Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasihat
"ngapain kamu pakai wig begini Ci?" tanya Sandra saat memasuki ruang karyawan bersana Rina.
"ini antisipasi kalau ada yang tiba-tiba jambak biar nggak sakit kak" ucap Cia. Dia merapikan wig yang panjang sebahu mirip dengan rambutnya. Hanya saja warnanya yang berbeda. Jika rambut Cia berwarna coklat gelap, wig yang di pakainya berwarna coklat terang.
"kemarin pakai jaring-jaring kepala, sekarang pakai wig. Emang bener-bener nih anak" uca Rina. Mereka keluar ruangan bersamaan. pergantian shift sudah tiba, dan mereka dapat shift malam.
"Cantik" ucap Chandra tanpa suara dari balik meja bartender, tapi Cia tau apa yang di ucapkan Chandra. Dan jangan lupakan Riko yang sudah mendengus menatap kelakuan dua orang itu.
"Bangko? Abang nggak mau nyari cewek gitu?" tanya Cia, padahal Riko belum lama sendirinya.
"nanti lah Ci, sekarang aku lagi sibuk mantau pergerakan Mita yang suka tiba-tiba menyerang" pandanganya menatap Mita sebelum dia berjalan menghampiri pelanggan yang baru masuk Restoran.
Riko, Cia, Sandra dan Mita. Semuanya berjalan mendatangi para tamu yang mulai berdatangan untuk makan malam. Mereka tampak sibuk jalan ke sana kemari untuk melayari para pengunjung.
"Besok kamu libur. Mainlah ke rumah saat Zara sudah pulang sekolah, biar dia menjemputmu di rumah" Chandra mengantar pulang Cia dengan motornya. Dia mulai jarang menggunakan mobilnya, hanya saat mendung saja dia membawa mobilnya.
"ok, bisa di atur" Cia menyandarkan kepalanya ke belakang.
Ke esokan harinya, tepat jam 2 siang Zara sudah sampai di depan pintu kamar kosnya. Zara masuk dan duduk di atas kasur Cia, sedang Cia melanjutkan mengancingkan bajunya.
"Ayo Ra!" Ajak Cia saat dia selesai memakai sendalnya.
"kakak mau makan dulu nggak?" tanya Zara saat mereka menuruni tangga.
"kamu belum makan? Mau makan apa?" tanya Cia.
"Zara pingin bakso di situ kak" Zara menunjuk tempat pak Udin.
Akhirnya Cia membawa Zara makan bakso di tempat pak Udin dan membeli beberapa untuk di bawa pulang ke rumah Zara. Saat sampai, rumah itu tampak sepi karena penghuni rumah yang kebanyakan masih bekerja.
Zara membawa Cia masuk ke dalam kamarnya. Selama Zara berganti baju, Cia duduk di karpet bulu kamar itu untuk membaca novel yang dia pegang.
"sepertinya bang Chandra masih tidur" Zara mulai duduk di dekat Cia.
Cia lupa jika Chandra shift malam. Sudah pasti pria itu masih berada di rumah sekarang.
"Sudah sampai ternyata" Suara Chandra itu membuat Cia menolehkan kepalanya dengan cepat.
"apa aku ambil libur aja ya?" gumam Chandra pelan. Namun masih bisa di dengar Cia.
"nggak ada mas, enak aja mau libur segala, mau ngapain?" omel Cia.
Chandra merebahkan dirinya di dekat Cia duduk. Zara yang melihatnya langsung merebahkan dirinya di samping sang kakak, dia memberi jarak antara Chandra dan Cia.
"Ra? Kalau ada orang yang berduaan, yang ke tiga itu setan" Ucap Chandra. Adiknya itu sangat mengganggu.
"iya berarti abang juga setan, kan aku Zara adek abang" Zara tak perduli. Dia tetap berbaring di samping abangnya.
Rumah milik om Bima tampak ramai malam itu karena semuanya berkumpul di halaman belakang. Mereka tidak keluar jalan-jalan, tapi lebih memilih untuk BBQ nan di sana. Chandra benar-benar memilih bolos dan ikut berkumpul.
"sudah enam bulan, kamu gak pingin pulang Ci?" tanya tante Celine.
"sebenarnya ingin tante. Tapi nanti Cia mau izin dulu sama pak Bayu untuk ambil libur empat hari langsung dalam satu bulan" ucap Cia. Gadis itu sibuk memakan daging yang di berikan Chandra padanya.
Celine melirik Chandra, namun pria itu sama sekali tidak perduli. benar-benar di mabuk cinta.
"oh iya Ci, sejak kapan kamu tau kalau kita keluarga Chandra?" Celine bertanya lagi.
"sejak pertama kali datang ke rumah ini tan. Foto kelurga yang besar itu tampak sangat jelas" Cia tersenyum kecil.
"ah iya, di sana juga ada Chandra" Celine meringis pelan. Niatnya mau menyembunyikan, eh malah ketauan dari awal.
"makan yang banyak Ci, tubuhmu tampak lebih kurus, pasti kamu tertekan karena Chandra" ucap om Bima.
"uuuh, kasian sekali kakakku ini" Zara memeluk Cia dari samping. Semua krang di sana mentertawakan Chandra yang sudah nampak kesal.
Malam itu Cia pulang di antar oleh Chandra sampai depan gerbang kos. Sebelum Cia turun, Chandra mengelus leher Cia yang masih memakai plester.
