NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Tepat jam 12 malam barulah damian pulang ke kediaman. Para penjaga yang bertugas di luar Mansion tidak heran lagi dengan damian yang pulang larut malam karena mereka tahu, remaja tampan itu punya kesibukan sendiri. Karena suasana sudah amat sepi damian pergi langsung ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setibanya di kamar tidak ada yang mencurigakan. Hanya pintu balkon yang terbuka ditutupi tirai yang beterbangan karena angin luar. Tanpa ada pikiran negatif

sama sekali, damian segera melepas atasannya hingga tubuh atletis dengan otot liat di bagian perut itu terpampang nyata. Ada beberapa bekas luka di bagian punggung berotot Damian menambah kesan jantan dan amat gagah.

Damian melepaskan jam tangan dan sepatunya. Sebagai seorang lelaki perfeksionis damian selalu mengutamakan

kebersihan dan kerapian kamarnya. Pakaian kotor dan sepatu ia letakan ke tempat seharusnya kemudian barulah ia pergi ke

kamar mandi.

Degg!!

Mata damian terbelalak melihat kamar mandinya berubah. Bukan bentuk tapi lebih pada dekorasi. Hal mengejutkan terjadi di bathtub. Taburan mawar menghiasi permukaan air yang penuh sampai menyebar ke area lantai. Bukan itu saja, ada banyak balon-balon mengisi sudut

kamar mandi dengan stiker stiker lucu tapi tidak bagi damian. Tapi, yang membuat wajah damian makin merah padam adalah deretan foto-fotonya di tempel di kaca wastafel hampir menutupi seluruh permukaan benda itu.Terlihat menggelikan dan sangat mengganggu mata.

"Sialaan!!" umpat damian seketika tahu siapa pelaku dari dekorasi menyeramkan ini.

Dengan marah damian keluar kamar mandi. Matanya liar mencari keberadaan Aurora

dengan pergi memeriksa balkon yang sedari tadi terbuka. Tapi sayang Aurora tidak ada di sana. Justru damian menemukan sebuah surat di atas meja sofa balkon yang bertuliskan

 'Aku ada tidak jauh darimu, damian Sayang' Rahang damian mengeras

masuk kembali ke dalam kamar sembari meremas kertas di tangannya. Damian menyibak tirai-tirai besar yang ada di

dalam kamar berharap menemukan gadis nakal itu tapi nihil.

Damian juga sudah memeriksa kolong ranjang dan area sempit di balik sofa tetap tidak menemukan Aurora.

"Keluar kau sekarang!!" geram damian melempar gulungan kertas itu ke sembarang arah dengan nafas menggebu.

Sepersekian detik kemudian kamar masih sunyi. Tidak ada tanda-tanda Aurora

mau menunjukan diri membuat damian makin kelap.

"Aurora!" Damian pergi ke walk closet

memeriksa deretan lemari pakaian dan ruang aksesorisnya tapi tidak ada juga.

Hampir damian mau meninju lemari kaca di depannya tapi lagi-lagi sebuah buku note tertempel di kaca tersebut.

'Panggil aku dengan lembut.

"Rora Sayang! Ayo keluar'. Seperti itu coba. Aku mau dengar' Isi tulisan kertas itu

membuat darah damian mendidih. Matanya masih mencari-cari di mana titik keberadaan gadis itu.

"Aku tidak punya kesabaran lebih. Cepat kau keluar sekarang!" tegas damian melempar

kertas itu ke sembarang arah. Namun, sepertinya Aurora memang bukan manusia.

Berapa kali damian memakinya menyuruh keluar tapi tidak ada satu-pun tanda-tanda dia akan keluar.

Karena merasa percuma. Damian akhirnya pergi ke kamar mandi membanting pintu

dengan keras. Tatapan malas dan jengah

menyapu ulang dekorasi ramai kamar mandi.

"Sialan gadis ini," umpat Damian pergi masuk ke bilik shower sembari menendang-nendang balon yang membuatnya muak.

