Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam Belas
Tujuh bulan telah berlalu, rumah tangga Dara masih berjalan seperti biasa. Suaminya Rico masih saja kurang perhatian dan terlalu acuh dengan dirinya. Kandungannya yang telah memasuki bulan kedepan, tapi tak pernah pria itu menemani istrinya periksa ke dokter.
Setiap melakukan pemeriksaan, Dara akan pergi sendiri. Wanita itu terpaksa mengambil cuti kuliahnya karena sudah merasa berat membawa kandungan. Dia juga tetap membuat kue untuk menambah penghasilan.
Pagi ini seperti biasa, Dara menyiapkan sarapan untuk sang suami. Rico sudah siap di meja makan. Melihat sarapan yang hanya roti tawar diolesi dengan selai, dia langsung cemberut.
"Apa kau tak menyiapkan sarapan?" tanya Rico dengan suara ketus.
"Sarapan apa yang Mas maksud? Bukankah itu sudah aku siapkan?" Dara balik bertanya.
Kehamilannya yang sudah makin membesar, membuat Dara agak kesulitan dalam bergerak. Dia juga mudah lelah. Tadi malam dia baru menyelesaikan kue buat dititipkan pada toko-toko kue dan warung-warung terdekat.
"Ini bukan sarapan. Ini bisa aku buat sendiri. Tinggal beli aja. Pemalas kamu jadi istri. Kalau begini terus, lebih baik aku tak memiliki istri!" seru Rico dengan penuh emosi.
"Mas, apa kamu tak lihat kondisiku saat ini. Aku ini sedang hamil tua, kemarin malam aku buat kue hingga larut malam. Sehingga pagi ini aku kecapean. Itu juga sarapan'kan? Apa lagi yang Mas mau?" tanya Dara dengan suara penuh penekanan.
Mendengar ucapan Dara, suaminya itu tampak marah. Terlihat dari wajahnya yang menegang dengan rahang yang menonjol. Dia sepertinya tak suka dengan apa yang wanita itu katakan. Tangannya terkepal menahan amarah. menatap tajam ke arah sang istri.
"Banyak banget alasanmu! Siapa suruh buat kue hingga larut malam? Siapa suruh kamu begadang?" tanya Rico dengan suara tinggi.
"Mas aku begadang membuat kue untuk biaya persalinan dan juga beli perlengkapan bayi. Mas tak pernah memikirkan semua itu. Aku harus mempersiapkan semuanya. Semenjak aku hamil, bukannya menambah uang bulanan, justru kamu kurangi. Jika kau tak buat kue, mau pakai uang siapa buat persalinan?" tanya Dara dengan nada sedikit tinggi.
Tubuhnya yang terasa pegal dan lelah, ditambah dengan mood yang tak stabil karena cemas menanti hari kelahiran membuat dia menjadi cepet terbawa emosi.
"Kamu membentak ku? Aku tak suka sarapan begini. Bagiku ini cemilan, tak mengenyangkan!" bentak Rico.
Tanpa Dara duga, pria itu mengambil roti dan melempar ke wajah istrinya itu. Dia juga mengambil air minumnya dan menyiramkan ke wajah Dara. Beruntung air minum sudah tak panas lagi.
Mendapatkan perlakuan tak menyenangkan tersebut, Dara lalu berdiri. Membersihkan wajahnya dengan tisu dan membalas menatap tajam ke arah pria itu.
"Maumu apa, Mas. Jika kamu memang merasa aku bukan istri yang baik, kita pisah. Aku akan urus semuanya setelah anak ini lahir!" seru Dara.
Sudah cukup satu tahun ini dia bertahan dengan sikap Rico. Tak pernah dia mendapatkan perlakuan baik dari sang suami. Kesalahan kecil akan diperbesar.
"Jangan harap aku akan menceraikan kamu! Aku tau kamu minta pisah untuk mengejar Bastian kembali. Apa kamu lupa jika dia telah menikah dan hidup bahagia dengan kekasihnya itu. Beruntung banget Bastian, dapat istri cantik dan kaya," ujar Rico.
"Kalau begitu carilah istri seperti itu dan ceraikan aku!" seru Dara.
"Kamu bicara apa? Dosa besar seorang istri yang meminta cerai dengan suaminya!" ujar Ibu mertuanya.
Entah sejak kapan wanita itu ada di sana. Rico lalu tersenyum melihat ibunya. Wanita paruh baya itu masuk dan langsung menuju meja makan. Melihat meja yang berantakan karena ulah suaminya tadi.
"Apa aja yang kamu kerjakan. Rumah berantakan begini!" seru ibu mertuanya lagi.
"Ini ulah anak ibu, tanyakan saja dengannya. Apa yang telah dia lakukan. Aku juga minta pisah karena sudah tak tahan dengan sikapnya!"
"Emang apa yang kamu lakukan, Rico? Kenapa Dara sampai minta pisah?" tanya ibu mertuanya itu.
"Ibu lihat sendiri di meja makan. Dara hanya menyediakan roti buat sarapanku. Ibu tau sendiri jika aku tak suka dan tak terbiasa sarapan dengan makanan begitu. Apa aku salah menasehatinya?" Rico balik bertanya.
Ibu mertuanya tampak menggelengkan kepalanya. Seolah sikap Dara sudah sangat keterlaluan.
"Hanya karena dinasehati suami kamu sampai minta cerai? Ada apa denganmu, Dara? Di luar sana justru banyak pria yang memukul istrinya, padahal tidak salah, dan mereka tetap bertahan karena menginginkan pernikahan seumur hidup. Tak ingin bercerai," jawab Ibu mertuanya.
"Ibu atau pun orang-orang di luar sana yang melihat atau mendengar ini pasti akan menyalahkan aku, tanpa mau tau apa yang aku rasakan setiap harinya. Tak akan pernah ada yang mengerti jika tak berada di posisi aku saat ini!" seru Dara.
"Memangnya apa yang anakku lakukan denganmu? Sehingga kau merasa tersakiti begini besar?" tanya Ibu mertuanya.
"Tanyakan pada anak Ibu apa yang telah dia lakukan tapi dengan kejujuran bukan kebohongan. Ibu lihat wajah dan bajuku, ini kotor dan berantakan karena ulah siapa?" Dara balik bertanya.
"Rico, emangnya apa yang kau lakukan?" tanya Ibu mertua dengan anaknya.
Rico lalu mengatakan jika dia hanya melempar dengan pelan roti yang dia makan karena Dara minta cerai terus. Dia juga menyiram air ke wajah istrinya karena lagi-lagi ingin pisah.
"Semua itu memang salahmu! Itu hanya untuk pelajaran bagimu. Syukur anakku tidak menceraikan kamu, karena masih berpikir waras. Padahal istrinya sudah minta cerai, jika laki-laki lain sudah pasti kamu akan diceraikannya dalam detik ini juga!" seru ibu mertuanya dengan suara lantang.
"Kalau begitu aku ingin Rico ceraikan aku detik ini juga!" ucap Dara dengan suara sedikit keras.
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak