NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Model / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sebuah Kata

Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.

Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.

Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.

Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?

Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.

Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.

Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bica (Bisma Icha)

Mobil BMW bewarna merah milik Bisma melaju dengan kecepatan sedang. Didalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka dan belum ada tanda-tanda salah satu dari mereka untuk memulai percakapan.

Bisma, masih fokus menyetir mobil sedangkan Annisa melamun keluar, melihati kendaraan yang ada didepannya. Hingga mobil tiba-tiba rem mendadak membuat Bisma degan cepat menahan jidat Annisa agar tidak terbentur bagian depan mobil dengan tangan yang satu pagi memegang setir mobil.

"Lo gak papa? Maaf ya." ucapnya merasa bersalah.

Annisa mengangguk, "Iya gak papa, emangnya ada apa sih? Kok lo tiba-tiba berhenti?" tanyanya.

"Ada kucing yang lewat, Cha." Balasnya sambil kembali melanjutkan perjalanan.

Bisma memijit pangkal hidungnya karena sedikit merasa pusing, pria itu lupa untuk mengisi perut hari ini, terlalu sibuk hingga lupa makan dan itu sudah menjadi kebiasaan Bisma yang membuatnya mendapat sakit magh dan asam lambung kronis.

"Kuat Bis, lo gak boleh kelihatan sakit depan Icha." Batinnya menahan rasa aneh yang tiba-tiba muncul dibagian perut.

Bisma mengendarai mobilnya dengan tidak nyaman, satu tangan Ia letakan di pangkal hidung dan satu lagi mengendarai setir mobil. Pria itu susah payah menahan rasa aneh diperutnya dengan mencoba menggigit bibir bawahnya.

"Lo kenapa?" tanya Annisa merasa ada yang aneh.

Bisma mengulum bibirnya, "Gak papa." singkatnya.

"Bis, lo pucat loh? Lo yakin gak papa?" tanya gadis itu.

Bisma mengangguk, "Yakin, gue baik-baik aja kok, nih bentar lagi kita nyampe."

Diam

Keheningan kembali menyelimuti mobil mewah itu dengan sang pengemudi yang terus melafaskan doa agar mereka selamat sampai tujuan karena asam lambung yang kini kambuh membuatnya tidak fokus mengendarai mobil.

Bisma membuang nafas lega saat mobilnya berhenti didepan rumah Annisa, "Udah nyampe, lo buruan istirahat ya." ucap Bisma.

Annisa mengangguk, "Makasih ya, Bis, lo hati-hati." Annisa turun setelah mengucapkan salam dan berjalan masuk menuju rumah meninggalkan Bisma yang masih berada didepan pagarnya.

Setelah gadis itu benar-benar masuk Bisma kembali melajukan mobilnya dengan sisa kesadaran yang ada.

*****

Pagi ini Annisa kembali melakukan rutinitas seperti biasa, menjadi HRD di perusahaan Bisma. Dirinya sudah berada di kantor sekitar setengah jam yang lalu.

Suasana kantor masih terlihat sepi karena jam masih menunjukan pukul setengah delapan pagi. Annisa berjalan menuju dapur untuk membuat kopi yang akan menjad peneman dirinya selama bekerja nanti. Namun saat selesai membuat kopi dan hendak kembali kemeja kerjanya, langkah Annisa terhenti saat mendengar ada bunyi grasak grusuk dari lantai atas, dengan rasa penasaran gadis itu menaiki lift dan mencoba mengecek apa yang terjadi.

Saat sampai dilantai dua Annisa tidak menemukan siapapun disana, dan karena tidak ada apa-apa dirinya memutuskan untuk kembali kebawah, akan tetapi langkahnya kembali terhenti saat bunyi itu kembali terdengar dan itu berasal dari ruangan Bisma.

Annisa menyergit heran, "Kok brisik ya? Apa Bisma udah datang duluan?" lirihnya berjalan mendekati ruangan Bisma dengan segelas kopi masih ditangan.

Annisa mencoba mengetuk pintu dan sudah tiga kali ketukan pintu belum juga terbuka, Annisa berniat membuatnya dengan mengucapkan salam, namun saat dirinya sudah berada didalam ruangan Bisma, tak Ia temukan satu orang pun disana.

