NovelToon NovelToon
Buku Harian Seorang Pembunuh

Buku Harian Seorang Pembunuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Horor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:25.1k
Nilai: 5
Nama Author: Adzalziaah

[Update tiap hari, jangan lupa subscribe ya~]

[Author sangat menerima kritik dan saran dari pembaca]

Sepasang saudara kembar, Zeeya dan Reega. Mereka berdua memiliki kehidupan layaknya anak SMA biasanya. Zeeya memenangkan kompetisi matematika tingkat asia di Jepang. Dia menerima hadiah dari papanya berupa sebuah buku harian. Dia menuliskan kisah hidupnya di buku harian itu.

Suatu hari, Zeeya mengalami patah hati sebab pacarnya menghilang entah kemana. Zeeya berusaha mencari semampu dirinya, tapi ditengah hatinya yang terpuruk, dia malah dituduh sebagai seorang pembunuh.

Zeeya menyelidiki tentang masa lalunya. Benarkah dia merupakan seorang pembunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 | Kilas Balik Reega (2)

Tiga tahun yang lalu

“Om Juan, apa rumahku sudah bisa ditempati kembali?” tanya Zeeya.

Dia sangat bersemangat hingga tak terbendung. Ia duduk di kursi belakang mobil, di sebelah om Juan. Dia sangat merindukan kehangatan rumahnya yang dulu.

“Iya,” jawab om Juan singkat.

Mata om Juan tetap fokus pada jalan. Suaranya tidak terlalu menggembirakan.

Perhatiannya teralihkan oleh suara radio yang menggema. “… perhatian, untuk pengendara di wilayah bagian x harap berhati-hati karena sedang terjadi gempa berskala kecil. Kemungkinan akan terjadi gempa susulan dengan skala yang lebih besar. Harap tetap waspada …”

Kata-kata itu membuat Zeeya merinding. Gempa? Selama berada di sekolah tadi, dia tidak merasakan gempa.

“Pak, apa kita harus berhenti sebentar?” tanya sopir, matanya melirik ke arah om Juan.

“Tidak, kita harus tetap jalan. Percepat mobilnya,” jawab om Juan tegas.

Mobil melaju di jalan sepi, dikelilingi hutan yang lebat. Aroma basah tanah dan daun segar mengisi udara, tapi suasana tenang itu segera berubah saat mereka melihat beberapa mobil menghadang mereka. Sejumlah orang berbaju hitam berkumpul di tengah jalan, menciptakan suasana yang tegang.

“Pak, bagaimana ini?” tanya sopir, suaranya bergetar dan wajahnya pucat.

“Tunggu sebentar,” om Juan keluar dari mobil dengan langkah mantap.

Zeeya menahan napas, cemas terhadap situasi yang baru dihadapinya itu. Dia melihat Om Juan mendekati kelompok yang menghadang mereka, berbicara dengan nada serius. Dalam mobil, Zeeya menunggu sambil sesekali memperhatikan pamannya.

“Zeeya, Zeeya ...” suara memanggilnya dari luar.

Zeeya terkejut melihat Reega, saudara kembarnya, berdiri di samping mobil, wajahnya tampak sangat panik.

“Reega? Kamu kenapa ada di sini?” tanya Zeeya bingung.

Reega tidak mungkin bisa mengejar mobil yang melaju kencang. Zeeya heran kenapa saudara kembarnya itu bisa sampai padanya.

“Syut ... jangan keras-keras,” Reega memotong, memandang ke arah orang-orang berbaju hitam itu.

Zeeya menutup mulutnya, khawatir sopir di kursi depan yang masih menunggu akan mendengar.

“Cepat lari sekarang!” desak Reega pada Zeeya.

“Ta-tapi ...” Zeeya mulai ragu, pikirannya berputar.

“Cepat lari!” Reega menegaskan lagi.

Tanpa berpikir panjang, Zeeya membuka pintu mobil dan mengikutinya. Mereka berlari ke dalam hutan. Semak-semak yang lebat memenuhi kaki mereka. Namun, saat Zeeya melangkah, kakinya tersandung batu dan dia terjatuh.

