NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Hidupku Seperti Dongeng

Satu bulan pun berlalu..

Hari ini, ada yang berbeda di kelas 10F Multimedia. Di jam matematika, Pak Hanif membawa seseorang yang membantu mendampinginya mengajar pelajaran matematika.

Sosok yang sama namun telah berubah. Pemuda yang biasa memakai seragam SMA kini telah memakai setelan jas formal layaknya seorang pengajar.

Seluruh siswa dibuat terkesima akan kehadirannya. Bahkan, mata mereka pun dengan sekejap berubah menjadi bintang yang bersinar-sinar.

"Pak Guru! Siapa dia? Ganteng begete. Guru baru yaa.." sahut mereka.

"Masih muda lagi. Ah! Kalo gini, gue gak mau jadi muridnya, jadi pacarnya pun siap!!"

"Kalo aku mau jadi istrinya saja!!"

"Kyaaa!! Tampan sekali!!"

Pak Hanif menertawai kekaguman mereka terhadap pemuda yang beliau bawa. "Memangnya, Bapak kalah ganteng sama dia? Bapak ini juga masih muda lho, ganteng pula" Ucap beliau dengan senyum gigi putihnya.

"Bapak kan sudah beristri. Kita mah gak mau jadi pelakor." Sahut mereka.

"Uack!! Bapak tertusuk." Garis-garis hitam pun muncul di dahi Gingerman itu. Dia tidak menyangka, anak sekolah jaman sekarang begitu peka terhadap dunia sinetron seperti itu.

"Sudah-sudah!!" Pak Hanif langsung menghentikan khalayan murid-muridnya. Beliau mulai mengajak fokus dan mendengarkan apa yang akan beliau katakan.

Beliau mulai serius dan memperkenalkan pemuda yang beliau bawa. Pemuda itu memperkenalkan diri menggunakan nama depannya, Rui. Kak Rui yang akan mereka panggil seterusnya.

Sedangkan, di sisi tempat duduk Nuha berada bersama sahabatnya, Nuha masih tercengang tak bergerak. Sedari tadi matanya terpaku ke arah pemuda itu, "Naru," ucapnya pelan. "Dia, terlihat sangat berbeda dan ganteng bingitss, emm.." matanya mulai beralih ke kanan karena tersipu malu.

Naru tersenyum melihat kekasihnya tersipu malu. Dia begitu percaya diri memperkenalkan diri di hadapan murid kelas 10F Multimedia itu. Kepandaiannya dalam bidang matematika itu membuatnya berani untuk mengajar di kelas.

Seolah-olah, dunianya yang membosankan berubah menjadi berwarna ketika dia mencoba untuk mengajar. Naru terlihat lebih bernyawa ketika dia mengajar di kelas.

Sifa menoleh ke arah Nuha yang duduk di belakangnya, "Nuha, bukannya itu pacarmu? Kok bisa ikut ngajar sama Pak Hanif?"

"Umm.." Nuha hanya bisa menggeleng.

"Tapi, Nuha, pacarmu itu ganteng banget lho. Boleh gak gue gebetin dia? Kan gue belum punya gebetan dari guru, hehe.."

Asa langsung menampar pundak Sifa, "Elo itu cowok manapun mudah banget elo gebetin. Dasar sinting!"

"Elo bilang gue sinting?! Asa gila!!" Sifa geram dan langsung mencekik leher Asa. Perbuatan mereka mengundang banyak mata melihat ke arah mereka.

Sekali lagi, Pak Hanif menepuk jidatnya karena heran. Kelas 10F Multimedia dikenal dengan kelas anak-anak bandel dan suka berbuat semau mereka. Banyak guru mengeluh karena pelajaran mereka tidak diperhatikan.

Meskipun dicap sebagai kelas bandel, sebenarnya ada beberapa siswa yang berprestasi di kelas 10F tersebut. Ada Melan yang nilai akademiknya selalu nomor satu. Fani jago bahasa inggris. Damas yang begitu handal di dunia fotografer. Sifa yang memiliki jiwa kepemimpinan. Nuha yang kreatif di bidang desain grafis dan seni. Dan beberapa siswa lain.

Sayangnya, reputasi buruk sering kali menutupi kemampuan mereka yang sebenarnya. Keterlambatan masuk kelas, bolos, tidak mengerjakan PR, gaduh, sering ribut dan nilai akademik yang sangat standar menjadi bayangan kelam yang selalu menyertai mereka.

