Mira adalah seorang IRT kere, memiliki suami yang tidak bisa diandalkan, ditambah keluarganya yang hanya jadi beban. Suatu hari, ia terbangun dan mendapati dirinya berada di tubuh wanita lain.
Dalam sekejap saja, hidup Mira berubah seratus delapan puluh derajat.
Mira seorang IRT kere berubah menjadi nyonya sosialita. Tiba-tiba, ia memiliki suami tampan dan kaya raya, lengkap dengan mertua serta ipar yang perhatian.
Hidup yang selama ini ia impikan menjadi nyata. Ia tidak ingin kembali menjadi Mira yang dulu. Tapi...
Sepertinya hidup di keluarga ini tak seindah yang Mira kira, atau bahkan lebih buruk.
Ada seseorang yang sangat menginginkan kematiannya.
Siapakah dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Kartomisastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
"Hey, Mira, udah lama kita gak ketemu." Seorang wanita mengenakan gaun model a line klasik, langsung memeluk Mira.
"H-halo."
Wanita itu menatap Mira keheranan. "Mira, are you okay?"
"Kamu belum dengar berita kecelakaan itu?" sahut wanita yang Mira temui di luar tadi. "Dia amnesia."
"Oh my god, i'm so sorry to hear that."
Buset, ngomong apaan nih cewek?! Here dad? Bapaknya disini? Dimana? Hubungannya denganku apa?
Akhirnya Mira memilih mengangguk-angguk saja.
"Aku baru aja pulang dari Istanbul. Jadi aku belum update kabar terbaru di sini. Pantas aja kamu kayak orang yang berbeda banget deh. Gaya fashionmu sedikit... ketinggalan jaman. Sorry, Mira."
Mira tertawa saja. Faktanya, ia memang tidak mengerti sama sekali tentang fashion.
Kalau kau tanya berapa harga bawang merah, beras, cabe, apapun itu di pasar, aku jagonya! Hahaha.
Setelah obrolan singkat itu, mereka mengisi tempat duduk di meja panjang yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa.
Mira memilih duduk di paling ujung sendiri. Maksud hati, biar tak perlu sering berinteraksi dengan yang lain.
Satu per satu undangan pun mulai berdatangan. Mira mulai resah karena Mona tak kunjung kembali. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan diantara orang-orang yang tidak dikenal sama sekali ini.
Sesekali, Mira tampak basa-basi sambil cipika-cipiki dengan wanita sosialita yang baru tiba.
"Aku pikir siapa yang berani duduk di sini. Rupanya Mira Bratadikara."
Mira menoleh.
Seorang wanita yang mengenakan coat berbulu dengan rambut digerai, terlihat melipat kedua tangannya di bawah dada.
"Mungkin kamu lupa, karena kudengar kamu amnesia. Tempat duduk ini adalah tempat duduk ketua."
"Oh maaf, saya gak tahu." Mira bangkit dari kursinya. "Silahkan duduk."
Wanita itu mendengus, "Aku bukan ketuanya. Aku cuma ngasih tahu kamu, sebelum ketua datang."
"Ngomong dong. Saya kira ketuanya, ternyata dayang-dayang. Haha..."
Mira berhenti tertawa menyadari wanita bermantel bulu itu tampak kesal, "Bercanda."
Seseorang bertepuk tangan sambil tertawa. Tawa yang sangat anggun sekaligus berwibawa. Semua tampak menoleh padanya.
"Bu Anna," seru wanita itu saat menoleh, kaget.
T-tunggu, ini Bu Anna yang menteri itu? Yang sering aku liat di berita? Sumpah demi apa aku bisa ketemu orang besar seperti dia?!
"Saya gak tahu kalau ternyata kamu punya selera humor yang bagus, Mbak Mira."
Anna menyalami Mira dengan wajahnya yang sumringah. Wanita itu lantas memeluk Mira dengan hangat.
"Saya sudah dengar berita tentangmu. Semoga bisa segera pulih ya."
Mira mengangguk tanpa sanggup berkata-kata. Tampaknya aura Anna terlalu kuat hingga membuat Mira terpana. Apalagi kini tangan Anna menepuk lengan Mira, seolah memberinya kekuatan.
***
Pelayan mulai tampak sibuk menghidangkan makanan di meja panjang.
Di saat itulah mereka mulai membuka topik pembicaraan. Ada yang berbicara tentang perjalanan liburannya ke mancanegara, rencana ekspansi bisnisnya, hingga cerita-cerita receh khas orang kaya.
Seperti misalnya si A mengeluh karena kelupaan beli gelang selotip Balenciaga waktu liburan ke Prancis, dan sejenisnya.
Mira benar-benar tak sanggup urun bicara dalam obrolan itu. Ia benar-benar tidak nyaman berada di sini. Rasanya ingin segera pulang, tapi bagaimana caranya kalau Mona saja seolah hilang ditelan bumi?
"Oh ya, acara kita kali ini tergolong spesial, karena saya mengundang seseorang yang spesial," ucap Anna tiba-tiba. "Silahkan masuk."
Kini semua mata tertuju pada seorang pria yang muncul dari balik pintu. Pria itu memamerkan suara khasnya, diiringi dengan musik pop jazz yang lebih dulu berkumandang memenuhi satu ruangan.
Beberapa wanita tampak histeris saat mengetahui sosok pria itu.
Janu?
Disaat yang lain terhipnotis dengan penampilan Januari, Mira malah merasa bangga. Ia tak menyangka teman SMA-nya yang nakal itu, bisa menjadi orang sehebat ini sekarang.
Tanpa sadar, Mira tersenyum lebar ke arah Januari, sambil sesekali memberikan kedua jempolnya. Tampak seperti ekspresi keluarganya dulu, saat di awal kesuksesan karir Januari.
Mau tak mau, konsentrasi pria itu terbagi. Entah kenapa sikap Mira membuatnya salah tingkah. Entah kenapa sosok Mira mengingatkannya pada seseorang di masa lalu.
***