Aku takkan pernah mengantarmu
pamit pada bait-bait puisi terakhirku ~
Hanya saja bila di batas kejenuhan
ini datang kembali,....
Tolong carikan aku secarik lirik
yang bisa membuatku bertahan
dengan keresahanmu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miphz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#27 Matahari cerah
"Masyaallah pengantin barunya ibu." Senyum bahagia terpancar di wajah Bu Mona.
Samsul dan Rini turun tangga sambil bergandengan tangan,sedangkan Vino dan Rani sudah sedari tadi duduk dimeja makan.
Lengkap sudah keluarga Pak Slamet dengan kehidupan barunya Rini.Sedang Vino dan Rani sejenak melupakan bebannya dengan Bu Anis, mereka masih memikirkan bagaimana nanti jika Bu Anis tau Rani dan Vino juga akan berangkat ke Singapura.
"Ran, kenapa?" Ungkap Rini saat melihat Rani melamun.
"Eh enggak kak, aku sedikit delay." Sambil garuk garuk kepala meski tertutup dengan jilbab.
"Pak, Bu, besok kami akan langsung terbang ke Singapura, tapi sepertinya kami tidak jadi menetap di Singapura, kami sudah memilih untuk tinggal di Apartemen dekat kantor kami." Mata samsul fokus dengan tatapan Bu Mona dan Pak Slamet.
Bu Mona menegaskan wajah dengan penuh tanya, sedangkan kini Rini yang melanjutkan penjelasan dari Samsul;
"Bu, mungkin kami ke Singapura cuma dua minggu, kami ingin melihat anak kami Dafa beserta kantor yang di urusnya, kami hanya ingin menanda tangani serta ingin mengumumkan pernikahan kami." Rini sambil mengelus punggung tangan bu Mona.
Bu Mona dan Pak Slamet mengangguk paham.
"Om, Dafa mempersiapkan kami apartemen juga, tapi kami tak tau entah dimana, Rani sepertinya ingin juga berbulan madu disana." Rani membelalakkan matanya sambil mencubit Vino.
Sedangkan Rini dan Samsul menahan tawa mendengar ucapan Vino.
"Kalian gak mau kalah sama pengantin baru haa?" Ucap Rini.
"Kayaknya kami memang perlu bulan madu kak." Lagi lagi Rani mencubit Vino yang sembarangan berucap.
"Enggak kak,kami masih menunda kurang lebih 3-6 bulan kata dokter," ungkap Rani.
"Kalian beneran mau ke Singapur juga?" Tanya pak Slamet.
"Jika pengantin baru tidak mau direpotkan kita, toh beda kamar ini." Vino yang melirik seperti menyindir Samsul.
"Kamu sudah ijin sama ibu kamu Vin?" Tanya Samsul.
"Aku belum memberi tahu ibu Om, sepertinya Om juga akan tau bagaimana jawaban dan tanggapan ibu," jelas Vino.
"Tapi alangkah baiknya kalian harus tetap ijin dulu nak!" Sambil mengelus punggung Rani, bu Mona mencoba membujuk Vino.
"Kita sarapan dulu, Rini dan Samsul kan bekerja, nah kamu sama Vino pulang ngobrol sama Bu Anis, setelahnya baru kesini lag.!" Pak Slamet mencoba memberi perintah kepada anak serta mantunya itu.
Mereka menikmati sarapan pagi dengan suasana hangat.
Kini Giliran Rani dan Vino yang terlebih dahulu pamit dari meja makan untuk lanjut pergi kerumah Bu Anis dan Pak Hadi.Mereka berencana hanya ingin pamit lalu kembali kerumah Pak Slamet, Vino masih enggan pulang ke rumahnya, sebab tak mau meladeni ke rempongan ibunya.
"Pamit dulu ya pak,buk,kak." Vino mewakili Rani dan disusul senyum serta lambaian tangan Rani.
"Ya nak, hati hati!" Jawab Bu Mona.
Disepanjang jalan Rani hanya diam, entah takut atau mempersiapkan diri untuk menata hati.Vino yang sesekali meliriknya tak membuatnya penasaran, Vino tetap fokus menyetir.
"Mas, kita beli sesuatu dulu untuk ibu Mas!" Rani menatap Vino tangannya menekan pada paha Vino.
"Sayaang, kemarin aku udah transfer suit ke ibu 2 juta, Zahra 1 juta buat dibagi sama Aldi, kita mau beli apa lagi, udah gak usah." Kesal Vino.