Annisa mencoba menelusuri setiap ruangan dan matanya membulat sempurna saat menemukan Bisma terkapar lemas dilantai. Annisa bergegas meletakan kopinya diatas meja dan menghampiri Bisma yang sudah tak bertenaga.

Gadis itu membantu Bisma berdiri dan membawanya berbaring disofa yang ada dalam ruangan itu, Annisa mengecek suhu badan Bisma dan alangkah terkejutnya gadis itu saat merasakan hawa panas dari tubuh pimpinannya.

Annisa membuka sepatu Bisma yang masih terpasang di kakinya dan bergegas memanggil petugas kebersihan agar mengantarkannya air kompresan dan air hangat serta roti. Gadis itu yakin jika Bisma lupa untuk makan hingga tubuhnya lemas seperti ini.

Saat sibuk mengompres kepala Bisma, tiba-tiba pria itu bangun dengan rasa mual diperutnya yang hendak keluar. Bisma bersigegas menuju wastafel namun tenaganya sudah hilang dengan cekatan Annisa menyodorkan kantong plastik kehadapan Bisma, "Muntahin disini aja, lo udah ga ada tenaga buat ke kamar mandi." titahnya namun Bisma menggeleng.

Tapi rasa mual itu benar-benar tidak bisa ditahan hingga Bisma memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan itu, Annisa menyodorkan tisu untuk Bisma dan pria itu menerimanya lalu membersihkan sekitaran mulutnya.

"Maaf, lo pasti jijik kan, lo bisa tinggalin gue kok." ucap Bisma lemas.

Annisa menggeleng, "Gue gak jijikan orangnya, jadi jangan ngerasa gak enakan gitu, lagi lo kenapa maksa buat nganterin gue pulang kalau keadaan lo kek gini?" tanyanya.

Bisma tersenyum dengan bibir pucat miliknya, "Gue cuman mau memastikan kalau cewek yang gue cinta pulang dengan selamat." ucapnya membuat Annisa membeku.

"Kenapa lo bisa seperti ini?" tanya Annisa mengalihkan.

"Lupa makan, kemaren sibuk banget soalnya."

Annisa menghela nafas, "Orang diluar sana susah buat makan, lah lo yang tinggal makan aja pake lupa, kenapa suka sekali cari penyakit?" tanya Annisa geram.

"Makanya, karena gue pelupa, alangkah baiknya lo ingatin tiap hari atau siapin makanan buat gue, biar gak sakit lagi."

"Maksud lo apa sih, Bis? Kan gue HDR bukan cheff."

Bisma terkekeh kecil, "Jadi istri gue ya." ucap Bisma serius.

Seketika rasa sakit dibadannya hilang saat Annisa disisinya, "Gue masih mau fokus sama masa muda gue Bis."

Bisma mengangguk, "Gue bakal nungguin lo sampai lo siap."

"Ini ada roti sama air hangat, lo sarapan dulu gih!"

Bisma menggeleng, "Nanti aja, belum nafsu."

Annisa berdecak sebal, "Buka mulut lo! Lo itu harus makan biar bisa minum obat." kesalnya.

Mau tak mau Bisma membuka mulutnya dan menerima suapan dari pujaan hati, Bisma berharap hal ini akan terjadi suatu saat nanti dalam ikatan suci pernikahan.

Drtttt drttt

Ponsel Annisa berbunyi, setelah menyuapi Bisma gadis itu mengangkat panggilan masuk yang memamparkan nama Bunga.

"Assalamualaikum, Nga, ada apa?" tanya Annisa sambil melirik Bisma yang tengah memperhatikannya.

"Waalaikumsalam, Cha, kamu lagi dimana?" tanya Bunga disebrang sana.

"Lagi dikantor, emangnya kenapa? Oh iya, keadaan kamu gimana? Udah lama kita ga ketemu."

"Lagi sama Bisma ya? Alhamdulillah keadaan aku baik-baik aja kok." balas Bunga.

Annisa melirik Bisma kembali saat Bunga menyebut nama pria itu, "Iya Nga, syukur deh kalau begitu."

"Gimana keadaannya? Masih ngeselin seperti dulu?"

"Udah lebih dewasa dari sebelumnya, kamu kangen dia ya?"

