NovelToon NovelToon
CINTA DAN AMARAH

CINTA DAN AMARAH

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aghie Yasnaullina Musthofia

Saat istri tidak ingin memiliki bayi, saat itulah kekecewaan suami datang, ditambah lagi istrinya selingkuh dengan sahabatnya sendiri, sampai akhirnya mereka bercerai, dan pria itu menjadi sosok yang dingin dan tidak mau lagi menyapa orang didekatnya.
Reyner itulah namanya, namun semenjak bertemu dengan perempuan bernama Syava hidupnya lebih berwarna, namun Reyner todak mau mengakui hal itu.

Apa yang terjadi selanjutnya pada mereka?
saksikan kisahnya ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aghie Yasnaullina Musthofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27 Putriku

Di belakang rumah Reyner, Syava dan semua keluarga Reyner duduk bersantai di gazebo rumah mereka, tak lupa Alden juga ikut gabung disana.

"Rey, Alden ini jauh-jauh dari Bandung ke sini ingin menemui sahabatnya, dan ia juga ingin ketemu kamu untuk belajar bisnis sama kamu" Bima memulai obrolan.

Reyner masih diam dengan ekspresi malas, karena mengingat Syava dan Alden yang saling memandang.

"Bukannya dia sudah banyak pengalaman bisnis pa?", jawab Reyner sedikit jutek.

"Maaf ya kak Rey mungkin hari ini saya mengganggu waktumu, mungkin saya datang diwaktu yang tidak tepat" ujar Alden sedikit sungkan. Walau bagaimana pun meskipun orang tua mereka bersahabat dekat, tapi Rey dan Alden tidak pernah terlihat dekat, bahkan jika bertemu mereka jarang bertegur sapa.

Alden tahu jika kedatangannya sekarang berhubungan dengan Syava yang juga datang, dan Alden harus tahu diri, ia akan memberikan waktu untuk Rey dan Syava, karena disini ia juga tidak ada kepentingan apapun selain menuruti keinginan papanya untuk silaturahmi ke rumah Reyner.

'Ya jelas ganggu lah' batin Rey melirik Syava sekilas.

"Kenapa kamu bilang begitu Al, orang tua kamu adalah sahabat kita, jadi kamu juga harus dekat dengan Rey juga, walaupun usia kalian jauh" tutur Bima.

"Emm tapi om, sebenarnya saya sudah ditunggu oleh teman saya, dan saya nggak enak om kalau dia nunggu lama-lama" ujar Alden beralasan, ia memutuskan untuk pamit.

Arini dan Syava hanya menyimak pembicaraan mereka tanpa bersuara.

"Benarkah begitu?" Bima sedikit terperanjat.

"Benar om, mungkin lain waktu saya akan datang kesini lagi, atau saya bisa berkunjung ke kantor kak Rey. Apa kak Rey tidak keberatan?" Alden menatap Rey ramah.

Reyner yang mendengar namanya disebut pun mendongak, membalas tatapan Alden.

"Ya, begitu lebih baik, datanglah ke kantorku jika kamu ada waktu, kita akan sama-sama belajar tentang bisnis" jawab Rey membuat Alden tersenyum penuh.

Rey yang tadinya sedikit ketus pun luluh dengan keramahna dan kesopanan Alden, ia terlihat sangat menghormati orang yang lebih tua darinya. Walaupun pun tadi api cemburu menyelimuti hatinya.

"Trimakasih banyak kak Rey" ujar Alden. Alden berdiri dan bersiap untuk pergi dari rumah Reyner.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya om tante, dan,, kamu Syava" Alden melihat Syava penuh senyum, karena sedari tadi hatinya sangat kalut melihat Syava, Alden banyak berfikir tentang itu. Syava hanya membalas dengan anggukan dan senyuman.

"Baiklah kalau begitu Al,, ayo om antar kamu kedepan" alasan Bima agar ia bisa memberi waktu pada Syava dan Reyner untuk bicara. Bima juga tak lupa memberi kode pada Arini.

