Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Kemarahan Rangga
Pagi ini Rangga, Rena, dan juga Nana sudah mulai sekolah lagi, kecuali Lidia dan dua gengnya, ketiganya masih diskor dua hari lagi.
Pak Dadang mengantar ketiga orang yaitu Rangga, Rena, dan juga Nana. Rangga turun jauh dari sekolah, Rangga tidak mau semua orang tau kalau dia dan Rena pasangan suami istri.
"Pak, berhenti disini, saya turun disini saja, kalian jalan duluan aja, aku nanti suruh Azam aja menjemput." Ujar Rangga turun jauh dari sekolah.
"Abang yakin turun disini, ini dengan sekolah jauh Bang." Ucap Rena takut kalau Rangga kelelahan.
"Tidak apa-apa, gua telpon Azam jemput gue." Jawab Rangga meyakinkan Rena kalau dia tidak apa-apa.
Rena mengangguk, dan menyuruh Pak Dadang untuk kembali menjalankan mobilnya.
Tidak lama setelah mobil Rena pergi, Azam dan Ilham tiba ditempat Rangga turun dari mobil Rena tadi.
"Bro, kok Lo jalan kaki, motor Lo kemana?" tanya Azam yang melihat tidak ada motor dekat dengan Rangga.
Rangga melirik mobil Rena untuk memastikan kalau mobil itu sudah jauh. Setelah itu barulah Rangga memberi alasan untuk kedua sahabatnya itu.
"Motor gue kempes, gue taruh dibengkel aja, dan gue jalan kaki, biasalah anggap saja joging." Rangga tidak tau harus mengatakan bagaimana pada kedua sahabatnya itu.
Rangga sedikit gelagapan memberi alasan pada Azam dan Ilham. Dan itu membuat Azam dan Ilham menatapnya curiga.
"Kenapa kalian menatap gue kek gitu?" tanya Rangga pada kedua sahabatnya. Rangga sebenarnya sedikit cemas, dia takut kalau sahabatnya itu tau kalau dia sudah menikah dengan Rena.
"Lo, tidak menyembunyikan sesuatu pada kita 'kan?" tanya Azam sedikit curiga. Ilham juga menatap Rangga dengan tatapan lain.
"Sembunyi apaan, kalian gila ya. Sudah tidak usah banyak tanya, ayo kesekolah, nanti terlambat!" Rangga sengaja mengalihkan pembicaraan agar Azam dan Ilham melupakan pertanyaannya.
Rangga naik kemotor ilham, dan ketiganya menuju sekolah. Ketiganya sampai disaat security hendak menutup pintu pagar sekolah.
"Pak, tunggu jangan ditutup dulu!" titah Ilham langsung menancap gas motornya agar cepat masuk kehalaman sekolah.
"Makasih Pak." Ucap Azam sembari menjalankan motornya menuju parkiran.
"Ada aja tingkah Anak muda sekarang." Lirih security itu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Rena yang dari tadi mencemaskan Rangga yang belum kelihatan, juga menggelengkan kepala melihat tingkah suami dan sahabat suaminya.
Rena sengaja tidak kekelas dulu, karena dia ingin menunggu Rangga. Rena cemas karena takut Rangga bolos. Namun setelah melihat Rangga dia langsung masuk kekelasnya.
Setelah memarkirkan motor, ketiga pemuda tampan itu juga menuju ke kelasnya.
Rangga masuk kedalam kelas bersama dua sahabatnya. Rangga sedikitpun tidak melirik Rena. Rangga bersikap seperti hari-hari sebelumnya.
Rena juga sama, dia juga bersikap seolah tidak akur dan tidak saling kenal. Padahal keduanya sudah tidur satu selimut.
Hari berjalan seperti biasanya, setelah jam pelajaran selesai, semuanya keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan sejak tadi.
Rangga dan kedua sahabatnya juga kekantin. Namun keduanya duduk di bangku yang paling pojok yaitu bangku yang jauh dari siswa lain.
"Bro, kemaren Lo ngapain kerumah Mbak Sri?" tanya Azam mulai membuka pembicaraan setelah memesan minuman dan makanan.
"Kerumah Mbak Sri? Kapan?" Rangga bingung dengan pertanyaan Ilham, karena dia tidak merasa kerumah Mbak Sri, dan dia hanya menghabiskan harinya dirumah istrinya Rena.