Memang benar, mereka selalu dapat jatah dari Vino, sedangkan Rani istrinya tak pernah mendapat jatah dengan suka hati dan kemauan Vino seperti itu, Rani harus memintanya dulu baru dia dapat uang dari Vino, tapi Rani tak mempermasalahkan itu, sebab Vino selalu menuruti keinginan Rani dan jujur dengan pengeluarannya termasuk uang yng diberikan keluarganya.
Namun Rani tetap tidak tenang,jika akhirnya nanti yng akan jadi sasaran Bu Anis ialah dirinya.Rani seakan gelisah dibuatnya, jarak semakin dekat, tinggal 100 meter sampai didepan rumah Pak Hadi.
"Mas, stop mini market depan ya." Wajah Rani memohon.
Vino yang balik menatap muka Rani seakan tak tega melihat ekspresinya, tanpa ada jawaban Vino memarkirkan mobilnya didepan minimarket.
Rani tersenyum lalu bergegas masuk ke mini market.
Vino yang melihat isi belanjaan istrinya itu dibikin geleng geleng.Vino semakin tak tega kepada istrinya itu, yang selalu mendahulukan keperluan rumah mertuanya, tidak lupa Rani mengambil susu ibu hamil, yang tentunya untuk Bu Anis.
Vino memberikan dompet miliknya lalu bergegas keluar menunggu Rani dimobil.
"Sudah Mas, ayo!, ini dompetnya." Sembari meletakan di dasbor mobil.
"Pegang sayang, masukin tas kamu." Perlahan diambil kembali dengan hati yang sedikit bahagia.
Baru kali ini dia menyimpan dompet milik suaminya.Entah, ini hal kecil tapi membuat hatinya tersenyum bahagia.
Kini mereka sampai di depan rumah Pak Hadi.
"Assalamualaikum" salam Rani dan Vino.
"Walaikumsalam" Zahra membuka pintu.
Rani melangkahkan kaki menuju ke dapur guna meletak kan barang belanjaannya,sedangkan Vino langsung menuju ruang keluarga.
"Ibu dan bapak kemana ra?" Tanya Vino.
"Ke dokter kak, ibu mules tadi." Zahra sambil menjejerkan minum dimeja.
"Kak Ran, minum!" Sambil meletakkan beki didapur.Kali ini posisi Zahra dan Rani berhadapan.Rani yang sibuk merapikan barang belanjaannya kini dibantu Zahra, Rani tersenyum melihat Zahra yang koni semakin dewasa.
"Ibu melahirkan Ra? Tanya Vino.
"Belum kak, tapi katanya harus rawat inap, dan besok akan cesar." Zahra menatap Rani.
Tiba tiba hati Rani seperti terkoyak, dia tak bisa membayangkan melihat wajah mungil bayi yang akan terlahir dari rahim mertuanya itu, entah ini akan membuatnya bahagia atau malah semakin terluka.
"Kakak kenap?" Zahra yang dari tadi memperhatikan kakak iparnya itu tahu betul jika Rani menepis air mata yang akan jatuh ke pipinya.
"Enggak, kakak kelilipan Ra." Kali ini tangannya mengucek matanya.
"Mas, kita tengok ibu yuk," Ajak Rani.
"Kak, hari ini kak Aldi wisuda lho, tak ada keluarga satu pun yang hadir, meskipun aku disuruh diam, tapi aku gak tega kak." Ekspresi wajah Zahra yang memelas dan membendung air mata.
"Haaaaaaa, kenapa dari kemarin diam?" Sontak Vino bergegas menyuruh Zahra ganti baju.
"Kita ke wisuda Aldi dulu sayang, baru setelah itu kita tengok ibu." Kedua tangan Vino memegang bahu Rani, dan Rani menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Vino.
"Cepetan dandannya Ra!" Teriak Vino sambil melangkah keluar guna menunggunya dimobil.
Zahra yang sudah mengalungkan handuknya tak jadi mandi, sebab teriakan Vino adalah perintah yang harus ditaati.Zahra bergegas ganti baju tanpa mandi.
Kini Zahra menyusul kakaknya yang sudah menunggunya dimobil.
"Kenapa Aldi gak bilang ke kita ya Mas?" Tanya Rani penasaran.
"Dia orangnya gak mau ribet sayang, apalagi semenjak ibu hamil, dia menjadi anak yang lebih tertutup," Ungkap Vino.
Zahra yang setuju dengan ungkapan Vino hanya mengangguk-anggukan kepala.
Kini Rani semakin dibuat kasian kepada Aldi.Aldi termasuk anak yang mau membantu tanpa di perintah.
Sesampainya digedung wisuda Aldi,mereka buru buru masuk ke ruangan, namun tempat duduk tinggal belakang yang masih kosong.
"Ra, kak Rani diman?" Tanya Vino.
