Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. SEKILAS WAJAH SAYU
Langit senja berwarna merah jingga, menghiasi langit-langit kota Cleveland, Ohio. Udara terasa sangat panas. Sebagian penghuni kota telah kembali ke tempat peristirahatan, setelah seharian melakukan aktivitas yang melelahkan.
Begitupun dengan seorang Jonathan Alexander. Pria itu baru saja tiba di Mansion nya, seperti biasa dibayangi langkah kaki Theo, asisten setianya .
Theo duduk di sofa diruang tamu mansion milik Jonathan, kemudian menyandarkan tubuhnya di punggung sofa dengan tangan direntangkan di kedua sisinya. Wajahnya tampak lelah dan mengantuk, sesekali dia menguap panjang. Perlahan Theo berbaring di sofa sambil memejamkan mata.
Suara nada dering ponsel milik Theo, membuatnya kembali terjaga.
Theo melihat sebuah nomor tidak dikenal menghiasi layar ponselnya, Theo segera menggeser tombol hijau keatas layar.
"Hallo, Theo disini,” jawab Theo masih dalam keadaan mengantuk.
"Tuan Theo, ini aku Bardi...."suara pria diseberang sana terdengar gemetar.
"Ada apa, Bardi?” Theo mengernyitkan dahinya.
"Jack dan Roland ditangkap polisi,Tuan,”Jawab Bardi.
"Bagaimana bisa? Cepat ceritakan Bardi atau ku penggal kepalamu!" ancam Theo.
"Tadi Jack dan Rolan terlibat perkelahian dengan seorang anggota kepolisian federal, sepertinya orang itu sengaja memancing perkelahian itu terjadi, polisi itu menyusup ke markas kita dan Jack curiga kemudian menghajarnya bersama Roland. Tak lama beberapa polisi lain datang dan langsung menangkap mereka,” Terang Bardi panjang lebar.
"Baiklah, tidak usah cemas, Bardi! Tuan Jonathan pasti akan membebaskan mereka secepatnya,” ujar Theo.
Mendengar suara keras Theo dari luar kamarnya mengusik ketenangan Jonathan, di segera keluar, menghampiri Theo yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Ada apa, Theo?" Tanya Jonathan begitu tiba di hadapan Theo.
"Jack dan Roland ditangkap polisi, sekarang mereka ditahan di rumah tahanan,” Jawab Theo.
“Siapa yang mau bermain-main dengan ku,” geram Jonathan.
Pria itu menyeringai.
"Sudah lama aku tidak bermain-main, Theo, ayo kita berangkat sekarang juga, kita bebaskan Jack dan Roland dulu, lalu bawa si bodoh itu ke markas ." Theo mengangguk, dia tergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi dengan polisi muda itu, jika Jonathan sudah turun tangan.
Begitu keduanya sampai di kantor polisi, Jonathan menemui Kapten Leonard.
Kapten Leonard adalah pemimpin tertinggi di kepolisian federal, dia adalah sahabat Jonathan sejak mereka duduk di bangku sekolah Menengah Atas. Setelah lulus kuliah Jonathan meneruskan kuliahnya di universitas jurusan bisnis, sedangkan Leonard lebih memilih menjadi penegak hukum.
"Ada apa, Jonathan, sampai anda datang sendiri menemuiku," tanya Leonard
"Sepertinya, ada anak buahmu yang ingin mengusikku, dia menangkap dua orang anggotaku." Jawab Jonathan santai.
"Oh ya, sebentar ku periksa, siapa nama anak buahmu itu?" Tanya Leonard lagi.
"Jack dan Roland, mereka terlibat perkelahian di depan markas ku. Menurut kesaksian, anak buahmu lah yang sengaja memancing kerusuhan,” tambah Jonathan.
Leonard memeriksa laporan yang baru saja dirilis.
"Aku akan membebaskan orang mu, ikut aku! "Kata Leonard.
Jonathan dan Theo berjalan mengikuti Kapten Leonard, menuju sel tempat anak buahnya ditahan.
Kapten Leonard membawa kedua tamunya melewati ruang tahanan Blok A, dimana para tahanan wanita berada.
Langkah Jonathan terhenti mendadak, saat matanya tertuju pada sosok seorang perempuan yang duduk meringkuk di balik jeruji besi. Netranya sayu, tatapannya kosong ke arah luar jeruji besi. Wajah cantiknya tampak kurus dan pucat. Tidak ada semangat hidup, benar-benar menyedihkan.