“Akh ...” Zeeya merintih, kesakitan.

“Zeeya! Ayo, cepat!” teriakan Reega menggema di antara pepohonan.

Zeeya berusaha bangkit, meraba-raba untuk mencari arah Reega, tapi dia sudah menghilang di antara pepohonan.

“Reega ... kamu di mana?” Zeeya memperhatikan sekeliling, saudara kembarnya itu telah lenyap dari hadapannya.

Dia melangkah lebih jauh, hati berdebar kencang. Tanpa arah dan tujuan, dia masuk lebih jauh ke arah hutan.

.........

Bruk ...

Tiba-tiba, tanah bergetar hebat di bawahnya. Zeeya jatuh lagi, merasakan getaran yang membuat langit dan bumi serasa runtuh. Pepohonan bergetar, suara gemuruh menambah kepanikan dalam diri Zeeya. Dia berusaha bangkit, mencoba mengontrol napasnya yang semakin cepat.

“Reega!” teriaknya lagi, tapi hanya suara hening hutan yang menjawab.

Rasa takutnya semakin menguat dia merasa terjebak dalam lebatnya hutan. Dia kembali berjalan tanpa arah.

Saat menelusuri hutan, Zeeya mendengar langkah kaki mendekat. Jantungnya berdegup kencang dan saat dia berbalik, sosok pamannya, om Juan, muncul dengan wajah penuh ketegangan, bergerak cepat menuju arahnya. Membuat Zeeya terkejut sekaligus ketakutan.

“Om Juan?” serunya.

“Anak sialan! Kamu berani kabur?!” om Juan menggeret Zeeya dengan kasar.

Pamannya itu berubah menjadi sosok yang mengerikan, tidak seperti sosok yang selalu dia kenal. Wajahnya tampak marah, Zeeya tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Segalanya terasa membingungkan bagi dirinya.

Kedua pergelangan tangan Zeeya diikat kencang. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan pamannya itu.

“Om, tunggu!” Zeeya berusaha berbicara, tetapi suaranya hanya teredam.

Dia mencoba meronta, namun pegangan om Juan semakin kuat, membuatnya merasa semakin terperangkap.

“Berhenti melawan!” teriak om Juan, suaranya menggelegar.

Zeeya berjuang, dia berusaha memikirkan apa yang bisa dia lakukan. Apakah dia bisa melarikan diri? Atau mungkin berteriak meminta tolong? Dia memperhatikan sekeliling, tidak ada orang di sekitar mereka.

“Om, tolong lepaskan aku! Aku tidak melakukan apa-apa!” ucapnya lantang.

Om Juan mengambil HP-nya dari dalam kantong, wajahnya tampak dipenuhi amarah saat dia menekan nomor.

‘Aku memberimu pilihan,’ katanya pada seseorang dari seberang telepon dengan nada dingin.

‘Serahkan semua aset perusahaanmu atau aku akan mengambilnya sendiri. Aku beri waktu lima menit dari sekarang.’ Om Juan mengancam.

Suara di ujung telepon terdengar keras. ‘Juan! Sudah kubilang aku tidak akan menyerahkan apa pun padamu!’

‘Kalau begitu, aku akan mengambilnya sendiri.’ Om Juan menjauhkan ponselnya dari telinga, menatap Zeeya dengan tatapan yang menakutkan.

“Zeeya, beri tahu aku di mana saudara kembarmu itu tinggal?” tanyanya, senyumnya terlihat mengerikan.

‘Zeeya!!! Jangan bicara!’ suara seseorang menggema dari ponsel, penuh kepanikan.

“Pa ... papa?” Zeeya bergetar ketakutan, menatap HP yang digenggam om Juan.

“Iya, aku menelepon papamu. Sekarang beri tahu di mana dia menyembunyikan saudara kembarmu!” Om Juan menegaskan, suara membuat Zeeya semakin bergetar hebat.

