"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari informasi
Jari telunjuk Jimmy saling bertaut membentuk segitiga tepat berada di pelipisnya, ucapan Emir cukup membuatnya gelisah.
"Nona Laura, sudah menikah dengan pria Indonesia, dan dia juga sedang hamil."
Menghembuskan napas kasar, Jimmy beranjak dari kursinya, berkas masih banyak yang belum ia tanda tangani, tapi karena ucapan Emir membuat isi kepalanya hanya dipenuhi dengan Laura.
Berdiri didepan jendela kaca besar, Jimmy memasukkan kedua tangannya di saku celana, tatapanya lurus jauh memandang, namun kepalanya hanya tertuju pada satu titik yaitu Lauranya yang selama ini menyisakan rasa penasaran begitu dalam.
"Hamil, menikah? Laura kau benar-benar membuatku gila."
*
*
Setelah beberapa jam akhirnya Jimmy menyelesaikan pekerjanya, meksipun waktu yang ia butuhnya lebih dari waktu yang sudah di tentukan.
Kini Jimmy berjalan menuju jet pribadinya bersama Emir, mereka akan terbang ke Bali malam ini, entah kenapa rasa penasaran yang tinggi membuat Jimmy memilih untuk mencari tahu keadaan Laura. Padahal ada kepentingan sendiri yang harus Jimmy lakukan sebelum mengetahui kabar tentang Laura.
"Semua sudah siap Tuan," Ucap Emir saat Jimmy duduk di kursi.
Jimmy hanya mengangguk tanpa menjawab, dan Emir merasakan suasana sikap berbeda dari atasannya itu.
"Sepertinya dia jadi pendiam, apa karena Laura." Gumam Emir dalam hati.
"Jimny bagaimana kalau aku hamil?"
"Jimmy aku hamil!"
Bayangan Laura saat mengatakan dirinya hamil terus berkelebat di kepalanya, apalagi setelah tahu jika dirinya ternyata tidak mandul dan baik-baik saja.
"Dia pasti darah daging ku," Gumamnya dengan kedua mata yang memerah.
Marah dan kecewa lebih tepatnya pada diri sendiri karena sudah membuat wanita itu terluka. Dirinya memang bodoh dan semua itu karena cintanya pada sang istri yang buta.
"Laura," Gumamnya dengan dada yang sesak.
*
*
Setelah melakukan perjalanan beberapa jam, jet pribadi Jimmy mendarat dengan sempurna. Keduanya sudah dijemput dengan mobil yang sudah menunggu mereka.
"Tuan Jimmy, tuan Emir." Sapa seorang pria berpakaian rapi sambil menunduk.
Emir membukakan pintu untuk Jimmy, keduanya masuk kedalam mobil menuju hotel yang sudah disiapkan.
"Emir, kau cari rumah atau apapun untuk tempat tinggal di dekat rumah Laura."
Emir mengerutkan keningnya sempat terpaku. "Maksud tuan, tuan ingin tinggal di dekat rumah nona Laura?"
"Hem, secepatnya. dan jangan sampai Laura tahu." Titah Jimmy tegas.
"Baik Tuan."
"Sekarang antar saya ke tempat tinggal Laura."
Hah
Emir sempat ingin bersuara, tapi ia tahan karena tidak ingin kena imbas, jadi Emir memilih menuruti saja.
Sesaat kemudian....
"Kenapa kamu membawa ku kesini, dimana rumah Laura!" Kesal Jimmy pada aisistennya itu.
Jimmy hanya melihat sisa bangunan yang terbakar dan terdapat garis polisi.
Emir menelan ludah, ia juga tidak tahu kenapa toko bunga Laura jadi sisa bangunan yang terbakar.
"Em, saya bertemu dengan nona Laura disini tuan, ia pemilik toko bunga itu. Tapi sepertinya toko bunga nona Laura mengalami kebakaran."
Alis Jimmy saling bertaut, tatapannya menajam pada bangunan yang terbakar itu.
"Lalu dimana tempat tinggalnya, apa dia baik-baik saja." Tanya Jimmy dengan cemas.
"S-saya akan mencari tahunya nanti tuan, lebih baik anda kembali ke hotel dulu."
"Cih, kau berani memerintahku!"
Glek
"T-tidak berani tuan. Saya hanya ingin mencari informasi yang tuan butuhkan." Cicit Emir dengan takut.
Mana berani dia mengakui jika dirinya memang memerintahkan atasanya itu untuk istrirahat, agar dirinya bisa bekerja dengan baik.
Jimmy pun menurut, ia memilih pergi kehotel sambil menunggu informasi dari Emir.
"Satu lagi, cari tahu penyebab kebakarannya!' Titahnya mutlak.