Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Kau pikir aku membutuhkan uangmu, Nona? Tidak! Aku menginginkan wanita itu!" Ben ingin kembali meraih Laura, tetapi Bianca menghadangnya.
"Aku bisa melaporkanmu pada pihak yang berwajib kalau kau terus memaksakan kehendak seperti ini!" bentak Bianca.
Laura sangat takut pada Ben, Bianca merasakan kalau tubuh adik iparnya itu bergetar. Beberapa orang mulai tertarik karena melihat pertengkaran di depan mata mereka.
Tidak ada yang melerai adu mulut yang terjadi antara Bianca dan Ben. Semua malah tampak menikmati pertengkaran seorang wanita muda melawan pria paruh baya. Berbeda dengan biasanya terdapat adu otot antara pengunjung. Bianca justru terus meladeni ucapan Ben.
Hingga Ben mendorong tubuh Bianca dan hampir mengenai sudut meja. Beruntung saat itu Bianca dapat menahan dengan keseimbangan tubuhnya.
Laura dicengkram kemudian diseret oleh Ben.
"Kak Bianca! Tolong!" teriak Laura sambil menangis ketakutan.
Bianca melihat sebuah botol minuman di depannya. Secara refleks tangan Bianca meraih botol tersebut, kemudian memukul Ben tepat di kepalanya. Seketika darah mengucur di kepala Ben.
Pria itu menoleh geram pada Bianca yang terus mengganggunya. Awalnya, dia tidak ingin meladeni Bianca. Namun, wanita hamil itu sudah keterlaluan. Dia tidak akan membiarkan Bianca menghentikan kesenangannya malam ini.
"Dasar! Wanita j*Lang! Sini kau!" Ben menjambak rambut Bianca.
Tentu saja, Bianca mengaduh kesakitan. Keadaannya belum pulih total karena baru saja pulang dari rumah sakit. Namun, dia harus menghadapi pria yang ingin melakukan hal tidak senonoh pada adik iparnya.
"Ah... Dasar baj*Ngan! Kau hanya berani pada perempuan! Aku sudah katakan padamu! Aku akan membayarmu dua kali lipat bahkan lima kali lipat bila kau melepaskan kami!" Bianca berusaha memukul Ben.
Tidak tinggal diam, Ben menampar Bianca. Laura berteriak melihat kakak iparnya babak belur karena Ben.
"Tolong! Kakak iparku itu hamil. Tolong aku! Hentikan!" Laura menangis, dia tidak tega melihat Bianca terluka.
Seseorang menarik kerah Ben, kemudian menghajarnya. Dia memukul Ben bertubi-tubi hingga membuat Ben kesulitan untuk membalas.
"Jangan ikut campur dengan masalah ini. Atau kau akan tahu akibatnya!"
"Tentu saja aku harus ikut campur! Kau menampar adik kesayanganku!" ucap pria yang ternyata adalah James.
"Nona, Anda perlu dibawa ke rumah sakit!" ucap Daren membantu Bianca yang hampir terkapar di sebuah sofa.
James masih menghajar Ben, dia melampiaskan semua kemarahannya dengan memukul pria paruh baya itu. Pria itu berpikir, Bianca akan tenang tinggal bersama dengan Liam. Lalu, dia melihat adiknya dihajar secara brutal oleh seorang pria.
Tentunya, dia tidak akan diam saja melihat Bianca kesakitan. Pria di hadapannya itu akan menerima balasan yang setimpal karena telah berani menyentuh adik kesayangannya.
"Aku tidak apa-apa, Daren. Tolong lihat keadaan Laura!"
"Maafkan aku, Kak. Aku yang bersalah di sini. Kau harus ke rumah sakit aku tidak ingin kondisimu kembali drop," ujar Laura masih berlinang air mata.
"Yang penting kamu tidak apa-apa, Laura. Aku bisa tenang kalau kamu baik-baik saja," balas Bianca pelan.
Kemudian, Bianca berusaha bangkit berdiri dibantu oleh Laura dan Daren. Namun, ketika ingin melangkah. Perutnya kembali nyeri, lebih dibandingkan ketika Liam melakukan hubungan dengannya.
"Akh... Aku...." Belum sempat Bianca melanjutkan perkataannya, dia sudah tidak sadarkan diri.
Daren dengan sigap menahan tubuh Bianca. Pria itu memanggil tuannya yang masih melampiaskan amarah pada Ben. Akan tetapi, kondisi Bianca lebih penting dari apa pun.
"Tuan, Nona Bianca tidak sadarkan diri!" lapor Daren.