‘Jangan, Zeeya!!! Papa akan segera datang menyelamatkanmu ...’ Suara papanya menjadi makin panik, tetapi om Juan dengan cepat menutup telepon.

“Jawab aku! Di mana Reega?!” om Juan membentak Zeeya dan mencengkeram dagunya, mengancam dengan keras.

“Aku ... aku tidak akan memberitahumu apa pun!” jawab Zeeya dengan suara bergetar, dia mulai menitikkan air mata.

Om Juan mendekatkan wajahnya pada Zeeya, penuh amarah. “Kau tidak mengerti, kan? Ini bukan permainan. Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya!”

“Lepaskan aku!” teriaknya, berusaha meronta.

Namun, om Juan hanya tertawa sinis, seolah menikmati ketidakberdayaannya. “Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja? Beritahu dulu di mana keberadaan Reega. Sekarang juga!”

Jantung Zeeya berdegup kencang. Dia tahu betapa kerasnya papa menyembunyikan saudara kembarnya itu. Dia tidak akan membiarkan usaha papanya sia-sia untuk melindunginya.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti dia!” teriaknya, menatap tajam mata om Juan. “Aku juga tidak tau di mana papa menyembunyikan Reega!”

Om Juan terkejut, seolah terpesona oleh keberanian yang ditunjukkan Zeeya. “Jadi memang benar kakakku menyembunyikan putranya? Ha ha ha …”

Om Juan tertawa puas. Dalam benak Zeeya, pikirannya berputar. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Diri. Setiap detik yang berlalu semakin membuatnya gelisah. Apa yang akan dilakukan om Juan? Dia tidak bisa membiarkan pria itu menyanderanya terus.

.........

Drap, drap, drap!

Suara langkah kaki mulai mendekati mereka. Sekumpulan orang berbaju hitam yang tadi menghadang mobil mereka, berdiri mengelilingi om Juan. Mereka semua membidik senjata api ke arah om Juan dengan seketika.

“Mundur dari Nona Zeeya!” teriak salah seorang dari mereka.

.........

1
Jihan Hwang
Hai kak... aku mampir
dari judulnya udah menarik
nanti mampir dinovelku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Delita bae
👍👍👍🙏
diann
zeeya kenapa ngebun kai?
diann: please sedih banget /Sob/
total 1 replies
Anonymous
gercep thor
ADZAL ZIAH: thanks ❤
total 1 replies
diann
arwanya tergantung gentayangan?! 🤨
ADZAL ZIAH: iya 😭
total 1 replies
diann
semangat thor, jangan menyerah.
diann: sama sama
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 2 replies
Anonymous
gila plot twist 😭
diann: mau nebak takut salah
ADZAL ZIAH: tebak hayo~
total 4 replies
Suci ♥️
semangat autour 😍😍 jangan lupa mampir 🤧🤧
ADZAL ZIAH: makasih ❤ nanti aku mampir~
total 1 replies
diann
sampe sini ceritanya makin keren
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
ADZAL ZIAH: 👌okey
total 1 replies
Luzor
Hadir pertama, semangat Thor!
ADZAL ZIAH: makasih❤
total 1 replies
Luzor
Dukung karyaku juga ya kak,/Grin/
ADZAL ZIAH: oke ❤
total 1 replies
Luzor
Ceritanya semakin seru kak,
Luzor
Semangat terus kak,
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 1 replies
bagus kakk💐💐
mampir di novel aku ya kasih nasihat buat aku /Kiss//Rose/
ADZAL ZIAH: makasih ❤ nanti aku mampir
total 1 replies
ADZAL ZIAH
maaf ya kemarin telat update~
putri cobain 347
hadir kak
Rihall Pen
mungkinkah ini awal cerita Zee di tuduh pembunuh🤔
ADZAL ZIAH: bisa jadi. lanjut baca aja ❤
total 1 replies
🏘️⃝𝐏 ⃟🏘️⃟Siska Marcelina
tembak duluan ajah.. hohoho
🏘️⃝𝐏 ⃟🏘️⃟Siska Marcelina
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!