Refina dan Rio mendadak jadi saudara tiri, Kebahagiaan yang terus yang didapat kan hari-harinya, sampai membuat Refina jatuh cinta pada saudara tirinya.
Percintaan seperti apa yang akan mereka jalani?, Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 | Teman Busuk
Saat istirahat, Refina memilih untuk pergi ke atas rooftop untuk bermeditasi — kedua tangannya memegang kepala nya yang masih pusing. sisa efek mabuk keras nya yang semalam.
Di sisi lain Rio sedang santai bermain basket. sambil me—dribble bola untuk memasukkan nya ke dalam jaring ring. — Sorak gemuruh dari kaum hawa menggelegar seisi sekolah menyebutkan nama Rio dengan lebay.
"ARGH!! RIOOOOO KU"
"RIOOOO ganteng banget!"
"KENALAN DENGANKU RIOOOOO"
Selain berteriak cempreng, ada juga yang kompak berpelukan lebay.
Rio mengabaikan para gadis yang menyebut namanya berulang, dia fokus menoleh arah rooftop melihat kedua gadis yang sedang makan siang.
Disana terlihat Refina memulai obrolan serius mengenai dirinya semalam.
"Semalem yang antar gue ke rumah siapa?" Tanya Fina tajam sambil menyipitkan kedua mata yang terengah pusing.
"Alvin yang bawa lu pulang" Kata Anisa sambil memegang pundak Fina. "Kalau lu pusing ke UKS, gue bawa lu kesana"
"Engga nis, otak gue cuma ga mampu nampung banyak pikiran sekarang" Elaknya sambil membuang wajah sebal.
Alvin mengetuk pintu secara tiba-tiba. Dia datang saat melihat dari bawah. "Gimana Fin mendingan sakit lu?" Sahut alvin perhatian.
"Ck, lu ngapain kesini jangan dekat-dekat gue, kalau melati tau. Ngamuk — Mampus lu" Kata Refina yang berbelit.
Sambil menyodorkan minuman ke mereka dia bilang "Melati ga sekolah, dia bilang lagi ada urusan" Kata nya mengelak.
Alvin berjalan santai untuk berbisik ke Fina "Ada misi baru nanti Sore" lanjutnya. Anisa mendengar dia menurunkan kedua alis dengan rasa curiga.
Sisi lain Rio terus memperhatikan santai ke arah rooftop sambil men-dribble bola basket.
Tampak giginya menekan bibir bawah seakan tidak puas dengan apa yang dia lihat. dia melambungkan bola basket masuk ke dalam jaring yang membuat sorakan dari cewek-cewek semakin bergemuruh.
Dengan sorakan itu membuat Anisa ikut berteriak dari arah atap yang membuat Rio menoleh.
Anisa melambaikan tangan begitu juga dengan Rio. Refina membuang muka sebal karena kedekatan mereka semakin mengambang.
"Rio? Padahal semua orang mencibirnya kemarin" Gumam Alvin menoleh ke arah Rio.
"Maksut lu? Sahut Anisa terhentak.
"Seisi sekolah menggosipkan tentang kekerasan Rio ke Refina" jawab Alvin dengan suara pelan.
Refina tiba-tiba berjalan kesal mengarah ke Alvin "Siapa yang sebar aib gue di sekolah!" Kata Fina dengan hawa kemarahan nya, lalu menoleh tajam ke Anisa.
Anisa menggeleng kepala "Engga bukan gue, gue aja baru tau infonya" Tiba-tiba kedua alis Refina mengangkat tajam.
"Hey tunggu mau kemana!" Anisa Rancau mengejar Fina.
"Ke Elma" Jawab Fina kesal.
Di kelas Elma yang lagi mengobrol santai dengan Nadia tiba-tiba melihat Refina datang dengan wajah cemberut yang ingin melabrak
Kerah seragam Elma tiba-tiba diremas Fina. "Lu kan yang sebar aib gue"
"Bentar Fin maksut lu apa?" Jawab Elma bingung.
"Halah lu jangan pura-pura bego ya, satu sekolah tau kalau Rio ingin lakuin kekerasan, lu yang sebar kan, Jawab!" Bentak Fina tidak terima
Anisa yang terengah setelah mengejar, menyeret Fina untuk ke kantin "Sabar Fina!!" kata nya sambil mengatur nafas.
Elma membanting buku ke meja dengan keras, dia kesal tak beraturan, nyali nya menciut setelah dilabrak Fina.
Rio masuk dengan santai sambil melihat raut wajah dari Elma, Rio membisikan ke telinga nya dengan dingin "Cara main lu kurang halus" katanya mengintimidasi.