Tidak ada sepatah katapun terucap dari bibir Jonathan, walau dihatinya penuh dengan beribu pertanyaan. Perlahan Jonathan melanjutkan langkah nya mengikuti Leonard dan Theo yang sudah menjauh.
Setelah membebaskan Jack dan Roland. Mereka kembali melewati jalan yang sama.
Jonathan kembali menatap sekilas wajah sayu, yang masih duduk dalam posisi yang sama, disel no. 10 blok A. Sekilas, wajah sayu itu menatap kearahnya, namun tatapan itu tetap hampa. Jonathan berlalu dengan gelisah.
Jonathan dan Theo kembali ke Mansion saat waktu menunjukkan pukul 10 malam.
"Aku mau istirahat dulu, Theo, kamu kembalilah ke kamarmu!" kata Jonathan berlalu meninggalkan Theo sendiri di ruang tengah.
"Baik,Tuan!"
Sudah satu jam berlalu, Namun Jonathan masih belum mampu membuat matanya terpejam. Hatinya gelisah, memikirkan seorang perempuan yang baru dilihatnya sekilas berada di sel tahanan tadi.
"Angelica, apakah kamu punya kembaran? Kenapa wajah sayu itu begitu mirip denganmu" Gumamnya.
Angelica adalah mendiang istri Jonathan yang dibunuh oleh musuh-musuhnya pada sebuah organisasi dunia bawah tanah.
Jonathan menikah dengan Angelica tanpa didampingi oleh ayahnya, Victor Brown. Karena orang tua Angelica tidak menyetujui hubungan mereka, setelah mengetahui bahwa Jonathan adalah seorang ketua Mafia. Mereka tidak ingin, putri mereka dijadikan sasaran musuh-musuh Jonathan.
Dan apa yang ditakutkan tuan Victor benar-benar terjadi. Mereka menyalahkan Jonathan atas tewasnya Angelica ditangan musuh Jonathan, dan menganggap Jonathan telah gagal melindungi putri mereka. Akibatnya, hubungan Jonathan dan Tuan Victor pun menjadi buruk.
Sudah hampir dini hari, Jonathan masih belum bisa memejamkan matanya. Perlahan, pria itu bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang kerjanya.
Sementara itu diruang tengah, Theo masih tidur dengan lelapnya.
Theo terbangun saat cahaya matahari mulai mengintip dari balik tirai ruangan itu.
Laki-laki berbadan kekar itu bangun dari tidurnya yang nyenyak, kemudian berjalan dengan cepat menuju kamarnya yang telah disediakan Jonathan untuk mandi dan berganti pakaian.
Setelah membersihkan diri dan merapikan penampilannya, Theo segera ke kamar Jonathan, tapi kamar tuannya itu kosong.
Akhirnya, Theo menemukan Jonathan diruang kerjanya. Kepala pria itu tertangkup di atas meja kerjanya. Sepertinya bosnya itu baru saja tertidur. Theo tidak berani mengganggunya. Sambil menunggu Jonathan bangun, Theo memeriksa beberapa email yang masuk ke ponselnya.
"Ting ...!"
Suara notifikasi yang masuk ke ponsel Theo mengusik tidur Jonathan.
Raga itu bergerak perlahan, sambil mengusap wajahnya yang tampak kacau. Pundaknya terasa pegal, karena lama tertidur dalam posisi yang tidak menyenangkan .
"Apa jadwalku hari ini, Theo?" Tanya Jonathan mengawali pembicaraan.
"Pertemuan bisnis dengan Tuan Nakamoto, pada pukul 10.00 siang ini, Tuan!"
"Ada lagi? "
"Undangan pesta pernikahan putri Tuan Henry William, nanti malam pukul 20.00."
"Baiklah, kita berangkat sebentar lagi, aku berkemas dulu, coba kau hubungi Jack, apa masih ada yang berani mengusikku!” Titah nya.
“Baik, Tuan,” ucap Theo patuh.
Jonathan kemudian berlalu dari hadapan Theo, tanpa menunggu jawaban dari mulut asisten setianya itu.
