Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.
Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#27 – The Little Sister’s Plan
Setelah membereskan kejadian yang mengerikan itu dengan memindahkan sisa-sisa tubuh sang pangeran untuk dikebumikan, dua jenderal yang berada di pos 55, menghubungi kerajaan Barum menggunakan kristal komunikasi yang sudah kembali menyala.
Dan benar saja, seperti yang sudah dua jenderal itu katakan, pihak kerajaan sesaat dikatakan bahwa pelakunya adalah keturunan demigod, mereka tidak bisa berkata apa-apa, ditambah saat keduanya menyebutkan kekaisaran manusia.
Beberapa waktu kemudian, sejak kejadian itu, kini bersama dengan dua jenderal di pos 55, untuk mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi kepada jiwa asli dari pemilik tubuh yang saat ini dikuasai oleh dua spirit Demon itu.
Keduanya menjelaskan bahwa, di dunia ini, dimana durasi pemanggilan sudah tidak berlaku lagi, dengan waktu yang cukup tidak seperti waktu di dalam game, mereka akhirnya bisa menguasai tubuh dua jenderal itu.
Waktu mendengar itu, Mikael merasa takjub, dan karena menyaksikan itu pula, dia menjadi ingin memiliki kekuatan untuk men-summon makhluk. Namun apa daya, dia tidak memilikinya.
Selain itu, keinginannya juga muncul karena diketahui makhluk hasil summon dari kemampuan sendiri hanya bisa terhubung telepati dengan pemanggilnya saja, sehingga Mikael kini tidak bisa berkomunikasi melalui telepati kepada dua spirit demon yang ada di hadapan nya.
‘Apakah aku harus menugaskan NPC hasil ciptaan untuk keluar? atau menugaskan hasil summon dengan kristal? mengingat mereka tidak terlalu berharga. Atau sekalian saja, aku mengirim native tower babel keluar ke dunia ini?’ batinnya sementara dua jenderal menjelaskan tentang jiwa yang dirasuki.
Ulric menjelaskan kepada Mikael bahwa kini dengan diri mereka yang merasuki tubuh dua jenderal, kekuatan mereka menjadi hilang, dan hanya meninggalkan telepati dan beberapa yang terbawa oleh sistem dari game.
Azaghal juga ikut menjelaskan bahwa jiwa asli dari tubuh nya kini sudah tergantikan, alias dia sudah menghancurkannya. Namun sebagai gantinya, dia tidak mewarisi memori dari pemilik aslinya. Hal ini berbeda dengan Ulric, yang menggunakan metode menimpa jiwa asli dari tubuh nya itu, sehingga dia tetap bisa mewarisi memori dari jiwa pemilik asli.
“Kenapa kalian malah menggunakan metode yang berbeda?” tanya Mikael, mencoba memastikan.
Azaghal menjelaskan, “itu karena jiwa seorang kurcaci berbeda dengan jiwa manusia yang cair seperti air. Jiwa kurcaci benar-benar keras dan padat seperti batu, sehingga untuk benar-benar menguasainya, saya terpaksa harus menghancurkannya.”
“Menarik … ini benar-benar menarik,” angguk Mikael. “Lalu dimana sisa dari kalian?”
“Oh … satu sudah menguasai tubuh sang manajer pos 55, dia seorang kurcaci dewasa berparas cantik, bernama Sigrun,” balas Azaghal, sambil tersenyum lalu tiba-tiba tertawa, “hahahah, saya tidak tahu kenapa dia memilih Sigrun, mungkin karena dia berkelamin perempuan, sehingga memilih inang yang sejenis.”
Mikael yang mendengar itu pun menutupi keterkejutannya dengan menunduk.
“Tapi anda tidak perlu khawatir, master,” sambung Ulric, “dia sudah mempelajari banyak tentang Sigrun sewaktu masih merasuki nya. Jadi, aku yakin dia tidak akan blunder.”
“Lalu, satu lagi?” tanya Mikael, masih menunduk.
“Hmmm … karena dia juga seorang perempuan, saya kurang yakin siapa yang akan dia rasuki,” balas Ulric, tampak berpikir sambil menggaruk kepala nya.
Azaghal tiba-tiba melanjutkan, “oh … saya ingat, kurasa dia bilang dia ingin menguasai kurcaci lain yang berhubungan dengan Sigrun, karena dia merasa khawatir yang merasuki Sigrun akan melakukan hal blunder.”
Ulric menoleh dengan ekspresi heran, “oh … apakah dia ingin merasuki Bromir? Mengingat dia juga penyuplai senjata disini.”
“Bukan, bodoh, dia bilang dia ingin merasuki putri nya, Drisla.”
Mikael berdiri tiba-tiba, lalu mulai menatap tajam ke arah dua jenderal. “Apakah dia sudah merasukinya?”
