NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Adira punya panic attack

...Peringatan untuk Pembaca...

...Cerita dalam bab ini membahas tema-tema yang mungkin memicu emosi berat, termasuk trauma masa lalu dan serangan panik (panic attack). Bagi pembaca yang memiliki pengalaman serupa atau sensitif terhadap isu-isu ini, harap membaca dengan bijak. Serangan panik bisa menjadi pengalaman yang sangat menakutkan dan mengganggu, dan kami ingin memastikan bahwa Anda merasakan kenyamanan dan keamanan saat membaca....

...Jika Anda pernah mengalami 'panic attack' atau merasa terganggu oleh cerita ini, jangan ragu untuk mengambil jeda dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat atau profesional kesehatan mental....

...****************...

Adira selalu menikmati sepanjang perjalanan di angkot, Adira memandangi pemandangan kota Bandung yang sudah sangat akrab baginya.

Deretan pohon-pohon besar di tepi jalan, gedung-gedung tua dengan arsitektur khas, dan ruko-ruko yang berjajar rapi menjadi pemandangan sehari-hari.

Lalu lintas yang ramai, bunyi klakson, dan aktivitas warga yang sibuk membuat Adira merasa lebih hidup meskipun hatinya masih hampa.

Namun itulah kota tempat ia tumbuh—kota yang membentuk Adira menjadi pribadi yang menyukai kesederhanaan dan ketenangan di tengah hiruk pikuk dunia.

Dia menikmati setiap sudut kota, dari bangunan tua berarsitektur kolonial hingga pasar-pasar tradisional yang ramai.

Angin yang berhembus lembut masuk lewat jendela angkot membuatnya merasa sedikit lebih ringan.

Setidaknya di luar rumah, Adira bisa mencuri momen-momen kebebasan kecil ini, sambil terus melangkah tanpa perlu berpikir akan ke mana tujuannya.

Disepanjang jalan di pinggir kota, setiap kali ia berjalan di bawah pohon-pohon besar itu, bayang-bayang dedaunan yang menari di tanah seolah membawanya ke masa-masa tanpa beban, menikmati dirnya yang hanya seorang anak yang bebas berlarian, menghirup dalam-dalam udara segar kota kelahirannya, yang selalu memeluknya dengan hangat, penuh dengan pemandangan yang menenangkan hati kecilnya.

Saat di bangku SD, Adira dikenal sebagai anak yang berprestasi, sering masuk 10 besar di kelasnya.

Dia bersekolah di sebuah sekolah swasta Islam di Bandung yang cukup terpandang. Sekolah itu memiliki gedung besar berwarna krem dengan atap hijau, halaman luas yang ditumbuhi pepohonan rindang, dan dilengkapi fasilitas modern.

Di salah satu sudut halaman, terdapat sebuah masjid kecil yang digunakan untuk shalat berjamaah, sementara kelas-kelas terbagi dengan jelas antara tingkat pendidikan dini dan menengah.

Metode belajar di sekolah ini menggunakan dua bahasa, Inggris dan Arab. Adira memang tidak terlalu kuat dalam bahasa Arab, sering merasa kesulitan dengan tata bahasa dan kosa katanya yang rumit.

Namun, dia sangat menyukai pelajaran bahasa Inggris. Setiap kali guru bahasa Inggris masuk ke kelas, mata Adira berbinar-binar penuh antusias.

Di sekolah itu, anak-anak tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga nilai-nilai agama yang kuat. Adira sangat menyukai suasana sekolah yang penuh disiplin, namun tetap terasa hangat.

Berbeda dengan pengalaman di sekolah SD-nya, Adira merasakan pergeseran drastis saat memasuki SMP Negeri Islam.

Sekolah itu dipenuhi oleh keramaian dan hiruk-pikuk murid yang berjumlah banyak. Suasana sekolah yang penuh dengan energi, tawa, dan kegaduhan membuatnya merasa terasing.