Arini sedikit mengerti kode yang diberikan Bima, Arini juga ikut berdiri melihat Alden dan Bima yang berjalan menuju halaman rumah.

"Sya, mama antar Alden dulu ya sayang nanti mama kesini lagi" ujar Arini dan di jawab anggukan cepat oleh Syava.

Arini sedikit berlari menyusul Alden dan Bima.

Kini di gazebo hanya ada Reyner dan Syava. Mereka masih diam dan tak ada yang memulai obrolan.

"Ehm" Reyner berdehem.

Syava yang melihat Rey pun terheran karena dari tadi ia sangat irit bicara.

"Kenapa pak? bapak lagi batuk?" suara Syava itu membuat Rey menoleh.

"Menurutmu?" tangan Rey bersidekap.

"Aku tidak tahu pak, bapak juga nggak bicara apa-apa daritadi sama aku"

"Ya karena kamu keasyikan ngobrol sama Alden, jadi aku malas bicara sama kamu" ucapan itu sukses membuat Syava terbelalak, tubuh Syava mendekat pada Reyner dan matanya menyelidik ke arah Rey.

"Kenapa kamu?" Rey terheran melihat tingkah Syava yang tiba-tiba sudah dekat dengan tubuhnya.

"Bapak sehat kan? Kenapa wajah bapak seperti orang cemburu gitu?" ujar Syava menggoda sedikit menyenggol pundak Rey.

Reyner berdecih, ia tidak mungkin mengakui itu pada Syava.

"Aku nggak cemburu, ngapain juga aku cemburu sama bocah ingusan tadi, lagian kamu jangan asal bicara!!" suara Rey sedikit keras membuat Syava terhenyak sedikit. Wajahnya Rey sedikit malas.

"Tapi kenapa bapak marah sama aku? Dan kalau pak Rey nggak cemburu ya pak Rey biasa aja dong sama aku, ngomongnya nggak usah ngegas gitu" ujar Syava tak mau kalah.

"Oke, terus kamu mau apa kalau aku ngomongnya kayak gitu? Aku ngomong kayak gitu bukan berarti aku cemburu" jawab Rey penuh tekanan dan menatap Syava penuh amarah.

'Dia kenapa sih, kadang bucin, kadang baik, sekarang malah marah nggak jelas' batin Syava malas dengan Rey.

"Ada apa Rey kenapa teriak-teriak?" suara itu membuat keduanya serempak menoleh. Ternyata Bima ada disana melihat kemarahan Rey pada Syava, ia tahu jika semua itu karena perkenalan Alden dan Syava tadi.

Syava seketika menundukkan kepalanya karena takut Bima salah paham.

"Tidak ada pa,, kita hanya ngobrol biasa aja kok, nggak ada yang tetiak" jawab Rey cepat.

"Kau ini, walau papa sudah tua tapi papa nggak b*deg. Kamu itu sama perempuan jangan kasar, dia ini calon istri kamu, awas saja jika kamu berani menyakitinya"

Bima menghampiri Syava dan melihat Syava yang tertunduk seperti sedang ketakutan.

"Jangan pernah membentak perempuan Rey jika kamu tidak ingin papa yang akan menghukummu" ucapan Bima membuat Syava gemetaran, padahal Bima hanya iseng bicara agar Syava tidak terlalu takut takut pada Reyner.

"Hah, maaf om, sepertinya om salah faham, kami tadi hanya becanda aja kok om, pak Rey tidak membentak Syava sama sekali" ujar Syava cepat membela Reyner dengan tatapan memohon.

Hati Bima ingin tertawa namun tidak bisa, karena niatnya hanya ingin becanda malah mebuat Syava beneran ketakutan. Haha.

"Apa kamu bilang tadi? Om?"

Syava mengangguk gugup.

"Kamu memanggilku om, sementara istriku kau panggil mama?"