James langsung meninggalkan Ben yang kondisinya sangat mengenaskan. Aura membunuh tetap menguar di sekeliling James.
"Urus pria itu! Pastikan dia mendapatkan balasannya! Aku akan membawa Bianca ke rumah sakit!" perintah James pada Daren.
"Baik, Tuan!" balas Daren.
James menggendong Bianca ala bridal style. Dia melihat tamparan Ben berbekas di wajah Bianca. Seharusnya, dia tidak mengizinkan Bianca tinggal di apartemen Liam.
Pria itu baru mendapatkan laporan kalau Liam pergi melakukan perjalanan dinas. Adik ipar bodohnya itu mempercayakan Bianca pada Laura yang tidak pernah bersikap baik padanya.
Semua orang juga tahu kalau Laura tidak menyetujui pernikahan Liam dan Bianca. Sikap gadis itu sangat tidak sopan dan menghormati Bianca. Belum lagi berbagai tuduhan yang dilontarkan setiap mereka berdua bertemu.
"Aku ikuti, Kak James!" ucap Laura masih menangis.
"Tentu kau harus ikut. Ini semua terjadi karena circle pertemananmu yang buruk! Bisa-bisanya kamu berteman dengan muc*kari seperti Ivanka," balas James ketus.
Laura tersentak ketika James membalasnya dengan sindiran circle pertemanannya. Dapat dikatakan, Laura memiliki sedikit teman karena orang yang mendekatinya biasanya hanya mengincar hartanya.
Berbeda dengan Ivanka yang mendekatinya secara halus. Beberapa orang dengan gamblang mengatakan ingin berteman dengannya karena dia berasal dari kalangan atas.
"Maafkan aku, Bi," ucap Laura mengingat ketika Bianca memperingati agar tidak dekat dengan Ivanka.
Laura ikut naik di mobil James. Dia membantu ketika James meletakkan tubuh Bianca di belakang kemudi. Laura duduk dengan kepala Bianca dipangkuannya.
Hal itu menyebabkan Laura dapat mengamati wajah Bianca yang terkena tamparan Ben. Tampaknya Ben menampar Bianca sekuat tenaga hingga bekas tamparan tercetak jelas di wajah Bianca.
Laura menangis sambil terisak, tidak ada yang dapat dia lakukan selain menyesali perbuatannya. Dia merutuki kebodohannya karena selama ini berteman akrab dengan Ivanka.
Perempuan yang mengatakan sangat menyukai Liam hingga dia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kakaknya. Berbeda dengan Bianca yang mendekati Liam dengan perlahan, tetapi Laura selalu mengatakan pada kakaknya untuk menolak Bianca.
"Maafkan aku, Kak Bianca. Aku akan menjadi adik ipar yang baik untukmu. Tolong bertahanlah!"
Saat itu, terdengar dering ponsel yang berasal dari tas Bianca.Tas kecil itu diselempangkan oleh Bianca. Laura tidak berani untuk melihat barang pribadi kakak iparnya itu. Namun, ketika dering ponsel itu terus saja terdengar.
Laura memberanikan diri untuk melihat ponsel Bianca. Terlihat kotak nama yang membuat hati Laura mencelos.
Suamiku ❤️
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan!" gumam Laura.
"Ada apa? Apa itu panggilan dari Liam? Angkat saja! Dia harus mengetahui kondisi Bianca!" ucap James dengan dingin.
Tubuh Laura kembali bergetar, dia membayangkan betapa murkanya Liam bila mengetahui Bianca terluka karena membela dirinya. Namun, dia tidak mungkin menyembunyikan hal ini dari kakak kandungnya.
Mungkin Liam merasakan kegelisahan hingga dia menghubungi Bianca. Biar bagaimana pun, Liam kini adalah suami dari Bianca. Cinta wanita dipangkuannya mungkin telah menembus pertahanan Liam.
Laura menggeser tombol panggilan, dia mendekatkan ponselnya ke telinga. Bersiap menerima apa pun konsekuensi yang didapatkannya.
"Bi, maaf karena telah mengganggu waktu tidurmu. Entah mengapa aku terpikirkan tentang dirimu. Kamu baik-baik saja, kan?" cecar Liam.
"Maafkan aku, Kak," ujar Laura.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca ❤️
Jangan lupa tekan tombol like dan subscribe novel ini ya, Kak.
Follow juga akun sosial mediaku untuk mendapatkan updatean terbaru tentang karyaku yang lain.
IG : miss_yuneee
Tiktok : @miss.yune