Dengan seragam putih biru yang sama, satu kelas bisa terdiri dari 30 hingga 40 murid, sehingga sulit bagi Adira untuk menonjol.

Dalam kelas yang begitu ramai, suaranya yang pelan hampir tak terdengar. Dia merasa tertekan dan terabaikan, tak mampu bersuara di tengah kerumunan.

Sebagai seorang yang lebih suka menyendiri, Adira merasa lelah beradaptasi dengan lingkungan yang begitu berbeda dan bising.

Semangatnya untuk berprestasi perlahan-lahan memudar, dan ia mulai kehilangan minat untuk belajar.

Setiap kali pelajaran berlangsung, ia sering terjebak dalam kebisingan kelas, berjuang untuk mendengarkan guru di tengah berbagai obrolan dan kegaduhan.

Tidak ada lagi rasa nyaman dan keamanan yang pernah dia rasakan di sekolah SD-nya, menggantikan kenangan manis dengan rasa cemas dan keputusasaan.

Begitu pun saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, SMA Negeri Islam tempat Adira bersekolah memiliki suasana yang mirip dengan SMP nya, meski seragamnya berwarna putih abu-abu. Hiruk-pikuk di dalam kelas tetap sama, dengan jumlah murid yang banyak dan kegaduhan yang sulit dihindari.

Rasa nyaman yang pernah ia rasakan di sekolah SD semakin jauh, dan setiap hari Adira merasa terjebak dalam kebisingan yang menyulitkannya untuk fokus. Kelas dipenuhi tawa dan obrolan, sementara suaranya yang pelan kembali tenggelam dalam keramaian.

Bahkan dengan seragam yang berbeda, pengalaman di SMA pun tak mampu mengembalikan semangat belajarnya.

Adira merasa semakin terasing dan mulai berpikir bahwa mungkin dia tidak akan pernah bisa menemukan tempat yang benar-benar nyaman untuknya di lingkungan yang begitu ramai.

Masuk ke universitas negeri nomor dua di Bandung, Adira sebenarnya merasa harapan baru untuk memulai babak kehidupannya.

Namun, harapan itu segera terbenam dalam kesedihan yang berkepanjangan. Usaha ayahnya, yang selama ini menjadi tumpuan keluarga, mulai goyah.

Sales kepercayaan ayahnya, yang seharusnya membawa keuntungan dengan mengekspor celana jeans, justru menghabiskan uang untuk berjudi.

Kebangkrutan semakin mendekati mereka, dan ayah Adira yang selalu kuat kini terjebak dalam kekhawatiran dan stres yang membuatnya jatuh sakit.

Melihat ayahnya yang semakin lemah, Adira merasa hatinya teriris. Dia berusaha keras untuk tetap fokus pada studinya, tetapi bayang-bayang kesedihan dan ketidakpastian selalu menghantuinya.

Harapan untuk masa depan yang lebih baik terasa semakin jauh, dan kesedihan itu menjadi teman setia dalam setiap langkahnya.

Di bangku perkuliahan, kehidupan Adira yang dulunya berkecukupan perlahan berubah drastis.

Ayahnya yang terjebak dalam lilitan utang, yang merupakan hal yang wajar bagi setiap pengusaha tak lagi kuat untuk menghadapi tekanan dan terpaksa menjual ruko tempat mereka tumbuh besar.

Adira merasa kesal dengan keputusan itu. Dia sempat merajuk, menolak untuk menerima kenyataan, tetapi melihat gelisah di wajah ayahnya membuatnya akhirnya menyerah.

Mereka pindah ke rumah lama, sebuah bangunan sederhana di dalam sebuah gang sempit yang hanya muat dilewati satu mobil.

Rumah itu memiliki dua kamar kecil dan ruang tamu yang serba minimalis. Dindingnya catnya sudah pudar, dan atapnya tampak sedikit bocor saat hujan.

Meski begitu, bagi Adira, rumah itu adalah tempat yang punya sedikit kenangan masa kecil yang penuh tawa, saat sebelum pindah ke ruko, meskipun kini terasa berat dengan beban kehidupan yang baru.

