Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikhlas Menunggu
Keesokan harinya
Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat tujuan. Lalu lintas di Jakarta saat ini terpantau ramai lancar. Seorang laki laki berumur setengah abad menatap sekeliling jalan raya lalu sekilas menatap seorang laki laki beda generasi di depannya.
"Umay"panggil Kakek Ilham.
"Iya Kek?"balas Umay menatap kaca spion.
Terlihat wajah tua penuh kharisma sedang merasa senang. Senyuman Kakek Ilham khas seperti Ustadz Alfi. Bedanya mereka terpaut usia yang sangat jauh. Umay terkadang berpikir tentang wajah khas Ustadz Alfi kenapa harus mirip sekali dengan Kakek Ilham sedangkan wajah gus kembar, memiliki wajah yang mirip Almarhumah Nenek Syarifah.
"Apakah Alfi ada di rumahnya Umay?"tanya Kakek Ilham yang tersenyum. Umay melihat tab yang berada di dashboard mobil dan nampak foto Ustadz Alfi berada dilokasi yang sama dengan keluarganya.
For your information, setiap anggota keluarga akan diberikan chip untuk melacak lokasi mereka agar terus terpantau oleh Kakek Ilham. Dirinya bahkan memiliki banyak anak buah yang saat ini mengabdi di pesantren. Insyaallah, pesantren dijaga ketat oleh mereka 'pria bersarung' didikan pondok pesantren di wilayah P yang kebetulan tempat Dila berlatih silat.
"Ada dirumah Kek, karena hari ini Ustadz Alfi tidak ada jadwal apapun dan dimanapun"Jawab Umay yang diiyakan oleh Kakek Ilham.
"Alhamdulillah, langsung kerumah Alfi. Nanti tinggal saja saya disana, Umay bisa kembali ke pesantren"pinta Kakek Ilham.
"Baik kek"balas Umay yang menurut.
Sesampainya dirumah Ustadz Alfi, Kakek Ilham mengeluarkan tongkatnya dan memakainya untuk membantu saat dirinya berjalan. Pagar hitam dibukanya sendiri olehnya, sampai membuat Ustadz Alfi yang sedang berlatih silat mendadak berhenti.
"Assalamualaikum"salam Kakek Ilham menatap Ustadz Alfi.
"Wa'alaikumussalam. Kakek sendirian saja, dimana Bang Umay?"balas Ustadz Alfi seraya menghampiri Kakeknya dan mencium tangan beliau penuh takzim.
"Sudah kembali ke pesantren"Singkat Kakek Ilham yang diangguki oleh Ustadz Alfi.
Kedua laki laki beda generasi melangkah kedalam rumah dan disambut oleh Aisyah. Menjadi cucu perempuan yang paling bungsu, membuat seorang Aisyah ini manja dengan Kakeknya.
"Ayo Kek duduk dulu"ajak Aisyah yang belum salim tapi langsung menuntun sang kakek untuk duduk.
"Ais bersama kakek dulu. Kakak mau panggil Abi sama Umi dan berganti pakaian"Ucap Ustadz Alfi yang segera pamit melakukan semua perkataannya.
"Uhm"setuju Aisyah yang menyediakan makanan ringan dan teh hangat tanpa gula untuk Kakek Ilham.
"Ais tidak ada kegiatan hari ini?"tanya Kakek Ilham sebelum mencicipi teh hangat.
"Ais sudah homeschooling dan sebelum kakek datang, Ais baca novel"jawab Aisyah antusias.
"Tidak ikut latihan silat bersama kakakmu?"tanya Kakek Ilham kembali bersuara setelah melihat Ustadz Alfi berjalan dengan pakaian sudah berganti bersama kedua orangtuanya.
"Ais mana mau latihan panas panas diluar kek. Takut kulitnya hilang"jawab Ustadz Alfi sudah duduk disofa.
"Kak, yang ditanya itu Ais loh. Trus, kalimatnya salah. Takut kulitnya berubah menggelap bukan kulitnya hilang"kesal Aisyah memberengut.
"Sama saja. Buktinya wajah kakakmu tidak berubah kan. Itu alasan saja agar kamu gak latihan"timpal Ustadz Alfi yang membuat Aisyah mengadu.
"Lihat itu Kek"adu Aisyah yang membuat ketiga orang selain kakak beradik ini menghela napasnya lelah.
"Sudah sudah. Alfi sudah dewasa masih mau debat sama adiknya. Dan Aisyah juga, kamu sudah gadis sayang masa mengadu terus."lerai Umi Shita. Kedua kakak beradik saat bertemu pandang memilih memutar bola matanya malas.
"Alfi, kemarin Kakek sudah menghubungi sahabat Kakek. Kakungnya Dila"interupsi Kakek Ilham membuat suasana hening. Ustadz Alfi mendengarkannya dengan seksama.
"Bersamaan dengan itu, kakek memberikan beberapa pertanyaan untuk Dila yang didampingi ayahnya dan Umay. Mungkin ini menjadi bahan pertimbanganmu melanjutkannya, apakah benar Dila adalah pendamping yang tepat untukmu"jelas Kakek Ilham yang mengeluarkan ponselnya lalu memutar rekaman suara ketika kemarin malam mengadakan video conference.
Rekaman suara dimulai 🎙
Kakek Ilham : Pertanyaan pertama, bagaimana ekspektasi kriteria laki laki untuk menjadi suamimu?. Hal ini kakek tanyakan kepada seseorang itu, semata mata apakah cucu laki laki kakek pantas menjadi suaminya atau tidak.