Azaghal mengangkat bahunya. “Sejak Sigrun keluar dari area citadel … saya rasa, kalau tidak salah.”
“Cepat suruh mereka keluar!” Bentak Mikael tiba-tiba.
“Hmmm, saya rasa itu sudah terlambat, master,” jawab Azaghal. “Karena 20 menit adalah waktu bagi kita untuk bisa benar-benar menguasai inang.”
Dan Mikael mengingat kalau sudah sejam sejak Drisla pergi dari Citadel bersama ibunya. Lalu tanpa banyak bicara lagi, Mikael langsung melompat, menembus atap yang terbuat dari batu tebal seutuhnya yang dilelehkan dengan mudahnya seolah itu hanyalah kertas yang tipis.
Kini atap donjon pun bolong, dengan puing-puing nya yang ikut terbawa oleh Mikael seakan itu adalah hal yang enteng baginya. Sementara Azaghal dan Ulric masih duduk di bawahnya hanya bisa mendongak dengan wajah bingung.
“Apakah kita harus melapor kepada master Jezebel?” tanya Ulric.
“Tidak perlu, kita sudah melakukan tugas kita untuk mengulur waktu,” jawab Azaghal, “dan sekarang, tinggal kita serahkan saja kepada Master Jezebel.”
“Hmmm, aku bingung, sesaat kita tercipta, semua informasi tentang Master Jezebel masuk ke dalam kepala kita, termasuk dengan hubungan Master Mikael dengan Nya,” kata Ulric, merasa heran, sedang dirinya hanya tahu bahwa dia diciptakan, bukan di-summon. “Bukankah Master Mikael adalah kakak dari Master Jezebel? tapi kenapa beliau cemburu seolah mereka adalah sepasang suami istri?” lanjutnya bertanya-tanya.
“Entahlah, mungkin ini cara para Dewa untuk menghasilkan keturunan,” balas Azaghal, “Dan mungkin, sebentar lagi kita akan melayani pangeran atau tuan putri dari mereka, hehehe.”
***.
Mikael melompat begitu tinggi, kemudian terbang melayang dengan begitu tinggi di atas Donjon citadel. Dari atas, ia mencoba menelisik keberadaan rumah Drisla, sebelum akhirnya melesat dengan begitu cepat ke arah lapak itu.
Whozh! Gedebam!
Mikael mendarat dengan begitu keras nya, menciptakan cekungan besar di tengah jalanan kota yang tidak begitu lebar. Dan beruntungnya saat dia mendarat, dia tidak melukai siapa-siapa di sana. Tetap, pendaratan nya yang begitu keras, membuat para penduduk Khazmirad keluar rumah.
“Getaran apa itu tadi? Apakah malapetaka benar-benar menyerang kita langsung?”
Beberapa penduduk mulai saling bersahutan.
Di antara debu yang mengepul, orang-orang pun perlahan mulai bisa melihat sosok Mikael. Kemudian, beberapa dari mereka yang merupakan tetangga dan juga sempat melihat dia berjalan bersama Drisla, kini kembali saling berceloteh.
“Heh, ternyata Drisla memilih untuk berhubungan dengan manusia itu karena dirinya adalah seorang keturunan demigod, toh, pantas saja ….”
“Cih, Drisla semakin hari semakin membuatku aku iri saja!”
“Iya, jika dia kawin dengan seorang keturunan demigod, sih, itu sudah pasti bisa berbuah … seperti halnya kaisar dari kekaisaran elf dulu yang menikahi seorang manusia, sebelum akhirnya mati di malapetaka ke-7.”
“Hei! Bukankah itu hanya rumor?”
“Entahlah, tapi jika benar … mungkin itulah yang menjadi alasan kenapa Maharani mereka, Haera, bisa begitu terhubung dengan bangsa Manusia.”
Sementara celotehan terus berkumandang, Mikael pun mulai berjalan keluar dari cekungan yang dia ciptakan sendiri, menuju rumah Bromir.
Lalu dengan perasaan khawatir, Mikael berjalan masuk ke dalam rumah nya yang tampak terbuka. Di dalam, Mikael melihat Drisla dan Sigrun tiba-tiba berlutut di depannya.
“Master,” ucap keduanya.
“No … tidak … apa yang ….” Mikael hampir kehabisan kata-kata sesaat melihat Drisla, “Kau … spirit Demon ….” Lanjutnya, sambil memegang dada nya seakan hatinya terasa ditusuk-tusuk, sebelum akhirnya menghilang karena peredam emosi nya.
“Benar, Master, saya sudah berhasil menguasai tubuh ini,” ucap Drisla, yang kini sudah dikuasai oleh spirit demon.
Kini dengan datar nya dengan tatapan yang menyapu ke setiap sudut ruangan, sambil mengernyit, ia pun berkata dengan suara yang pelan, “aku baru saja mengenalnya.”
***.
Bersambung ….
***.