"Alah, gak usah bohong Lo, kita berdua kemaren kerumah Lo, Tante Vina bilang Lo mengantar Mbak Sri kekampungnya." Ujar Ilham diangguki oleh Azam, karena memang benar Vina Mamanya Rangga mengatakan begitu kepadanya.
Rangga diam sesaat, dia sedang berpikir. Mungkin kemaren Mamanya membohongi Azam dan Ilham agar rahasianya tidak terbongkar.
"Oh, ya kemaren, memang benar, gue mengantar Mbak Sri, katanya dia pulang karena Anaknya sakit." lebih baik Rangga membenarkan kebohongan Mamanya dari pada rahasianya terbongkar pada kedua sahabatnya.
"Eh, gimana kabar si lidia dan kedua gengnya itu?" tanya Rangga sengaja mengalihkan pembicaraan.
Azam dan Ilham menatap Rangga secara bersamaan. "Tumben Lo tanya si Kunti itu, jangan bilang Lo jatuh cinta sama Kunti itu." tebak Azam menekan Rangga.
"Jatuh cinta? Masa sih, istri gue lagi cantik, dan bohai ketimbang si Kunti itu." gumam Rangga tapi hanya dalam hatinya saja.
"Kok diam, jangan-jangan Lo beneran suka sama dia." Ujar Azam lagi, menunjuk ke Rangga.
"Sialan, lebih baik gue jadi jomblo dari pada sama dia." Elak Rangga mengedikkan bahu geli dengan Lidia.
ketiganya tertawa mengingat Lidia yang selalu mengejar-ngejar Rangga. "Masa sih sampai segitunya?" Ilham menimpali.
"Itu 'kan seumpama, udah ah, lanjut makan nanti keburu masuk kelas!" titah Rangga mengakhiri obrolannya tentang Lidia.
Dimeja lain Rena, Nana, dan juga Santi, sedang menikmati baksonya, namun tiba-tiba Marco dan Tio menghampiri ketiganya.
Marco duduk dikursi kosong disebelah Rena, sedangkan Tio duduk diantara Nana dan Santi.
Marco mengobrol dan tersenyum pada Rena, Rena juga membalas senyum Marco. Keduanya tampak akrab seperti sudah saling kenal.
Marco meletakkan tangannya disandaran kursi Rena seolah memeluk Rena dari belakang.
Lama kelamaan tangan Marco mulai mengelus rambut indah Rena. Rangga yang melihat Marco mengelus rambut Rena, mukanya memerah, tangannya mengepal, hatinya memanas seperti api yang sedang menyala didalam dadanya.
Rena belum menyadari kalau Marco mengelus rambutnya, karena Rena sedang asyik bercengkrama dengan dengan yang lain.
Rangga yang sudah tidak tahan melihat adegan itu, hatinya semakin panas dibakar api cemburu.
BRAAAK, Rangga menggebrak meja karena tidak tahan melihat cowok lain membelai rambut istrinya.
Rangga tidak sadar kalau kelakuannya membuat kedua sahabat dan siswa lainnya terkejut dan menatap dirinya.
Mendengar suara meja yang digebrak oleh Rangga Rena berpaling melihat kearah Rangga. Disitu Rena baru menyadari kalau tangan Marco mengelus rambutnya.
Rena langsung berdiri dari duduknya. PLAAAK, tamparan yang begitu keras mendarat dipipi Marco.
"Kamu jangan kurang ajar ya," Ujar Rena marah pada Marco yang berani mengelus rambutnya tanpa izin.
Marco menyeringai, dia tampak biasa saja, sedikitpun tanpa merasa sakit dengan tamparan dari Rena.
"Sorry, gue reflek, habis kamu cantik banget." Marco masih bersikap santai dan tidak ada niat dihatinya untuk minta maaf.
"Pergi, kamu, aku sudah tidak Sudi mengenal mu." Ujar Rena lagi. Marco dan Tio tanpa berkata apa-apa lagi pergi dari situ.
Sedangkan Rangga baru menyadari kalau kelakuannya menjadi sorotan bukan hanya Azam dan Ilham, tapi semua siswa yang berada di kantin itu.
"Lo kenapa?" tanya Ilham yang terkejut karena Rangga tanpa angin tanpa hujan menggebrak meja secara tiba-tiba.
Mata Rangga tidak beralih, dia masih menatap Rena. Azam dan Ilham mengikuti arah pandang Rangga yang tertuju pada Rena, Nana dan Santi.
Bersambung.