Jihan, harus memulai kehidupannya dari awal setelah calon kakak iparnya justru meminta untuk menggantikan sang kakak menikahinya.
Hingga berbulan-bulan kemudian, ketika dia memutuskan untuk menerima pernikahannya, pria di masa lalu justru hadir, menyeretnya ke dalam scandal baru yang membuat hidupnya kian berantakan.
Bahkan, ia nyaris kehilangan sang suami karena ulah dari orang-orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Pria menyebalkan itu membuka pintu kamarku karena aku tak kunjung membukanya. Ia masuk terlebih dahulu kemudian menyusul masuk setelah sebelumnya melirik kondisi sekitar untuk memastikan bahwa tak ada orang yang melihat kami. Semua orang ada di lantai satu dan para kerabat yang membantu kami mempersiapkan acara untuk besok sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
"Kamu ini lelet banget si" Pria itu tiba-tiba menarik tanganku, detik berikutnya menutup pintu dan menguncinya.
"Loh, kenapa di kunci? Mas mau apa?" Aku sedikit cemas tentunya. Ini bukan pertama kalinya aku berada di kamar dengan seorang pria. Sebelumnya aku sering berdua di kamar bersama dengan kakak laki-lakiku untuk sekedar bertukar pikiran ataupun beradu argumen yang endingnya justru ribut. Tapi dengan pria asing di dalam privat room, ini benar-benar yang pertama.
"Ini rahasia kita berdua, tentu saja aku kunci supaya tidak ada orang lain yang mengetahui rahasia kita"
"Rahasia?" Aku mencebik. "Rahasia apa yang mas maksud?"
Alih-alih menjawab pertanyaanku, mas Sagara malah mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Beberapa detik kemudian pria itu memperlihatkan layar ponsel yang menunjukan adegan kak Lala dan mas Lentera, kemudian menyerahkannya padaku.
"Lihatlah kelakuan kakak perempuanmu!"
Persekian detik, atensiku tentu saja langsung terarah pada layar itu lalu meraih ponsel dari tangannya.
"Ada apa mas Tera kesini, sampai nekad naik ke balkon kamarku?"
Itu kata kak Lala dari rekaman video yang sedang berputar, posisi mereka sudah berdiri saling berhadapan di dalam kamar kak Lala.
"Maaf dek, ada sesuatu yang ingin mas sampaikan sebelum kamu resmi menjadi milik orang lain"
"Sesuatu?"
"Dek, mas tahu ini salah, tapi sejak kemarin, mas benar-benar merasa gelisah"
"Kenapa?" Tanya kak Lala tak mengerti.
Hening hingga tiga detik sebelum akhirnya mas Tera berucap.
"Mas cinta sama kamu, dek. Maaf mas terlambat mengungkapkan perasaan mas, tapi kamu jangan khawatir, mas nggak akan merusak acaramu besok. Mas hanya ingin mengatakan itu supaya mas bisa sedikit lega dan nggak lagi memendam cinta"
"M-mas Tera"
"Maafin mas ya. Dan selamat untuk pernikahanmu, mas akan selalu doakan kamu semoga bahagia bersama Sagara"
Dari raut wajah mas Tera, sepertinya dia memang sangat mencintai kak Lala, dan dia seperti menyesal karena terlambat mengakui cintanya.
"Ya sudah, mas permisi"
Keduanya sama-sama diam, sementara bola mataku terus fokus pada ekspresi kak Lala yang sepertinya juga mencintai mas Tera.
Sebelum pergi, pria matang dan mapan itu menjulurkan tangan lalu mengusap puncak kepala kakak yang tertutup khimar.
"Mas Tera" Panggil kak Lala ketika mas Lentera hendak membalikkan badan. Kak Lala langsung meraih tangan mas Tera seraya berkata.
"Aku juga cinta sama mas"
Kembali hening... Keduanya tampak membisu. Mungkin mas Tera terkejut, dan dimanya itu ia benar-benar mencermati ucapan kak Lala, kepala kak Lala terangguk pelan untuk meyakinkan kalimatnya.
"Sebenarnya aku juga cinta sama mas, aku nggak mau menikah sama Sagara, tapi melihat bagaimana ayah begitu antusias menjodohkanku dengannya, aku nggak tega buat menolaknya"
"Jadi selama ini kamu juga cinta sama mas, dek?"
Tampak dari rekaman itu bahwa kak Lala mengangguk tanpa ragu.
Selang lima detik, mereka saling berpelukan.
"Andai mas mengatakan sejak dulu, pasti nggak akan seperti ini, dek. Maaf karena mas enggak memiliki keberanian sebesar itu"
Tangan mas Tera mengusap punggung kak Lala dengan lembut.
"Mas terlalu takut dengan jawaban kamu, mas takut kamu nggak cinta sama mas, dan akhirnya hubungan pertemanan kita menjadi canggung"
"Tapi semuanya sudah terlambat, mas. Tidak ada yang bisa kita lakukan"
"Mas tahu, dek. Dan mungkin ini yang terbaik buat kita"
"Tapi aku nggak cinta sama Sagara"
"Pelan, kamu akan mencintainya"
"Nggak bisa, selama ini aku sudah mencoba menerima pria yang mencoba mendekatiku, dan selama itu pula pikiranku benar-benar tak bisa teralihkan dari mas"
Pelukan mereka pun terurai.
"Sama, dek... Meski mas berpacaran dengan beberapa wanita, mas nggak bisa melupakan sosok kamu dalam pikiran mas. Mas pikir setelah mas berpacaran dengan mereka, mas akan lupa denganmu, tapi tidak sama sekali"
"Lalu gimana sekarang, aku nggak mau menikah dengannya?"
