bicara. Bahkan temannya saja menganggap Alvin si burung beo, karna suka sekali bicara asal, dan pandai sekali dalam mencari alasan.
Hari sudah semakin larut dan mereka berpamitan untuk pulang.
"Om kita mau pamit pulang dulu ya, makasih Udah mau ngundang kita dan makasih juga buat makan makannya". Ucap Gerry mewakili temannya
"Oh iya kalian hati-hati ya dijalan ya, karna Udah malem juga. Buat yang cowok bisa kan kalian jagain yang perempuan pulang dulu?" Ucap Burhan
"Bisa kok om, nanti kita pawai dari belakang mobil mereka". Jawab Keano
"Yasudah kalo gitu kalian hati-hati ya dijalan". Satu persatu mereka menyalimi tangan Burhan.
"Permisi om". Seru nya secara kompak
"Iya hati-hati".
Gavion mengantar temannya sampai keparkiran.
"Rin mau gua anter gak?" Tanya Gavi yang berjalan disamping nya
"Gak usah kan udah ada Dara". Jawab nya
"Lu tenang aja boyy, biar mereka kita yang kawal hingga selamat sampai tujuan dengan aman tanpa lecet". Kata Alvin merangkul Gavion
"Berat dongo, yaudah sana hati hati kalian dijalan". Kata nya sembari menyingkirkan tangan Alvin dari pundaknya
Satu persatu dari mereka mulai menaiki motornya masing-masing dan untuk para cewek sudah masuk kedalam mobil Dara.
Tin!
"Gav pulang".
Tin!
ramai mereka berpamitan bergabung dengan suara druman motor mereka yang mulai keluar dari pekarangan rumah.
Jam sudah menunjukan pukul 23.00 malam, dan Aerin baru sampai dirumah.
Saat dia ingin melangkah masuk tatapan langsung tertuju pada seseorang yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya dengan secangkir kopi diatas meja.
"Loh papah? Papah kata nya lagi pergi ke luar negri?" Tanya Aerin
Tama berdiri lalu menghampiri putri nya."Iya, cuman gak jadi. Kamu habis dari mana ini kok jam segini baru pulang?" Tanya Tama dengan lembut
"Aerin habis dari acara rumah temen pah". jawab nya tanpa berekspresi
"Hmm... Yaudah sekarang kamu bersih-bersih terus istirahat, kan besok harus sekolah".
"Besok libur pah, karna sekolah habis ngadain acara".
Tama kembali terdiam, dia merasa mati kutu karna tidak tau apa-apa soal anaknya.
"Yaudah sekarang kamu istirahat gih".
"Kalo gitu Aerin ke kamar dulu". Ucap nya melenggos pergi dengan wajah datar
Tama hanya mampu mendesah berat melihat putrinya. Dan dia semakin bersalah karna sudah sangat jauh dari putri semata wayangnya ini.
*****
Keesokan paginya setelah sarapan Aerin berpamitan kepada papahnya untuk pergi. "Pah hari ini Aerin izin mau keluar sama temen, palingan sore Aerin pulang". Pamit Aerin
"Loh emang nya mau kemana? Kok sepagi ini terus pulang nya sore lagi?" Tanya Tama
"Ada ke suatu tempat".
"Yaudah kalo gitu kamu hati-hati ya".
Aerin berlari ke kekamarnya untuk mengambil tas nya dan tak lama turun lalu menyalimi tangan Tama.
"Kalo gitu Aerin pergi dulu ya pah".
"Iya sayang hati-hati".
Aerin yang sudah janjian dengan Sarah hari ini jam 08.00 pagi untuk kebandung menjenguki makam mamah nya.
Gadis itu sedikit bersemangat karna akan bertemu dengan mamah nya walaupun tidak dengan melihat wajah nya
Saat diluar Aerin melihat sebuah mobil didepan rumah nya lalu dengan bergegas dia menghampiri mobil tersebut.
Kaca mobil depan turun dan menampilkan Sarah dan Burhan di dalam.
"Maaf Tante, om kalo udah nunggu lama, apa mau mampir dulu". Ucap Aerin
"Gak papa sayang, lebih baik kita langsung berangkat aja ya, soal mampir mah bisa kapan-kapan". Ucap Sarah
"Yaudah deh Tante".
"Yaudah kamu duduk di belakang ya".