"Lho tadi ada dibelakang." Zahra sambil celingukan.
Terlihat Rani yang berjalan mendekati Vino dan Zahra, ditangan kiri dan kanan menggenggam bucket ucapan selamat.
"Buat kamu, buat Mas." Diberikan bucket itu kepada Zahra dan Vino. Tak lupa dirinya juga menggenggam satu bagian.
"Bisa kepikiran kamu sayang." Vino mencium dahi Rani, disusul Rani yang hanya tersenyum.
Zahra yang melihat pemandangan romantis ini, bukan lagi iri tapi ikut bahagia.
Sementara nama Muhammad Aldi dipanggil, Vino memberi aba-aba untuk diam.
"Kita sempurnakan rencana Aldi, kita jangan mendekatinya sebelum acaranya selesai," Ucap Vino.
"Mas, kasian Aldi, lihat tuh murid lain berkumpul dengan keluarganya." Tangan Rani menunjuk siswa dengan bangganya berpelukan dengan orangtuanya.
"Gak papa,kita pantau si Aldi, nanti dekati dia ketika sesi foto dimulai," Perintah Vino.
Acara wisuda memakan beberapa jam, lumayan lama, kini giliran Vino, Rani, dan Zahra mengikuti Aldi.
"Surprise..!!!!!" Teriak Vino, Rani, dan Zahra.
Aldi bengong beberapa detik, dia tak menyangka akan ada keluarga yang datang.
Aldi terlalu jaim untuk menunjukkan rasa harunya, dengan sigap ia membalikkan badan guna menepis air matanya yang mulai membendung.
Sedangkan Vino mendekati Aldi dan memeluknya, disusul Zahra dan Rani.
"Terima kasih kak, kak Rani, Zahra." Aldi menatap satu persatu wajah mereka.
Kini mereka kembali beradu dalam pelukan yang haru.
"Kita foto yuk." Zahra mengangkat handphone untuk berselfi bersama.
"Setelah ini kita langsung pulang ke Rumah Sakit jenguk Ibu," Perintah Vino.
Semua menganggukkan kepala dan bersiap untuk bergegas.
Sekitar 1 jam lebih 20 menit mereka sampai di Rumah Merah Putih.
"Assalamualaikum" Seru mereka berempat.
"Walaikumsalam." Senyum lebar Pak Hadi menyambut anak anak-anaknya.
"Bagaimana Bu, dedek bayinya gimana?" Tanya Rani menyapa ibu mertuanya.
"Alhamdulillah baik, dua hari lagi ibu mau cesar, tolong temani ibu disini, bapakmu sudah tua, tak mungkin telaten mengurus bayi." Bu Anis sambil menggenggam tangan Rani.
Rani masih berfikir untuk menjawab permintaan ibu mertuanya itu, sebab besok adalah ahri dimana mereka akan pergi ke Singapura, sedangkan Vino yang menatap Rani kini dirundung dilema.
"Kami kenapa berpenampilan seperti habis wisuda Aldi?" Pak Hadi mengelus seragam Aldi penuh bangga.Aldi hanya membalas senyumnya tanpa menjawab pertanyaan, sebab dia bingung akan memulai jawab dari mana.
Kini Bu Anis difokuskan dengan Aldi.
"Kamu benar-benar habis wisuda?"
Bu Anis mengulangi pertanyaan Pak Hadi.
"Iya Buk, tapi kami bertiga sudah menghadiri acaranya, dan Aldi lulus dengan prestasi yang bagus." Vino menepuk-nepuk lengan Aldi.
"Alhamdulillah" Pak Hadi memeluk Aldi dibarengi Bu Mona yang mengelus tangan Aldi.
"Pak, Bu, sebenarnya kami kesini ingin pamit untuk pergi ke Singapura bersama Om Samsul dan Kak Rini." Vino menjelaskan.
"Tidak, kalian mau ngapain kesana? Bulan madu? Yang benar saja, kalian bukan pengantin baru Vin, Rani! Bilang sama Vino, batalkan! Yang benar saja kalian mau bersaing dengan Rini dan Samsul, Kalian dirumah, besok ibu mau cesar, kalian akan menyesal jika kalian tetap memaksa berangkat ke Singapura." Wajah Bu Anis penuh dengan amarah.
Rani dan Vino kini hanya diam, bingung dan tak tahu harus bagaimana, sedangkan yang lainnya hanya diam dan saling pandang.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Mampir juga di novel ku ya kak/Rose/
selisih 12 tahun, yayaya
kalau selisih 16 tahun cocok ga ya?🤔🤔🤔
😆😆😆😂😂😂😂