"Kamu pasti bi_"
Rekaman selesai sebab mas Sagara mungkin tak ingin lagi mendengar percakapan mereka.
Aku paham sekali dengan perasaannya, karena aku juga baru saja di khianati.
"Rekaman itu akan ku putar besok ketika para tamu sudah datang, dan di situ secara mendadak aku akan membatalkan pernikahan kami"
"T-tapi mas, jika mas ingin membatalkannya, kenapa harus memutar video itu di depan publik"
"Ini tentang kekecewaan. Orang bisa melakukan apapun jika ia merasa kesal apalagi masalah hati"
"Ya, tapi_"
"Jika kamu ingin rekaman ini tetap aman, dan pernikahan tetap berlangsung, kamu harus menyetujui kesepakatan yang ku buat"
"Kesepakatan" Kerutan di dahiku mungkin tampak sangat jelas. "K-kesepakatan apa?"
"Kamu harus membayar mahal untuk semua ini. Jadi demi nama baik keluargamu, kamu yang akan menggantikan Lala menjadi mempelaiku"
"A-apa?"
"Kamu harus mau ku nikahi"
Ini gila, benar-benar gila.
"Kamu pasti nggak mau kan melihat kekecewaan dan kesedihan di wajah keluargamu, tidak hanya kak Lalamu, tapi orang tuamu juga akan menanggung malu"
"Aku nggak mau nikah sama mas" Tolakku dengan nada tegas.
"Okay kalau begitu persiapkan diri untuk kejutan besok"
Setelah itu dia langsung berbalik hendak keluar dari kamarku. Tapi karena pikiranku kacau, secara tak sengaja bibirku reflek bersuara menghentikan langkahnya.
"T-tunggu"
"Iya?" Mas Sagara kembali berbalik dengan wajah datar. "Ada apa, apa kamu berubah pikiran?"
"Kenapa mas memintaku untuk menjadi mempelai mas?"
"Karena aku nggak mau menanggung rasa sakit hati sendirian, Jihan. Aku ingin kamu juga merasakan apa yang aku rasakan"
"Mas nggak mau menikah dengan kak Lala karena kakak nggak cinta sama mas, aku juga nggak cinta sama mas, tapi kenapa mas mau menikah denganku?"
"Karena aku juga nggak cinta sama kamu dan aku ingin melampiaskannya padamu. Sesimple itu, kenapa nggak paham"
"Jadi mas menikahiku karena ingin balas dendam?"
"Mungkin kasarannya begitu" Sahut mas Sagara santai. "Kalau kamu nggak mau, its okay. Aku nggak maksa"
Hening, aku sendiri tak tahu harus ngapain.
"Aku tidak memiliki banyak waktu, orang tuaku pasti sebentar lagi sampai dan kita harus membicarakan masalah ini"
Ku telan ludahku sendiri yang bagai bongkahan batu.
"Ku hitung sampai sepuluh. Satu" Pria sialan itu mulai menghitung. "Dua_" Aku semakin terjebak. "Tiga_"
"Okay, aku bersedia" Mas Sagara tersenyum penuh kemenangan. Ada pula seringai licik terlukis di wajahnya "Tapi aku juga ingin mengajukan kesepakatan"
"Kesepakatan apa?"
"Pernikahan ini hanya berjalan enam bulan, dan selama enam bulan, kita akan tidur di kamar yang berbeda"
"Soal itu bisa kita atur nanti, yang terpenting saat ini adalah nama baik keluargamu. Aku benar atau benar?"
"Satu lagi" Kataku spontan.
"Apalagi?"
"Pernikahan ini rahasia, hanya keluarga yang tahu. Termasuk para tamu undangan besok, tidak ada yang boleh tahu tentang mempelai wanita yang sudah di gantikan olehku"
"Mereka tidak akan tahu kalau ternyata mempelai wanitanya bukan sosok yang namanya tertulis di undangan. Kamu tidak perlu khawatir, tapi jika suatu saat rahasia tentang pernikahan kita terbongkar, itu bukan tanggung jawabku"
"Ingat hanya enam bulan" Tegasku sekali lagi.
Mas Sagara tak merespon, dia buru-buru melangkah dan aku kembali menghentikan langkahnya.
"T-tunggu_"
"Ada apa lagi, Jihan?"
"Apa yang akan mas katakan pada keluarga kita?"
"Ikutlah, nanti kamu akan tahu. Kamu hanya perlu menganggukkan kepala untuk mengikuti alur yang ku buat sekaligus mendukung rencanaku"
"Yakin, rencana mas tidak akan mempermalukan keluargaku"
"Itu biar aku yang pikirkan, bodoh"
"Aku juga ingin tahu"
"No debat, sekarang turunlah"
"Aku akan keluar lebih dulu" Ucapku sambil berjalan ke arah pintu.
Tentu saja aku ingin memastikan kalau tak ada orang di luar kamar. Setelah aman, barulah aku meminta pria itu untuk segera keluar dari kamarku.
Kesepakatan konyol. Aku menggerutu dalam hati sambil menuruni anak tangga.
Kenapa pria di dunia ini sangat menyebalkan. Pertama Bara, kedua mas Lentera yang bodohnya kebangetan dan diam-diam masuk ke kamar kak Lala, yang terbaru mas Sagara.
Pria itu lebih gila dari yang ku kira.
Andai aku punya sihir, aku akan membuat pria sampah itu melupakan kejadian di kamar kak Lala. Dan andai aku bisa, aku pasti akan menghilang sejenak dari hadapan pria bernama SAGARA AGRARIA HERMAWAN.
Bersambung