Aerin langsung membuka pintu belakang. Gadis itu membelalakkan matanya terkejut saat melihat Seorang pria yang ada di kursi belakang.
"Haloo Aerin". Sapa nya dengan senyum lebar
"Elo". Gumam Aerin menatap tajam Gavi
"Ayo Aerin". Panggil Burhan yang langsung mengalihkan Aerin
"Eh iya om". Aerin langsung masuk dan duduk disamping Gavi
"Maaf ya Aerin ini tiba-tiba Gavi pengen ikut, dan tumben juga dia mau naik mobil biasanya mau pake motor nya aja". Ucap Sarah melirik Aerin dari kaca mobil dalem mengarah kebelakang
"Iya Tante gak papa".
"Yakin gak papa, tapi kok tadi muka nya kaget gitu". Goda Gavi menyenggol pundak gadis itu
"Apasih". Ketus Aerin
"Hadeehh kalian ini, awas jangan terlalu benci nanti malah suka loh". Goda Sarah yang merasa gemas melihat kedua sejoli ini
"Hadeh mih, bakalan susah buat naklukin nih cewek satu. Jutek nya minta ampun udah itu judes lagi". Ledek Gavi membuat Aerin melirik tajam
kedua orang tuan Gavi terkekeh pelan mendengar ucapan Gavi, tapi tidak dengan Aerin yang justru malas dan membuang muka nya melihat ke luar jendela
"Oh iya Deddy, gimana sama rekan kerja Deddy yang katanya pacaran sama gadis muda?" Tanya Sarah pada sang suami yang fokus menyetir
"Kata nya udah gak lagi mih, dia juga Udah tobat dan mau fokus aja sama anak nya. Soalnya waktu itu dia mergokin cewek nya lagi jalan sama pria lain yang se umuran dengan nya". Jawab Burhan
"Bagus lah Deddy, lagian cewek mana sih yang mau sama duda dan anaknya seumuran dia lagi, pasti tuh ceweknya nyari yang ganteng dan masih muda". Sahut Gavi
"Bukan nya gitu Gav, tapi emang cewek aja yang gak bener, dia ngedeketin semua cowok mau itu muda atau tua gak Mandang, karna yang dia liat itu harta nya". Seru Burhan
"Tapi bagus lah Deddy, apalagi rekan kerja Deddy itu udah mengakui kesalahannya kan".
Aerin sejak tadi diam mendengarkan percakapan mereka. Tapi merasa di dirinya merasa ganjal karna cerita yang mereka ceritakan sama persis seperti di dirinya, tapi dia urungkan untuk bertanya siapa tau itu orang lain yang cerita nya mirip saja.
"Aerin, apa Tante boleh tanya?" Ucap Sarah membuat Aerin menghentikan memainkan ponselnya dan menatap Sarah dari belakang.
"Boleh Tante".
"Tapi maaf kalo misalnya kamu tersinggung, tapi apa waktu kejadian itu bener-bener gak ada saksi yang melihat masuk rumah?"
"Mereka bilang gak ada yang lihat Tante, bahkan satu-satunya orang yang pertama ngeliat itu Aerin sendiri waktu pulang sekolah". Jawab nya pelan
"Lalu apa gak ada sidik jari di pisau itu Aerin?"
"Gak ada juga Tante, polisi udah mencari petunjuk kemana-mana dan darah semua itu memang milik Mamah".
Gavi terus mengamati dan mendengarkan seksama. "Pantes waktu itu dia liat darah banyak pingsan, ternyata dia punya trauma sama darah". Batin Gavi
"Begini Aerin, apa boleh kalo Tante sama om membuka Masalah ini lagi, biar kita tau siapa dalang pembunuhan mamah kamu".
"Tante sama om serius?". Tanya Aerin sedikit terkejut
"Iya bener, karna bagaimana pun Rika itu sahabat Tante, dan Tante gak mau ngebiarin orang itu berkeliaran bebas setelah membunuh mamah kamu. Bahkan bisa jadi dia akan melakukan itu lagi di beberapa korban, karna diri nya merasa bahwa dia pintar Menyembunyikan identitasnya".
"Boleh banget Tante, sebenernya juga Aerin udah janji ke mamah kalo bakal nemuin siapa dalang nya, tapi Aerin bingung karna gak punya petunjuk satupun".
"Yasudah nanti om sama Tante akan rundingkan ini bersama polisi supaya terus mencari dalangnya".