Pak Hanif berharap kehadiran Rui bisa membawa perubahan positif di kelas ini. Dengan pendekatan yang lebih segar dan energik, mungkin saja Rui bisa menginspirasi mereka untuk lebih serius dalam belajar. Dia bertekad untuk tidak menyerah dan terus mencari cara agar siswa-siswa 10F bisa menunjukkan sisi terbaik mereka.

Naru berjalan mendekati Nuha yang menatap kehadirannya dengan tatapan penuh harap. Dia berhenti di tempat duduk Fani yang tidak masuk sekolah, mencoba untuk bicara, namun tiba-tiba salah satu siswi berteriak.

"Tunggu Kak Rui!!"

"Eh?" Naru menoleh.

"Kak Rui jangan langsung ngajak bicara Nuha. Kakak akan tersakiti kalo bicara dengannya."

"Iya kak, itu benar."

Banyak teman yang membenarkan hal itu. Bahkan sampai ada yang bicara, "Nuha itu punya kutukan kak. Kalo Kak Rui bicara dengannya, hati kakak akan tertusuk jarum tajam."

"Iya kak hati-hati."

"Emm.." Nuha hanya bisa menundukkan kepalanya, merasa terasing dalam kerumunan teman-temannya sendiri.

Naru yang sudah mengetahui rahasia itu, mengelus lembut kepala Nuha. Lalu bicara kepada para siswa, "Jika gadis ini seperti yang kalian katakan, apakah kalian membencinya?"

"Apa?" Beberapa siswa mulai kaget dan tidak sadar dengan apa yang mereka katakan.

"Kalian menjauhinya?" Tanya Naru sekali lagi.

Para siswa mulai menoleh satu sama lain. Pak Hanif yang berada di tempat duduknya mencoba diam untuk memahami.

"Kalian takut sama Nuha?"

Akhirnya Salah satu siswa mengungkapkan sesuatu dengan keberanian. "Enggak Kak. Kami tidak takut sama Nuha, kami juga tidak membencinya. Nuha anak yang baik. Hanya saja, kami harus menjaga jarak darinya."

"Nuha adalah teman sekelas kami. Teman sekelas harus bisa saling melindungi." Kata Melan. "Bener kan teman-teman?"

"Um, iya!!"

"Iya, itu benar!"

"Kita udah saling mengenal jadi kita bisa saling memahami satu sama lain."

Nuha terharu mendengar pengakuan teman-temannya. Teman sekelasnya ternyata sangat baik dan pengertian.

"Apa kamu sedih, Nuha?" Tanya Naru.

Nuha menggeleng, lalu menatap ke arah Naru. Wajah terharunya itu berubah menjadi senyuman manis, "enggak." Ucapnya.

"Baguslah," balas Naru dengan senyum lembut, merasa lega melihat Nuha bisa lebih tenang.

Naru kembali berdiri tegak di depan kelas, siap untuk melanjutkan pengajaran bersama Pak Hanif. "Baiklah, kita lanjutkan pelajaran matematika hari ini," kata Pak Hanif sambil melirik Rui. "Rui akan membantu kita memahami materi hari ini dengan lebih baik."

Nuha bisa melihat rasa percaya diri dan semangat Naru saat mengajar. Gadis itu kagum dengan kehebatan yang dimiliki pacarnya itu. Cara Naru menyampaikan materi juga begitu mudah dipahami.

"Kamu hebat, Naru. Kamu bisa menemukan duniamu sendiri." Sahut Nuha di dalam hati.

Di tengah pelajaran, Naru sesekali melirik ke arah Nuha, memastikan gadis itu baik-baik saja. Dia tahu betapa sulitnya bagi Nuha menghadapi stigma dari teman-temannya, meskipun mereka tidak benar-benar membencinya.

Senyum kecil Nuha muncul di wajahnya ketika dia melihat betapa antusiasnya teman-temannya mengikuti pelajaran.

Setelah pelajaran selesai, Rui mengajak para siswa untuk berdiskusi. "Kalian semua memiliki potensi besar," kata Rui. "Jangan biarkan reputasi buruk menutupi kemampuan kalian. Jika kalian mau berusaha, kita bisa mengubah cara pandang orang terhadap kelas 10F ini."

Para siswa saling pandang, mulai merasa ada harapan baru. Melan angkat bicara, "Aku setuju dengan Kak Rui. Kita bisa membuktikan bahwa kita lebih dari sekadar kelas bandel."

Damas mengangguk setuju. "Aku juga, kita bisa berubah. Kita semua punya kelebihan masing-masing."

Dengan bimbingan Rui dan dukungan Pak Hanif, mereka mulai berusaha lebih keras dan saling mendukung untuk mencapai potensi terbaik mereka.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!