Sementara di balik pintu kamar sana, Aurora cekikikan mendengar suara umpatan damian padanya. Jujur Aurora sudah sedari tadi menyiapkan segala macam kejutan ini dari sore dari mulai menulis surat-surat

random sesuai perkiraan. Benar saja. Aurora sudah hafal bagaimana watak damian

yang pasti akan mencarinya sambil marah-marah.

Padahal tadi Aurora ada di lantai dasar menunggu damian pulang. Saat mendengar sapaan para penjaga Aurora langsung bersembunyi di kamar alexio dan keluar saat damian sudah masuk kamar. Benar-benar rencana yang tersusun rapi.

"Aku ingin lihat. Apa yang bisa kau lakukan dengan ini?" gumam Aurora menenteng satu plastik kelopak bunga mawar yang ia beli tadi sore memasuki kamar. Berpacu dengan waktu Aurora menaburkan benda itu ke atas ranjang kemudian di depan pintu kamar mandi membentuk jalan. Kerja kerasnya tidak sampai di situ saja.

Aurora mengeluarkan sisa foto-foto terciduk damian dan menempelkannya di dinding

kamar secepat kilat. Tidak lupa ia mematikan lampu kamar. Di rasa semuanya selesai, Aurora keluar dari kamar bersembunyi di balik tirai besar di dekat dinding. Kelakuannya sangat kekanak-kanakan mengganggu anak lelaki orang tengah malam buta tapi bagi Aurora ini sangat menyenangkan. Benar saja. Saat damian keluar kamar mandi lelaki itu

langsung meradang hebat saat kamarnya gelap dan aroma menyengat bunga mawar

menyeruk ke hidungnya.

"Aurora!!" Damian membuka pintu kamar

kasar menatap dingin ke arah sekitar.

Aurora membekap mulutnya dengan satu tangan karena suara damian terdengar

amat kesal.

Tidak tidak dia tidak melihatku, "batin Aurora harap-rapa cemas.

Saat mendengar suara pintu kamar ditutup akhirnya Aurora menyibak tirai memastikan damian sudah masuk kamar.

"Syukurlah. Dia tidak menyadariku," gumam Aurora dengan berjinjit melangkah ke

arah pintu. Namun, saat sadar aura di belakangnya terasa amat dingin dan mencekam Aurora mematung. Tangannya naik mengusap tengkuk menatap ke atas langit-langit tinggi di atas sana memastikan tidak ada hantu dan segala macamnya.

Aurora takut hantu.

"Ini sudah tengah malam. Hantu-pun seharusnya ikut tidurkan?" Aurora meyakinkan diri dan kembali melangkah.

"Hentikan tingkah gilamu itu"

Glek!

Aurora kincep saat mendengar suara damian ada di belakangnya. Perlahan Aurora berbalik menatap damian yang berdiri di samping pilar dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Tahukah damian bahwa Aurora sedang meneguk ludah melihat tubuh atasnya

yang amat atletis hanya dibaluti handuk sepinggang itu pun tampak merayu-rayu Aurora agar melepas simpulannya.

"Kenapa kau di sini?"

"A-apa?" ulang Aurora bertanya dengan linglung karena tadi ia fokus pada roti sobek Damian. Tiba-tiba dia jadi lapar tengah malam. Sadar kemana arah otak aurora. Damian segera berjalan mendekat dengan wajah mengeras dan tatapan menahan.

"Apa maksudmu dengan semua ini? Lancang sekali kau memasuki kamarku."

"Kenapa? Itu-kan kamar kita," jawab Aurora santai nan enteng.

Kedua tangannya hilang kontrol hingga langsung menamplok ke dada bidang damian yang masih basah, Damian pias. Bagaimana bisa ada gadis mesum dan sangat melecehkan nya sejak dari kecil? Tahu-kah Aurora jika Damian juga harus dijaga. Bukan dirusak seperti yang sering ia lakukan.

"Keras sekali," lirih Aurora meremas-remas dada bidang itu sampai damian kehabisan akal menghadapi gadis gila berbagai keburukan ini.

"Pergi dari sini!" Damian menarik lengan Aurora kemudian mendorongnya menjauh dari arah kamar.

"Damian! Jangan seperti pada calon istri," cemberut Aurora mengusap pergelangannya yang dicengkram lumayan kuat oleh Damian.