Di rumah itu, Adira kembali merasakan kesederhanaan hidup, tetapi juga kesedihan yang menghimpit. Dia berusaha keras untuk beradaptasi, sambil terus berharap bahwa keadaan akan membaik suatu hari nanti.

Keadaan tak kunjung membaik. Setelah Adira menyelesaikan studi S1-nya, hari itu terasa istimewa saat dia pergi ke kampus untuk mengambil ijazahnya.

Namun, kegembiraan itu sirna saat Mia, adik bungsunya, menelepon. Adira terkejut melihat banyak panggilan tak terjawab di ponselnya, yang seharian berada dalam mode diam.

Mendengar suara panik Mia di telepon, hati Adira mulai berdegup kencang. "Kak, cepat pulang! Ayah... Ayah sudah pergi!"

Patah hati yang mendalam langsung menghantamnya. Tanpa menunggu lebih lama, Adira bergegas memesan ojek online.

Selama perjalanan, dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa mungkin dia hanya kena prank, bahwa mungkin ayahnya tertidur sangat lelap, atau segala kemungkinan lainnya. tetapi, semakin mendekati rumah, ketakutan mulai menggerogoti hatinya.

Saat ojeknya berhenti di depan rumah, Adira melihat tenda kemalangan yang membentang.

Jantungnya terasa seperti berhenti sejenak, dan dia merasa seolah seluruh kekuatan tubuhnya menghilang.

Badannya melemah, tak mampu bergerak, saat melihat keramaian orang-orang yang melayat.

Dengan langkah goyah, dia akhirnya terjatuh, sebelum dibopong orang lain ke dalam rumah.

Di dalam, suasana mencekam menyelimuti. Saat Adira melihat mayat ayahnya yang tertutup kain putih, seluruh dunia seolah runtuh di hadapannya.

Dia berteriak histeris, menangis sejadi-jadinya,

"Ayah..... !!Ayah............!!"

Air mata membanjiri wajahnya, mengalir tak terhenti, saat semua kenangan indah bersama sang ayah melintas di pikirannya.

Kehilangan itu begitu mendalam, seolah merenggut semua harapan dan mimpi yang pernah ia miliki.

Sejak saat itu, hidupnya berubah menjadi serangkaian momen penuh ketakutan dan kecemasan.

Serangan panik pertama kali datang tiga hari setelah tenda kemalangan dibongkar. Saat itu, dia bangun di pagi hari, merasakan keheningan yang menakutkan.

Kesunyian di rumah yang dulunya ramai terasa mencekam. Hatinya berdegup kencang saat kesadaran menggerogoti pikirannya: ayahnya telah pergi.

Rasa sepi itu menyelinap ke dalam dadanya, menimbulkan sesak yang luar biasa. Setiap kali teringat senyum ayahnya, Adira merasa seolah seluruh dunia runtuh di sekelilingnya.

Adira merasa tercekik. Kepalanya mulai pusing dan badannya mulai goyah, terasa seakan-akan akan pingsan. Napasnya mulai memburu, dan dia merasa terjebak di dalam tubuhnya sendiri, seolah tak mampu melepaskan diri dari belenggu kenangan yang menyakitkan.

Dia berusaha menenangkan diri, tapi napasnya semakin cepat. Pandangannya mulai kabur, dan suara di sekitarnya terasa jauh. Seolah-olah dunia di sekitar terlihat tidak nyata.

Semua yang ada di dalam pikiran hanya berkisar pada kehilangan. Dalam kondisi panik itu, Adira berusaha meraih sesuatu untuk berpegangan, tetapi semua terasa samar.

Dia merasa seperti terperangkap di dalam ruang gelap, tanpa jalan keluar. Di tengah serangan panik itu, satu pertanyaan terus berulang dalam pikirannya:

“Bagaimana hidup tanpa ayah?”

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!