Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
"Jagain cewek gue ya, Jok." Ibra menepuk bahu Joko sebelum dia memulai balapan. Disampingnya, Putri bersedekap sambil menatap Ayleen sinis. Cewek itu seperti berada diatas awan saat ini.
"Aku cuma bentar kok, Ay." Ibra mengecup kening Ayleen dan langsung disambut pelukan oleh cewek itu. "Jangan cemburu sama Putri."
Ayleen melirik Putri dari sudut matanya, mana mungkin dia tidak cemburu.
Ibra dan Putri lalu bersiap-siap diatas motor. Disamping motor Ibra, ada Bimo yang juga bersama pacarnya.
Ayleen memegangi dadanya, kenapa seribet ini nih cinta. Dan ini sakit sekali, lebih sakit dari apa yang dia bayangkan sebelum datang kesini. Apalagi saat Putri menyeringai kearahnya sambil memeluk pinggang Ibra, dadanya seperti ditusuk ribuan pisau.
Ibra dan Bimo saling melempar tatapan sengit. Sama sama memainkan gas hingga asapnya mengepul diudara.
"Tunggu!" Teriak Ayleen sambil berlari mendekati motor Ibra. Melihat Ayleen berlari kearahnya, Ibra membuka kaca helm dan mematikan mesin motornya.
"Ada apa, Ay?"
"Biar aku yang ikut sama Kakak." Ibra langsung melotot, begitupun dengan Putri yang ada diboncengannya.
"Enggak," Ibra menggeleng cepat. "Kamu trauma dengan keceapatan tinggi, dan ini sangat bahaya. Aku gak mau kamu kenapa-napa." Putri mendengus sebal. Kenapa rasanya dia seperti peran pengganti. Saat adegan bahaya, dia yang diajukan, tapi kalau seneng-seneng, sama Ayleen. Tapi demi Ibra, dia kesampingkan rasa kesal itu.
"Turun," titah Ayleen sambil menatap Putri.
"Enggak," sahut Ibra. Dia tak mau membahayakan Ayleen.
"Aku bilang turun," teriak Ayleen.
"Woi, drama apaan sih ini?" teriak Bimo yang tak sabar untuk segera adu balap. "Makanya Bra, punya cewek satu aja. Belum apa-apa, udah main poligami, ribetkan." Ledek Bimo sambil tertawa ngakak, begitupun dengan cewek dibelakangnya.
Joko tak mau tinggal diam, menghampiri Ayleen dan menarik lengannya. "Ayo minggir Leen, jangan aneh-aneh."
"Enggak," Ayleen menarik tangannya. "Aku yang akan ikutan balapan."
"Baiklah kalau itu yang lo mau." Putri tersenyum miring sambil turun lalu melepas helmnya. Sebenarnya malu juga dia disuruh turun kayak gini. Semua orang jadi tahu kalau dia bukan ceweknya Ibra, cuma serep yang diambil saat dibutuhkan.
Ayleen mengambil helm dari Putri lalu memakainya. Sedangkan Joko, dia melepas jaket untuk dipinjamkan pada Ayleen, tapi Ibra melarangnya. Cowok itu turun dari motor, melepas jaket lalu memakaikan pada Ayleen Sementara jaket Joko, dia yang pakai.
"Kamu yakin Ay, mau ikut aku?" Ibra kembali memastikan.
"Iya," sahut Ayleen sambil mengangguk. Setelah semuanya siap, dia naik keatas motor Ibra. Berharap semoga saja langkah yang dia ambil ini bukan sesuatu yang salah. Dia ingin menunjukkan pada Ibra, jika dia bisa melakukan hal yang sepertinya mustahil demi cowok itu. Dan semoga setelah ini, Ibra juga mau melakukan hal yang rasanya mustahil, demi dirinya.
"Pegang kuat-kuat pinggangku," pesan Ibra "Jangan lepaskan apapun yang terjadi. Jika takut, pejamkan matamu. Bayangkan jika saat ini, kita tidak sedang balapan, tapi melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama."
Ayleen mengangguk, mengeratkan pelukannya pada pinggang Ibra.
3, 2, 1
Jantung Ayleen seperti mau copot saat motor yang dibawa Ibra melesat dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya mulai mengalami tremor. Ini lebih menakutkan daripada semua wahana ekstrem yang pernah dia naiki.
Ayah, Mama, maafin Leen.
"Kamu baik-baik saja, Ay?" teriak Ibra.