"Pergi!"

"Tidak mau. Aku sudah izin pada pemilik Mansion ini untuk menginap," bantah Aurora

kukuh.

"Jangan bicara omong kosong. Pergi sebelum aku melakukan hal yang bisa melukaimu " ancam Damian tapi justru Aurora tersenyum dan mendekat dengan wajah penuh penasaran.

"Memangnya kau bisa melakukan apa? Katakan ayo!"

"Kauuu..."

Cup!

Aurora mengecup kilas bibir damian kemudian berlari masuk ke kamar lelaki itu.

Dengan lancang Aurora merangkak ke kolong ranjang agar damian tidak bisa mengusirnya pergi.

"Aku tidak mau pergi. TITIIK!"

Damian yang berdiri di depan pintu akhirnya lelah. Ia berjalan menuju walk closet berganti pakaian sebelum dicabuli oleh gadis gila itu. Melihat kaki damian sudah pergi ke ruangan lain, Aurora lega. Ia berbaring terlentang menahan ngeri saat kolong ranjang amat gelap tapi demi damian ia lawan dalam beberapa menit.

Drrrt!!

Ponsel lelaki itu berdering. Tidak hanya sekali tapi berulang kali. Aurora sampai penasaran siapa yang menelepon damian malam malam buta seperti ini hingga memunculkan kepalanya di kaki ranjang.

Damian sudah keluar ruang ganti dan mengabaikan keberadaan Aurora. Hanya kepala gadis itu yang terlihat menatap intens semua pergerakan dirinya.

Saat melihat yang menelepon adalah tiara, dahi Damian mengernyit. Rasa malas sangat kuat memaksanya untuk mengabaikan panggilan itu tapi Damian melirik Aurora yang ada tepat di dekat mata kakinya. Timbul ide untuk menyakiti hati Aurora.

"Hem ada apa?" Aurora memasang telinga

baik-baik.

"Damian! Maaf aku menganggumu malam-malam." Mendengar suara lembut feminim tiara, tentu Aurora mendidih. Kenapa nenek sihir itu menelepon damian malam-malam begini? Apa maksudnya?

"Damian! Aku mau bicara sesuatu."

"Apa?"

"Bang*sat jangan bicara dengannya," maki Aurora menggeram rendah. Damian mengabaikan Aurora dan tetap meladeni tiara.

"Damian! Ini soal Aurora." Damian diam sudah menduga apa yang akan Tiara laporkan padanya.

"Tadi..."

Aurora yang sudah lolos dari kolong ranjang langsung meloncat merampas ponsel Damian.

"Damian! Kau masih di sana?"

Aurora segera mematikan panggilan itu kemudian memblokir nomor tiara secara sepihak.

"Ck! Aku masih besabar denganmu."

"Apa yang kau lakukan di sekolah?" tanya Damian mengintimidasi.

Aurora melempar ponsel itu ke atas ranjang kemudian ia ikut berbaring di atas sana.

Hanya menggunakan hot pant, bahkan paha mulus dan pantat sekalnya tidak begitu tertutupi. Tapi, masalahnya damian

lebih fokus pada apa yang mau tiara katakan tadi.

"Jika sampai kau menjadikanku bahan bullyan-mu lagi. Aku tidak akan membuat perhitungan denganmu!" tegas damian tidak main-main lalu keluar kamar.

Dia terlihat benar-benar marah membuat Aurora menatap dengan sendu.

"Padahal aku hanya memberinya pelajaran. Itu-pun tidak sampai mati. Kenapa dia sangat menyebalkan?" gumam Aurora meninju bantalnya. Tetap saja dia tidak bisa. Pikirannya terus terpaut

dengan damian yang kembali murka soal tragedi tadi siang Karena tidak tenang, Aurora akhirnya keluar dari kamar. Dia

berjalan tidak tentu arah yang jelas mau menemui damian. Tapi saat pergi ke lantai dasar Aurora tidak mendapati lelaki itu di sana. Aurora juga pergi ke dapur dan nihil. Masih saja kosong.

Apa dia sangat marah sampai menghilang? Padahal seharusnya bisa bicara baik-baik kan.

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!