"Ga, oh ya Cha kamu masih suka ya sama Gus Bibi?"

"Ganti pertanyaan deh, males bahas yang begituan." balas Annisa dan Bisma meraih ponsel Annisa dan menempelkan ditelinganya.

"Kita mau kerja, ceritanya lain kali aja, Assalamualaikum." ucap Bisma mengakhiri panggilan secara sepihak.

Annisa menatap pria itu jengkel, dengan seenak jidat Bisma memutuskan panggilannya bersama sang sahabat, untung Bisma ini pimpinannya kalau tidak sudah Annisa pastikan melempar kepala Bisma dengan gelas.

"Kenapa dimatiin langsung? Gue belum siap ngobrol!" kesalnya.

Bisma memejamkan matanya dengan satu lengan gangan menompang kepalanya, "Kerja, sekarang bukan waktunya curhat." ucapnya semakin membuat gadis itu kesal karenanya.

Annisa mencubit gemas perut Bisma membuat empunya meringis kesakitan, "Aw, Cha, gue masih sakit loh, kok lo tega nyakitin gue?" tanyanya dramatisir.

Annisa mendengus kesal dan bangkit dari duduknya, berjalan menuju meja lalu mengambil kopi hitam yang kini sudah dingin karena terlalu lama diabaikan. Gadis itu berjalan medekati pintu, "Gue mau kerja, sesuai perintah anda beberapa menit yang lalu, tuan muda." kesalnya berlalu pergi.

Bisma yang hendak menahan tak bisa kerena gadis itu sudah menghilang dari balik pintu, "Dasar, bawel." teriak Bisma.

"Lo yang bawel plus ngeselinnnn...." teriak gadis itu yang ternyata belum jauh dari ruangan dan masih bisa mendengar Bisma bicara apa saja.

Bisma menggeleng heran melihat tingkah bawahan yang tak pernah takut akan posisinya. Sepertinya, gadis itu harus dikasih pelajaran biar paham posisi antara atasan dan bawahan agar punya sedikit etika sopan santun terhadap pimpinan.

Tapi apa Bisma tersingging?

Oh tentu saja tidak, pria itu sangat amat menyukai sikap Annisa terhadapnya.

Annisa yang kesal kini berjalan dengan cepat menuju meja kerjanya dengan wajah ditekuk, dirinya benar-benar menyesal telah menemui sang pimpinan, mana kopinya sudah dingin dan itu tandanya tidak enak lagi jika diminum.

Baru saja ingin duduk bunyi telepon masuk menghentikannya, Annisa berdecak sebal tak kala telepon itu berbunyi, dengan berat hati gadis itu mengangkat, "Hallo, selamat pagi,"

Annisa memutar bola matanya malas, "Apa lagi sih, Pak? Bukannya saya udah izin mau kerja kenapa masih saja ganggu waktu saya?" cercanya kesal.

Dibalik sana Bisma tengah tertawa mendengar keluh kesah gadis itu, "Saya mau mandi," ujar Bisma.

"Bapak gila? Kalau mau mandi ya mandi aja, apa hubungannya sama saya?"

"Bantuin saya."

Mata gadis itu sontak membulat sempurna seakan ingin keluar dari sarangnya, "Bapak mesum! Mandi aja minta bantuan saya, gak mau!"

"Hah? Lo mikir apa sih, Cha? Jangan-jangan lo mikirin yang ngak-ngak ya?" tanya Bisma tepat sasaran.

"Hah, Y-ya n-ngak gitu, tapi tadi katanya mau dibantuin mandi." cicit gadis itu.

Bisma terkekeh, "Makanya dengarin dulu kalau orang lagi bicara jangan main gas keun aja."

Annisa membuang nafasnya lelah, "Trus mau anda apa tuan muda?"

"Keruangan saya sekarang! GPL!" titah Bisma sembari memutuskan panggilan yang belum sempat diprotes oleh Annisa.

Annisa berjalan menuju ruangan pimpinan yang dengan emosi yang sudah ingin meledak dan akan mencakar wajah Bisma jika dirinya telah sampai nanti.

1
Zulfa Ir
Ceritanya mendidik untuk menerima takdir Allah
aca
hadeh sabar
aca
lanjut
Capricorn 🦄
k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!