"Iya," Ayleen berusaha berteriak meski saat ini, bernafas saja rasanya sulit. Nafas Ayleen makin sesak, dia tak tahu sampai kapan semua ini berakhir.
Bayangkan kita tak sedang balapan Ay, kita sedang melakukan hal yang menyenangkan.
Tak mau mati konyol, Ayleen mulai mencari kenyamanan dialam bawah sadarnya. Membayangkan jika saat ini, dia dan Ibra sedang berbaring dihamparan rumput hijau yang sangat luas. Sambil menatap langit cerah, tangan mereka saling bertautan. Hembusan angin sepoi-sepoi terasa langsung menyentuh kulit, sejuk dan nyaman. Perlahan, nafasnya terasa lega.
"Aku mencintaimu, Ay."
"Aku juga, Kak."
Ayleen membuka mata saat mendengar suara riuh sorak sorai.
"Ay, kita menang." Suara Ibra membuat Ayleen pelan-pelan membuka matanya. Ternyata teman-teman Ibra sudah kumpul disekitar mereka dengan tawa lebar dan mulut yang tak henti-hentinya memuji kehebatan sang ketua.
Lidia membantu Ayleen turun dan melepas helm. Saat menginjak aspal, tubuh Ayleen masih seperti melayang, dunia terasa berputar.
"Kita menang Ay, kita menang." Ibra memeluk Ayleen erat. Bersamaan dengan itu, Ayleen merasakan tubuhnya begitu lemas dan semua tiba-tiba gelap.
"Ay, Ay." Ibra panik saat menyadari Ayleen pingsan.
"Ayleen kayaknya pingsan, Bra." Ujar Lidia yang ikutan panik. Sementara teman lain yang belum tahu, masih asyik merayakan kemenangan Ibra.
"Cari taksi Lid," titah Ibra. Dia lalu menggendong tubuh Ayleen, membawanya ketempat yang biasa ada taksi. Sementara itu Lidia sibuk mencari taksi online di hp.
"Pingsan tuh, pingsan." Teriak beberapa orang yang melihat. Anak-anak Joker langsung ngumpul untuk membantu nyari taksi. Begitupun dengan Putri yang coba memeriksa Ayleen denyut nadi Ayleen.
Tanpa Ibra duga, Bimo malah datang menghampirnya. "Anak buah gue ada yang bawa mobil, tunggu bentar gua telepon biar kesini."
Tak lama kemudian, anak buah Bimo datang dengan mobilnya. Ibra langsung membawa Ayleen masuk kesana.
"Dibawa kemana ini, Bro?" tanya Bimo.
"Rumah sakit," sahut Ibra tanpa berfikir dua kali.
"Jangan kerumah sakit, bawa ke basecamp aja deket. Ayleen cuma pingsan kayaknya, karena syok," ujar Lidia. Sebenarnya Putri juga mau bilang seperti itu, tapi dia yakin Ibra yang keras kepala, tak akan mendengar ucapannya.
"Enggak, kerumah sakit aja. Gue takut Ayleen kenapa-napa. Cepetan bawa kerumah sakit," teriak Ibra. Situasi saat ini, terasa lebih menegangkan daripada balapan tadi. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada Ayleen. Jika sampai itu terjadi, dia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
"Kepalanya jangan dipangku," ujar Putri. "Posisiin kaki lebih tinggi dari dada, terus buka jaket dan kendorkan bajunya, agar nafasnya lega." Ibra melakukan apapun yang disuruh Putri, karena menurutnya, Putri lebih paham.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Ibra terus menggenggam tangan Ayleen yang saat ini, kakinya dia pangku. "Ay, aku mohon buka matamu, jangan buat aku takut." Ibra menepuk-nepuk pipi Ayleen. "Bangun Ay, bangun. Aku mohon buka matamu." Ibra menangis tersedu-sedu, tak peduli jika rival utamanya, Bimo, sedang duduk didepan dengan anak buahnya.
"Dia pasti baik-baik saja, Bra," ujar Bimo sambil menoleh kebelakang. "Kata Putri tadi, dia cuma pingsan."
"Semua ini salahku, Bim. Harusnya aku cegah dia tadi. Dia punya trauma dengan kecepatan tinggi. Sayang, Ay, bangun, aku mohon bangun Ay." Air mata Ibra sampai berjatuhan membasahi pipinya.
Bimo memberikan minyak aroma terapi pada Ibra. "Coba oles ini disekitar wajahnya, semoga saja dia segera sadar."