Dila : Ekspektasi sebenarnya tidak ada kek. Menurut kriteria Islam, jika dia telah mampu menjadi seorang suami maka akan Dila terima. Sedangkan menurut kriteria Dila secara pribadi, tidak banyak banyak. Yang penting dia mencintaiku dengan tulus dan menyayangiku seperti kedua orangtuaku. Tapi harus disertai restu keluarganya untuk menerima Dila.
Kakek Ilham : Pertanyaan kedua, bagaimana kamu menyikapi kekurangan dari laki laki yang telah lolos dari kriteria yang disampaikan Dila tadi?
Dila : Dila saja punya kekurangan. Masa tidak menerima kekurangan dari pasangan. Kan pernikahan itu pelengkap kek
Kakek Ilham : Cucu laki laki kakek ini adalah seseorang yang dikenal banyak orang dan memiliki kegiatan membagikan ilmu agama di berbagai daerah, pertanyaan terakhirnya adalah bagaimana cara kamu mendukungnya untuk terus menyalurkan tenaganya agar semua orang tidak buta ilmu agama?
Dila : Cucu kakek pendakwah, seperti ustadz Alfi?"
Kakek Ilham : Em... be_nar seperti itu. Bagaimana caramu mendukungnya? ... maksud kakek, bagaimana kamu mendukung cucu laki laki kakek yang seorang pendakwah?
Dila : Dila akan mendukungnya kek. Kegiatannya sangat mulia dan setahu Dila pasti ada rintangan yang mengiringi langkahnya. Itu semua harus didukung dari berbagai sisi. Cucu kakek harus selalu didukung karena menghadapi banyak orang tentu sangat tidak mudah
Rekaman suara berakhir 🎙
Ustadz Alfi tersenyum, dirinya sudah sangat bertekad untuk melamar Dila. Dari jawaban yang dilontarkan oleh perempuan tersebut, semua perkataannya disampaikan secara lembut dan pendapatnya sangat baik untuk menerimanya.
"Cie ciee, masa langsung menyebut nama Kak Alfi sih. Berarti pendakwah yang Kak Dila kenal satu satunya adalah Kak Alfi seorang"senyum Aisyah menggoda kakak laki lakinya. Ustadz Alfi langsung menghela napasnya pasrah karena memang benar dirinya sudah menetapkan hati.
"Kita semua telah sepakat Alfi. Tinggal kamu yang akan diberikan pertanyaan oleh kakungnya Dila. Sampai saat ini dari keluarga Dila hanya orang tuanya dengan Umay saja selain sahabat Kakek mengetahui perjodohan ini. Kamu siap menunggunya Alfi? Walau Allah beri ujian dengan waktu yang tidak sebentar."jelas Kakek Alfi menatap cucu laki lakinya.
"Dari pendapatnya, Alfi sudah yakin dengan langkah ini. Alfi siap dan ikhlas menunggunya. Biar Allah yang mengatur segalanya, jika memang jodoh walau bertahun tahun menunggu pasti akan terlaksana niat baik ini Kek"ucap Ustadz Alfi yang mendapat tepukan di bahunya oleh sang kakek.
"Insyaallah, kesabaranmu terbayarkan Al. Kakek berharap perjodohan ini menyatukan kita semua"balas Kakek Ilham yang disetujui oleh semuanya.
"Tapi, jangan sampai salah sebut nama saat tausiyah, Gus Alfi"sindir Abi Ishaq yang mengundang tawa dari semuanya.
Flashback On
_ucapan terimakasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan untuk saya berdiri di hadapan semuanya. Yang terhormat ketua pelaksana yakni Dila_
Eh..
Kok...
Krikk..
Krikk..
Ustadz Alfi seketika berhenti berbicara dengan meninggalkan suasana penuh tanda tanya dari hadirin.
"Al pasti ingetnya nama tengah. Jauh banget dari Cahyono ke Cahyani, dah beda gender Al hahaha"bathin Azzam memberontak ingin ngakak brutal dan meledek sang sahabat.
"Salah Ustadz, namanya Bagus"lirih Farhan yang dapat didengar Ustadz Alfi saja.
"Ekhem.. Maaf saya ulangi, yang terhormat ketua pelaksana yakni Bagus Cahyono Ganetra"senyum Ustadz Alfi menahan malu.
"Astaghfirullah kok bisa salah sebut sih. Ya Allah malunya didepan banyak orang gini malah inget Dila sih. Sabar Alfi, penatian masih lama. Yuk kuat hati dan pikiran"pikir Ustadz Alfi tersenyum dengan wajah yang memerah sedikit. Beruntung tausiyahnya berjalan dengan lancar dan tidak ada yang menyadarinya. Dirinya tadi tidak membuka kertas nama nama tersebut.
Padahal jika banyak yang merekamnya, dirinya hanya bisa berdoa jangan sampai tersebar luas dan sampai ke Dila. Wahh malu banget, mau taro dimana wajahnya jika bertemu nanti.
Flashback Off
"Kakek, Alfi persilahkan yang menjadi pemimpin pondok pesantren adalah Gus Ish saja"adu Ustadz Alfi kepada Kakek Ilham.
"Heh, anda curang sekali Gus"timpal Abi Ishaq.
"Gak usah rebutan. Kalian berdua yang menggantikan saya."ucap Kakek Ilham jengah yang membuat bahu kedua laki laki tersebut menurun. Sedangkan Umi Shita dan Aisyah hanya bisa menahan tawanya agar tidak kena sasaran.
(Dybi : "Si kakek benar benar jengah sama kelakuan anak ayah tersebut. Jadi diharapkan maklum kalau sering muncul perdebatan masalah pemimpin pondok pesantren hehe")
Bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/