"hahahah, geli mas" Cia memegang tangan Chandra yang masih berada di lehernya.
"Naiklah, istirahat yang baik, mas pulang dulu" Setelah Cia turun dan berjalan ke arah gerbang, Chandra mulai menjalankan mobilnya untuk pulang.
"Chan? Sini nak, kita ngobrol sebentar" Celine memanggil Chandra yang baru sampai setelah mengantar Cia.
"ada apa ma?" Chandra duduk di samping Celine. Pria dewasa itu memeluk mamanya dengan manja. Kepalanya menyandar di bahu sang mama dengan nyaman.
"jika kamu benar-benar menginginkan Cia, perlakukan dia dengan baik. Selalu beri dukungan untuknya, tanyakan hari-harinya seperti apa. Jangan pernah meninggikan suramu di depannya"Celine mengelus kepala putranya itu dengan sayang.
"Chandra tau ma, memang apa yang mama tangkap dalam setiap ceritanya selama ini?" tanya Chandra penasaran.
"dia menderita anxiety dan depresi ringan. Semasa kecil, dia selalu di paksa mengalah, ayahnya sering mematahkan argumennya yang seharusnya orang tua mendengarkan lebih dulu setiap ucapan anak, dan memberi tahukan kebenaran jika ucapan anaknya itu salah, bukan justru mematahkan yang di ketahui anak karena orang tua yang tidak mau kalah. Karena itu semua sangat mempengaruhi perkembangan anak, kamu juga akhirnya akan jadi seorang ayah, jadi harus paham" jelas Celin dengan panjang.
"apa karena itu Cia sangat jarang mengutarakan pendapatnya? Dia juga tidak suka dengan sesuatu yang memiliki banyak lubang ma"
"Trypophobia. Anxiety nya bisa kambuh jika dia melihat sesuatu yang memiliki pola berlubang. Kamu harus ingat Chan, Cia punya mental yang berantakan, jadi jangan pernah kamu mencoba untuk menjadi penyebab semakin rusaknya mental Cia ke depannya" Celine memperingati Chandra karena dia benar-benar menyayangi gadis itu.
"iya ma, lagi pula aku tidak berniat main-main dengannya. Jika bisa menikah minggu depan, Chandra lebih senang" ucapan Chandra itu membuat sang mama gemas dan mencubit lengan anaknya.
.
.
Ada seorang pria yang sedang di marahi oleh kedua orang tuanya.
"Riko bisa cari sendiri Bun" ucap Riko dengan frustasi.
"mau nyari yang seperti apa kamu nak? Bunda mengenalnya saat dia menjadi tim HR di perusahaan yang ayahmu pegang, dia baik" ucap sang bunda dengan lembut.
"Biarin Riko berfikir dulu bun. Riko mau izin dulu sama adek Riko" ucapan Riko itu membuat ibunya melotot dengan kaget.
"ayahmu punya istri muda dan kamu diam saja?" sang Bunda sudah menangis karena salah paham.
"ayah nggak punya simpanan bun, ini adek Riko di tempat kerja" Riko buru-buru menjelaskan sebelum dramanya semakin jauh.
"dia lebih muda dua tahun dari Riko. Tapi dia sangat manis" Riko tersenyum saat mengingat tingkah Cia selama ini. Dan Riko juga berbohong pada Cia akan usianya, dia memang mengaku pada setiap temannya dengan usia yang lebih muda. Tergantung usia temannya juga sih.
"kamu menyukainya?"
"enggak bun, Riko benar-benar hanya menganggap dia adek, dia juga udah punya Calon bun" Riko sama sekali tak menaruh perasaan sama Cia. Dia menganggap Cia adek karena mereka sama-sama punya pikiran yang aneh.
Riko ingat, salah satu pikiran yang aneh dari mereka adalah saat menghayal. Mereka pernah menghayal jika Riko yang punya maskapai, maka Cia yang punya bandara. Mereka juga pernah membicarakan jika suatu saat kalau punya banyak uang, akan join membeli kapal pesiar. Sungguh itu adalah khayalan di atas normal.
"kapan-kapan ajak dia main ke sini. Bunda ingin mengenalnya" ucap sang bunda sebelum pergi keluar dari kamar Riko.
"Haaaah" Riko menghela nafas karena sang bunda sudah lupa dengan rencana perjodohan. Riko jadi ingat dengan pesan Cia mengenai perjodohan.
...Perjodohan memang bukan sesuatu yang buruk....
...tapi, tidak semua orang tua dapat memilih calon yang baik....
...tak apa jika mereka ingin menjodohkan....
...tapi jangan pernah memaksa anak untuk menerimanya....
...Orang tua memang akan bahagia jika anaknya menikah....
...Tapi mereka tidak akan pernah tau kesulitan apa yang anaknya alami. Saat mereka menerima siksaan dari suaminya baik fisik maupun mental, sang anak tak akan mengatakan apapun pada orang tuanya. Mungkin mereka akan tau saat anaknya sudah dalam keadaan parah atau bahkan meninggal. Dan cerita seperti itu memang nyata....
..."kalau bangko mau menikah, Cia punya buku panduan menikah. Siapa tau mau baca dulu buat belajar"...
...Riko tersenyum mengingat ucapan Cia yang nampak dewasa namun akhirnya melenceng juga....
.
.
...****************...
.......