Elma keringat dingin menatap ciut melihat Rio yang lagi tersenyum miring. Di jam pulang Fina yang masih gedek sama Elma, dia mengikutinya pulang dari belakang.
Terlihat Elma dan Anwar berboncengan pulang, Fina berpura-pura menyusul karena melihat laju sepeda motor dari Anwar mulai memelan. karena sudah sadar di ikuti mereka putar arah yang membawa Refina ke suatu tempat.
"Ada apa Fina?" Tanya Anwar penasaran.
"Gue mau tau misi nya apa? Kebetulan lagi liat lu, gue ikut dari belakang" Refina mengelak.
"Untuk misinya biar Elma saja ya" Jawab Anwar datar
"Terus lu bawa paket?" Tanya Fina yang kepo sambil menyentuh kotak yang tersegel rata.
"Ini barang untuk dapat cuan banyak" Jawab Anwar tajam. Sisi lain Elma hanya terpaku menunduk karena kena mental oleh Fina di kelas.
Mereka berpamitan dan Fina menelpon ayahnya kalau ada hal yang mencurigakan dari mereka berdua.
Setelah memasang pelacak GPS pada ponselnya, Refina terus membuntuti mereka tanpa ketahuan.
Tiba-tiba tujuan mereka mengarah ke markas nya mafia yang menyimpan barang-barang haram.
Mata Refina membulat saat Anwar membuka kotak itu ternyata tersimpan barang terlarang. "WHAT THE HELL APA-APAAN INI" pekik Refina yang tiba-tiba muncul melihat Anwar.
Elma panik begitu juga Anwar, Fina tidak menyangka kalau mereka bandar narkoba yang sejak lama.
Mereka berdua ternyata kelompok mafia Lozeto yang hobi menyembunyikan barang terlarang.
"Kalian semua siapa!!" Teriak Fina sambil melihat satu ruangan penuh dengan pria berbaju hitam
Di sisi lain seseorang mengirim foto ke pak Rizal kalau ada seorang wanita menyerobot masuk ke markas besar target yang ingin di ledakan nya.
Disana pak Rizal membuka foto yang dikirim suruhan nya sambil melihat wajah gadis nekat itu.
"Operasi peledakan markas di batalkan, kamu boleh meninggalkan area" Titah Pak Rizal
Di sisi lain Fina terkepung oleh sekelompok Mafia, dia bukannya takut malah ngelawan dengan mengambil pistol yang ada di saku pria yang menghampiri nya.
Baku tembak itu terjadi sampai ayahnya Fina datang membawa pasukan anti narkoba. Berkat laporan dari Fina, Polisi berhasil menggagalkan penyelundupan barang haram yang akan dikirim para mafia itu ke luar negeri.
Di rumah, Rio yang sedang protes keras ke ibunya berkat kejadian kemarin tiba-tiba mendapatkan sebuah kiriman foto dari pak Rizal.
"Sepertinya ini akan menjadi penggantimu" Kata pak Rizal yang memperlihatkan foto Refina yang sedang membawa pistol.
"Lah" Rio membeku hebat dan panik langsung menelpon pak Rizal
Saat ingin menelpon dia mendapatkan WhatsApp dari ayah nya "Rio apa yang kamu lakukan? Kok Fina sekarang semakin gelap hati nya, Dia sampai berurusan sama mafia."
"Apa yang— Argh!!" Rancau Rio memakai jaket dan menuju ke lokasi Mereka setelah di beri titik oleh ayahnya.
"Fina, Ayah!!" Pekik Rio panik berlari dari mobil yang di pesan lewat online.
Rio menoleh keras ke Refina yang sedang Jongkok tertunduk lesu karena sudah melawan kriminal dengan sadis.
"Aku semakin gelap kata ayah" Kata Refina bergumam sayu dan mengulang kata setelah dimarahin abis oleh ayahnya.
"Fina" Gumam Rio yang menenangkan Fina dalam pelukannya. "Kau tidak apa-apa"
"Iya gue baik-baik aja kok" Gumam pelan Refina sambil merintih
"Maafin gue ya kemarin Fin" Kata Rio
Refina mengangguk singkat dan mendapat ke pelukan Rio "Lu ternyata sayang ya sama gue"
"Jangan konyol Fina, gue sayang lu sebagai saudara ya" Kata Rio tegas.
Di sisi lain Anwar dan Elma melarikan diri setelah kedatangan Refina yang sibuk dengan baku tembak
Saat sudah dirumah. Rio dan Refina makan bersama dengan canda tawa
Rio menurunkan egoisnya demi permintaan ayahnya, berkat ke bucinan nya dia melupakan perintah ayahnya untuk membahagiakan Refina.