Aerin tersenyum, "makasih Tante, makasih om".
4 jam berlalu akhirnya mereka sampai
dibandung, dan langsung menuju ke sebuah TPU.
"Dah sampai, ayok turun". Ajak Burhan
Saat ingin turun Burhan melihat Gavi yang tertidur lalu menoleh kebelakang. "Heh, Gav bangun, tidur lagi. Mau ikut apa di sini aja".
"Emm".... Gavi hanya menggeliyat kan tubuhnya
"Yaudah Deddy, sama mami tinggal ya".
Mereka keluar dari mobil tak lama juga Gavi ikut keluar dengan tatapan sayup berusaha melek akibat cahaya matahari.
"Mau ikut kamu Gav?" Tanya Burhan
"Hmm". Singkat nya.
Aerin memimpin jalan mereka dan berhenti di salah satu makam yang tulisan namanya mulai pudar.
Tapi dikejauhan Aerin melihat seorang wanita dekat mamah nya.
"Mba Lusi"...
Wanita itu menoleh dan benar jika gadis yang sedang duduk dekat makam mamah nya adalah Lusi.
"Aerin".. Aerin langsung memeluk wanita itu dengan erat.
"Mba, mba kok lama banget sih gak jengukin Aerin, Aerin kan kangen pengen curhat-curhatan sama mba". Ucap Aerin dalam pelukan Lusi
"Maafin mba ya, tapi untuk sekarang mba belum bisa ninggalin kerjaan mba, lain kali ya".
Aerin menggulum bibirnya dan mengangguk.
"Oh iya mba kenalin ini tante sarah. Tante sarah ini sahabat nya mamah dan sekarang mau jengukin mamah".
Lusi tersenyum ramah lalu berjabat tangan dengan Sarah.
"Lusi tante nya Aerin". Ucap Lusi
"Ohh Tante nya".
Setelah Lusi bersalaman dengan Sarah dan Burhan, Lusi berpamitan pada Aerin.
"Yaudah Aerin tante pamit dulu ya, soalnya harus cepet² balik ke kantor salamin buatin papah kamu".
"Kok cepet banget, apa kita ganggu". Ucap burhan
"Gak kok pak, emang saya harus kerja ini aja saya nyempetin buat jengukin".
"Yaudah hati-hati ya mba".
"Iya sayang, mari bu, pak". Lusi sempat mengelus kepala Aerin lembut lalu pergi berpamit dengan sarah dan burhan dan tersenyum tipis juga pada Gavi.
Setelah Lusi pergi Aerin langsung berjongkok dekat makam mamah nya.
"Assalamualaikum mah, mamah Aerin Dateng". Monolog nya berjongkok memegang batu nisan
"Mamah gimana kabar nya? Baik kan Aerin juga baik kok mah. Mah liat Aerin bawa siapa". Gadis itu berdiri dan memberi ruang untuk Sarah
Sarah pun berjongkok sambil mengusap batu nisan nya. Mata nya mulai berkaca-kaca menatap makam bertuliskan nama yang selama ini dia rindukan.
"Assalamualaikum Rika, ini aku Sarah kamu inget kan". Lirih nya
"Rika, selama ini aku mencari mu, tapi ternyata kamu malah tidur di sini".
Burhan, Aerin, dan Gavi hanya berdiri menatap kasian Sarah.
"Rika liat, selama ini aku dekat bersama anak kamu. Dia tumbuh jadi gadis yang cantik dan baik seperti kamu. Aku janji akan menjaga putri kamu Rika, dan aku akan menggantikan mu di hidup Aerin". Suara nya mulai bergetar
Sang suami tak tega melihat istrinya lalu ikut berjongkok dan menenangkan sang istri.
Disaat Sarah sedang fokus di makam mamah nya, dia pergi ke arah lain. Gavi yang melihat hanya menatap kepergian Aerin. Niat nya ingin menegur tapi dia urungkan dan terus menatap ke mana langkah Aerin.
Dan Gavi melihat berhenti nya Aerin. Disebuah makam yang tak jauh dari makam mamah nya berada.
Gavi melirik sebentar pada orang tua nya, lalu berjalan menghampiri Aerin.
... BERSAMBUNG.......
...Thanks untuk para pembaca aku, see you next bab selanjutkan yah. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Dengan cara Vote, like, dan komen nya juga. Biar semakin semangat😁...