"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 27. Pulang ke kampung Jingga.
Jingga sedang duduk di ranjang nya dan menangis terisak - isak sendirian. Ia baru saja bangun dari tidur nya setelah dia bermimpi bertemu ibunya untuk pertama kali, dan dia tidak rela bangun dari tidur nya begitu saja.
"Hiks.. Hiks.. Hiks.. Bunda." Gumam Jingga.
Pertemuan singkat di dalam mimpi itu membuat Jingga jadi memiliki banyak pertanyaan, dia sangat ingin bertanya tapi ibunya lebih dulu menyuruh Jingga pergi, Jingga terbangun dengan perasaan yang campur aduk.
"Snif! Snif! Hiks.. Hiks.." Akhirnya Jingga menghapus air matanya dan memutuskan bangun untuk Sholat malam.
Jingga meminta pada Allah agar di beri ketenangan dalam hatinya, dia juga mendoakan kedua orang tuannya dan utinya Juga.
"Rabbana aatina fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah, wa qinaa adzabannaari." Jingga lalu mengusap wajah nya.
Setelah nya Jingga merebahkan dirinya di atas sajadah, ia lantas tertidur di atas sajadah nya sampai pagi. Bahkan Jingga sampai melewatkan Sholat subuh nya karena dia bangun kesiangan. Beruntung nya hari itu dia libur sekolah jadi tidak harus buru - buru ke sekolah.
Ayah Ilham sampai mengetuk kamar Jingga karena Jingga tidak biasanya belum keluar kamar jam segitu dan Jingga membuka nya, ayah Ilham terkejut karena melihat mata Jingga yang sembab.
"Kenapa, nak?" Tanya ayah Ilham, Jingga pun menggeleng dan tersenyum.
"Nggak apa - apa kok pa, abis sholat ketiduran lagi." ucap Jingga, ayah Ilham pun mengangguk - angguk.
"Oh, papa kira kamu nangis. Libur sekolah mau jalan - jalan kemana nggak, nak?" Tanya ayah Ilham, Jingga pun sedikit berpikir.
"Mmm.. Kalo pulang ke kampung sebentar boleh nggak, pa? Aku kangen sama Uti, ayah dan bunda." Ujar Jingga, ayah Ilham sedikit tertegun.
Ayah Ilham bisa menebak apa gerangan yang sudah membuat Jingga bangun dengan mata yang sembab, kemungkinan Jingga pasti merindukan keluarga nya yang sudah meninggal.
"Boleh, dong.. tapi kali ini demi keamanan kamu, kamu bawa supir, ya? Papa takut kejadian kayak waktu itu terjadi." Ujar ayah Ilham, Jingga pun mengangguk tanpa menolak.
Jingga akui memang dirinya sedang di incar banyak mata jahat, alangkah lebih baik nya jika pergi dengan mobil sendiri agar meminimalisir hal - hal yang di takutkan akan terjadi.
•○•○•○•
Lalu akhirnya Jingga pun memutuskan untuk pulang ke kampung halaman nya hari itu juga, siang itu bersama Gani. Ayah Ilham tidak ikut karena dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan nya, dia seorang dokter.
"Gani, om titip Jingga, ya?" Ujar ayah Ilham pada Gani yang sudah siap dengan tas ransel nya.
"Iya om, InshaAllah." Sahut Gani.
"Hati - hati di jalan ya, nak? Update lokasi kamu ke papa, supaya papa tenang." Ujar ayah Ilham pada Jingga.
"Iya pa, papa jangan khawatir. Jingga pergi dulu ya pa, Assalamualaikum." Ujar Jingga, lalu salim tangan.
"Waalaikumsalam." Sahut ayah Ilham.
Jingga dan Gani pun masuk mobil dan mobil pun keluar. Tapi saat di depan gerbang, ada Elang yang datang dengan hoverboard nya ingin berkunjung mencari Jingga. Jingga pun menurunkan kaca mobil nya dan memanggil Elang.
"El." panggil Jingga, Elang menoleh.
"Eh, lu mau pergi, Ngga?" Tanya Elang mendekati mobil, Jingga pun membuka pintu mobil nya.
"Iya, dua hari gue mau pulang kampung dulu, sampe ketemu hari senin di sekolah ya." Ujar Jingga.
"Hah?! Pulang kampung??" Elang terkejut lalu melirik kedalam dan hanya ada Gani di dalam nya.
"Papa lo mana?" Tanya Elang.
"Papa nggak ikut, kan kerja." Ujar Jingga.
"Lo cuma sama Gani?" Tanya Elang, dan Jingga mengangguk.
Tiba - tiba tanpa aba - aba lagi Elang mengangkat hoverboard nya dan langsung masuk kedalam mobil Jingga, Jingga dan Gani pun di buat kebingungan oleh Elang.
"Pak jalan pak, gue ikut." Ujar Elang.
"Loh! El, gue mau pulang kampung." Ujar Jingga.
"Iya gue ikut, gue harus jagain elu kan di suruh aki." Ujar Elang, sambil matanya melirik Gani yang juga kebingungan dengen keberadaan Elang di mobil.