Syava membolakan matanya tekejut dengan ucapan Bima.

"Maaf om" ucap Syava kembali tertunduk.

"Tidak tidak, kamu juga harus memanggilku papa, kau mengerti!!" tukas Bima penuh penekanan.

"Ba-baik om, eh.. Papa" Syava kelagapan.

"Oke good!"

Syava tidak menyangka jika Bima memintanya untuk dipanggil 'papa'.

Reyner hanya menyimak pembicaraan mereka.

Bima melihat jam di pergelangan tangannya yang sebentar lagi menunjukkan pukul 7 malam.

"Oke, Rey sudah hampir jam 7, antar Syava pulang, dia harus istirahat karena tadi dia dari panti langsung kesini, dia pasti lelah, dan besok harus bekerja bukan?" tutur Bima mengakhiri obrolan mereka.

"Ya nanti biar Rey suruh pak Tomi nganterin Syava pa" ujar Rey.

Seketika wajah Bima berubah merah padam, menandakan kemarahan.

"Apa kau tidak punya otak sedikitpun hah? Syava ini calon istrimu, kau yang harus mengantarkannya, memang kau mau jika Syava dilirik sama Tomi?" ucapan Bima itu tegas dan penuh intimidasi.

Rey yang tekejut pun seketika memutar otaknya, ia tidak boleh lagi membiarkan mata laki-laki lain melihat Syava.

"Oke pa oke, Rey akan nganterin Syava pulang" jawab Rey cepat.

Syava hanya seperti orang cengo melihat perdebatan mereka. Bahkan mereka tidak bertanya apakah Syava setuju atau tidak diantar Rey. Syava tak bisa menengahi perdebatan itu, bibir nya seolah kelu, dan menerima saja apa yang mereka putuskan.

"Syava ayo pulang, besok kau harus kembali kerja" uajr Rey dengan kakinya yang sudah melangkah menuju luar rumah.

Syava yang melihatnya tak peduli, ia melihat Bima.

"Trimakasih ya om, eh papa,,, maaf jika saya selalu merepotkan"

Bima yang mendengar ucapan Syava pun menatap Syava penuh kasih sayang layaknya seorang ayah pada putrinya.

"Kenapa harus berterimakasih Sya,,, kau tidak pernah merepotkan siapa pun, karena sebentar lagi kau juga akan menjadi putriku" senyum Bima mengembang hangat. Syava melihat Bima yang ternyata Bima juga baik seperti Arini.

Syava mengangguk pelan, dan terharu dengan ucapan Bima barusan.

"Sudah pulanglah! Kau harus istirahat! Mamamu minta maaf, tadi bilang sama papa katanya kepalanya sedikit pusing, jadi dia tidak bisa menemani kamu" tutur Bima dengan menepuk pelan kepala Syava. Membuat hati Syava merasakan kembali kehangatan seorang ayah pada putrinya.

"Baik pa, tapi mama Arini tidak apa-apa kan pa?"

"Dia baik-baik saja setelah minum obat akan membaik" ujar Bima lembut.

"Ya sudah kalau begitu pa, Syava pulang dulu ya, titip salam buat mama. Bye pa?"

Bima mengangguk dan melambaikan tangannya pada Syava.

Syava pun hilang dari pandangan Bima. Bima menghela nafasnya kasar, ia mengingat mata Syava yang sangat mirip dengan Arya.

'Hah,,, andai saja kau memang benar-benar putri Arya' batin Bima.

Sementara Arini sudah rebahan di kamarnya setelah minum obat.

***

1
Konny Rianty
lanjuttt thorrr" sedihhhhh cerita nyaaa
Konny Rianty
lanjuttt thorrr" sedihhhhh cerita nyaaa..
Tuti asih
suka ...tp syg g tuntas
Tuti asih
kecewa...
Arisu75
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
Haris Saputra
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
Coralfanartkpopoaf
Bukan sekadar cerita, tapi pengalaman. 🌈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!