Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"
Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.
Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.
Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Briela tersenyum sinis.
“Yang Mulia, maafkan aku, aku tidak tahu masalah itu, aku….”
PPLLAAKKK
Sebuah tamparan keras mendarat ke wajah Widaw Page.
Satu kebenaran terungkap, Briela tidak menyangka jika ternyata Widaw Page pun masuk dalam perangkapnya dan mengaku dengan sendirinya jika dia melakukan pencucian uang. Kali ini dia memiliki dua target.
“Tidak hanya itu, dia melakukan tindakan keji dengan ingin melecehkan seorang gadis yaang…”
Buughhh
Bughhhh
Bughhh
Page menendang anaknya hingga darah segar keluar dari mulut Widaw, dia mengatakan sangat menyesal memiliki anak yang bekerja sama dengan para penghianat dan juga berlaku keji kepada yang lemah.
“Aku mohon maafkan keluarga kami Ratu, aku sendiri yang akan mendidik anakku dengan baik, tapi ampuni nyawanya, aku akan menghukumnya dengan caraku sendiri,” ucap Page dengan memohon berlutut di hadapan Briela.
“Dasar tua bangka sialan!” batin Briela.
Briela kemudian berjalan mendekati Widaw dan menjelaskan jika nyawanya bisa saja selamat asalkan dia memberi tahu siapa saja yang masuk dalam komplotannya dan juga siapa yang pertama kali memintanya untuk bergabung.
“Aku memiliki nama-namanya,” ucap Widaw dengan mengeluarkan selembaran kertas kecil di dalam dompetnya.
Briela mengambil itu dan memberikannya kepada Gubernur Max untuk ditindak lanjuti. Briela belum selesai, dia ingin tahu siapa yang menjadi ketua komplotan mereka.
“Namanya Tuan Danil, dia yang memimpin kelompok kami,” jelas Widaw.
Briela tersenyum, dia mengampuni nyawa Widaw.
“Baiklah, beri tahu kepada Daniel untuk besok menemuiku di sebuah tempat,” ucap Briela kemudian berlalu.
Page dan Widaw kemudian mengangguk mengerti, mereka tersenyum karena Briela tidak melakukan apa pun kepada mereka berdua.
Beberapa bodyguard mendekat dan menarik Widaw.
“Ada apa ini? Ada apa, lepaskan aku,” teriak Widaw.
“Lepaskan anakku!” teriak Page dengan geram.
Langkah Gubernur Max terhenti dan melirik ke arah Page.
“Cepat laksanakan perintah Yang Mulia, demi keselamatanmu,” ucap Max.
“Gubernur Max, usiaku sudah lima puluh tahun dan Widaw adalah garis keturunan keluarga Page satu-satunya, aku mohon selamatkan dia, aku rela memberikan separuh harta kekayaanku kepadamu dan…” ucap Page.
“Perintah adalah hukuman, aku sarankan kau buat istrimu melahirkan satu orang putera lagi,” ucap Gubernur Max kemudian berlalu.
Page menghancurkan seluruh benda yang berada di dalam ruangan tersebut untuk meluapkan amarahnya. Dia tidak pernah merasa di rendahkan seperti itu seumur hidupnya. Selama ini kekuasaan berada di tangannya, dia tidak menyangka jika Max sangat berani kepadanya hanya karena kebaikannya selama ini tidak mengganggu Max.
“Kalian harus tunggu pembalasanku!” ucap Page.
Sekretaris Page masuk ke dalam ruangan.
“Kau segera beritahu tuan Daniel agar bersiap dan beritahu apa yang terjadi, hingga Widaw anakku di tahan oleh mereka,” ucap Page.
Sekretaris tersebut mengangguk cepat dan segera menjalankan perintahnya.
Sepanjang perjalanan kembali ke hotel, dia menjelaskan kepada Lily strategi untuk menghadapi musuh esok hari, dia juga memberikan tugas kepada Antonio, apa yang harus dilakukannya untuk menjebak Daniel dan membunuhnya.
Semuanya sepakat.
Mobil telah berada di depan gedung hotel. Lily dan Briela berjalan meninggalkan Antonio yang besok hari akan kembali menjemput mereka.
Antonio dengan cepat memberi tahu mata-matanya dan memberikan seluruh informasi rencana Briela kepada tuan Daici. Mata-mata tersebut mengangguk dan segera menuju markas di mana Daici berada.
...----------------...
Di bangunan terpencil pinggir kota, sebuah ruamh nuansa kayu terlihat sederhana tapi di dalamnya memiliki keindahan dan kemewahan yang memukau. Di sana ada Daici dan Daniel sedang berbincang dan tertawa menikmati pijatan para wanita cantik dan juga minuma yang berada di tangan mereka.
Mata-mata tersebut masuk dan memberikan hormat.
Dia mengatakan semua pesan yang diberikan Antonio kepada mereka.
“Antonio memang terpercaya, bagaimana persiapanmu untuk bertemu dengannya?” tanya Daici.
Daici menjelaskan jika Ratu Briela adalah wanita yang cerdas, dia bahkan dengan mudah menangkap beberapa bandit di bawah kekuasannya dengan mudah. Dan kali ini dia berhasil menangkap keluarga Page tidak bisa disepelekan begitu saja.
“Tenang saja, seluruh wilayah utara ini, jika dia memilih tempat di mana pun aku bisa menjebaknya dengan mudah dan membunuhnya, aku sudah sangat bersiap untuk itu,” jelas Daniel dengan meneguk minumannya.
“Ha ha ha ha bagus, bagus, kau memang yang terbaik,” puji Daici.
Daniel mengatakan akan membunuh Ratu baru itu dengan sebilah pedangnya. Dia akan menggunakan pengawal ninja yang selama ini hanya berdiam diri saja. Sudah saatnya mereka bekerja.
“Jangan membunuhnya, tapi bawa dia ke hadapanku,” ucap Daici.
“Kenapa?”
Daici tertawa, dia menjelaskan rencananya jika selama dia bisa menguasai dan memerintah Briela, menemukan kelemahannya, itu sama saja dengan menguasai negara Gumi dengan mudah. Dia mengingat pepatah kerajaan yang lama, jika ingin menguasai negara maka pemimpinnya harus disandera terlebih dulu agar para bangsawan yang berada di negaranya akan tunduk secara sukarela.
“Jika dia berada di bawah genggaman kita, siapa lagi yang akan menghalangi kita? Para bangsawan tidak akan berkutik atau para bawahan dalam bentuk apa pun, benar kan?”
Daniel kemudian mengangguk-angguk dan tertawa, dia memuji Daici sangat cerdas saat memiliki rencana, bahkan Daniela tidak pernah berpikir sejauh itu. Dia hanya ingin menghabisi satu persatu untuk menaiki anak tangga, sedangkan Daici berpikir untuk berjalan sekali tapi harus tiba di puncak dengan selangkah.
Daniel tertawa. Dia merasa kagum bekerja sama dengan Daici.
“Tidak ada perempuan yang menjadi seorang pemimpin. Di negara ini yang memimpin harus aku, harus aku!!” teriak Daici kemudian tertawa dengan lantang.
Daniel yang mendengar itu pun ikut tertawa.
Mereka berdua seperti biasa, akan meniduri wanita-wanita yang memijatnya di dalam satu ruangan tanpa rasa malu.