Satu jam kemudian, Jonathan dan sang asisten, sudah berada di dalam ruangan kerjanya. Setelah memeriksa dan menandatangani beberapa dokumen penting, di meja kebesarannya, Jonathan beralih duduk di sofa.
Theo memperhatikan dengan seksama, ia tahu bos besarnya itu sedang tidak baik-baik saja
"Anda sakit, Tuan?” Theo menghampiri Jonathan dan duduk dihadapannya.
"Hanya sedikit lelah " jawabnya.
"Kalau begitu, apa perlu pertemuan dengan pihak Jepang itu dibatalkan?" Tanya Theo.
“Tidak,” jawab Jonathan singkat.
Theo mengangguk, dia merasa ada yang aneh sejak mereka kembali dari penjara tadi malam. Jonathan lebih banyak diam.
"Cari tahu tentang wanita itu,Theo?" Perintah Jonathan tiba-tiba.
"Maaf tuan, wanita yang mana?" Theo balik bertanya. Theo bingung, selama ini Jonathan tidak pernah dekat dengan wanita manapun, apalagi sejak istri tercintanya meninggal.
Jonathan menarik nafas sejenak.
“Wanita yang ada di penjara yang kita kunjungi semalam, tepatnya di sel blok A nomor 20. Carilah informasi dari kapten Leonard." Titah Jonathan.
"Baik, Tuan." Theo kemudian keluar dari ruangan kerja Jonathan. Jonathan melirik jam tangan mewahnya sekilas. Masih pukul 09.00 pagi.
'’Masih ada 1 jam lagi sebelum berangkat menemui Tuan Nakamoto,' pikirnya.
Theo menghubungi kapten Leonard, mengabarkan dirinya akan datang berkunjung ke sel tahanan tempat Leonard bekerja .
Sesampainya di penjara, Theo langsung masuk ke ruangan kerja Kapten Leonard, yang sudah menunggu kedatangan nya.
"Ada apa, Theo? Apa ada orang yang berani mengusik bos mu lagi?" Tanya kapten Leonard merasa penasaran dengan kedatangan asisten temannya itu.
“Aku juga sebenarnya bingung, Kapten ..." Theo berhenti sejenak,kemudian melanjutkan ceritanya.
"Tuan Jonathan menginginkan informasi tentang seorang wanita yang dia lihat tadi malam di sel tahanan wanita no.10 blok A. Anda pasti mengenalnya, bukan?" Theo menaikkan sebelah alisnya.
Kapten Leonard mengangguk, dia tersenyum menyadari siapa orang yang dimaksud Jonathan.
"Siapa wanita itu, kapten?" Theo penasaran dengan ekspresi yang ditunjukkan kapten Leonard.
"Ayo ikut aku! Kau akan tahu sendiri, seperti apa orangnya," ajak Kapten Leonard.
Theo berdiri mengikuti langkah kaki sang kapten menuju sel tahanan yang dimaksud.
Tanpa bicara mereka berhenti didepan sel tempat Zevanya menjalani hukumannya.
Beberapa wanita penghuni sel itu menoleh ke arah mereka dan berbisik-bisik melihat kedatangan dua orang pria yang memiliki ketampanan yang sama itu. Bahkan, ada diantara para narapidana itu bersorak merayu keduanya.
Theo mengedarkan pandangannya, matanya tertumbuk pada sosok wanita muda di sudut ruangan sel, yang secara kebetulan juga menoleh ke arahnya.
"Deg..!"
Dada Theo berdegup kencang, setelah melihat wanita yang dimaksud oleh Jonathan.
Wanita itu adalah wanita yang memiliki paras cantik dan sangat mirip dengan mendiang istri Jonathan, Angelica Josephine Brown. Namun, keadaan mereka yang berbeda. Wanita di sel itu tampak kurus dan pucat. Tidak ada semangat hidup dalam dirinya.
Theo mengerti sekarang, kenapa bosnya itu terlihat aneh dan kacau sejak semalam. Dan sampai harus menyuruh Theo mencari informasi tentang wanita yang mirip dengan istrinya Angelica.
Tak lama kemudian, mereka kembali ke ruang kerja Kapten Leonard.
Theo segera meninggalkan rumah tahanan itu, setelah mendapatkan semua informasi yang diinginkan Jonathan dari Kapten Leonard.
Bersambung
Pingin nangis/Sob//Sob/