"Tap- tapi ini jauh, El." Ujar Jingga.
"Laut juga bakal gue sebrangin, udah ayo jalan pak." Ujar Elang, sambil matanya menyuruh Gani pindah kebelakang.
"Non, gimana?" Tanya supir nya ikut kebingungan.
Ayah Ilham juga keheranan kenapa mobil nya masih berhenti di depan Gerbang, dia pun berjalan hendak menghampiri mobil Jingga.
"Ya udah pak, Jalan." Ujar Jingga, supir pun mengangguk.
Mobil itu jalan dan ayah Ilham pun kembali keheranan karena mobil itu malah sudah jalan, dia pun berbalik dan kembali masuk kedalam rumah.
Dan di dalam mobil, Elang meminta Gani untuk berpindah ke belakang, padahal dia yang baru datang. Gani pun mengalah dan duduk di belakang, dan Elang sendiri duduk di sebelah Jingga. Mobil Jingga ini berpintu geser otomatis (Alphard), jadi mudah untuk berpindah - pindah.
"El, serius ini lu ikut? Kita mau ke kampung gue." Ujar Jingga.
"Iya, Ngga.. Gue ikut." Ujar Elang.
"Tapi lo kan nggak bawa baju." Ujar Jingga, Elang baru ingat itu.
"Oiyah.. Udah lah nggak apa - apa, gue pinjem baju dia ntar." Ujar Elang, melirik Gani.
"Dih, kaya gue mau minjemin elu, PD banget." Ujar Gani.
"Ck! Ya udah ntar gue beli, gampang." Ujar Elang. Anak orang kaya mah bebas, beli dadakan pun bisa.
Elang menatap Gani dengan tatapan sinis, baru dia duduk dengan tenang di kursi nya. Gani menatap Elang dan Jingga bergantian, menurut Gani.. Elang lebih cocok bersama Jingga karena Elang berasal dari keluarga yang kaya dan sudah pasti bisa memberikan kehidupan yang baik untuk Jingga kelak, tidak seperti dirinya.
'Meski Elang nggak ngungkapin perasaan nya ke Jingga, gue tau dia suka sama Jingga. Tapi kalo di lihat dari sudut pandang manapun, Jingga emang lebih cocok sama Elang.' Batin Gani, dia merasa sudah kalah.
"Ni, udah bilang bu de sama pak de kalo kita mau pulang?" Tanya Jingga, membuyarkan lamunan Gani.
"Hm, oh ibu belom bales Ngga, di kampung lagi susah sinyal kayak nya." Sahut Gani, Jingga pun mengangguk - anggukan kepalanya.
Mereka menempuh perjalanan dengan tenang tanpa hambatan karena mereka menempuh perjalanan di siang hari, Jingga, Gani dan Elang tidur saat mereka lelah. Setelah sudah ber jam - jam lamanya tidur, Elang membuka matanya dan pemandangan pertama yang dia liat adalah wajah Jingga yang ternyata menghadap kearah nya sambil terpejam.
Elang tersenyum memperhatikan wajah lucu Jingga saat tertidur, itu kali pertama dia melihat wajah Jingga saat tidur, sangat menggemaskan menurut Elang. Sampai tiba - tiba Jingga bergerak menandakan dia akan segera terbangun dari tidurnya, Elang langsung kembali menutup matanya.
"Hoaamm.." Jingga menguap, dia sungguhan terbangun.
Jingga menatap sekitar dan sepertinya sebentar lagi mereka akan segera sampai di tempat tjuan karena sudah hampir keluar jalan tol.
"Woah, udah mau sampe aja pak." Ujar Jingga pada supir nya.
"Iya non, alhamdulillah lancar jalanan nya." Ujar sang supir.
Elang akhir nya membuka matanya dan berpura - pura seolah dia baru saja bangun, di susul Gani juga yang sudah mulai menggeliat bangun.
"Udah sampe, Ngga?" Tanya Elang.
"Hampir, liat keluar El, ini sudah dekat dengan kampung kelahiranku." Ujar Jingga, dan Elang terkejut karena mendapati pemandangan yang asing menurut nya.
Elang tidak melihat gedung - gedung tinggi, tidak melihat orang - orang yang berpakaian rapi atau yang biasa nya dia lihat di Jakarta, yang Elang lihat adalah pemandangan alam, persawahan dan pegunungan.
"WOAH!" Itu kesan pertama Elang saat melihat pemandangan yang tak pernah dia lihat di kota - kota, Jingga pun terkekeh.
"Tunggu, ini di mana emang?" Tanya Elang celingukan dengan bingung.
"Kampung kelahiran aku." Sahut Jingga.
"Gila, cakep banget pemandangan nya." Ujar Elang, dia langsung mengeluarkan ponsel nya dan mengabadikan pemandangan.
"Hm, di sini si belom ada apa - apa nya, cakepan di tempat kita ya, Ngga?" Ujar Gani.
"Betul." Sahut Jingga.
"Kita?? Maksudnya nya Kita?" Tanya Elang.
"Gue sama Gani lahir di sini, di kampung ini." Ujar Jingga.
"WHAT!!" Elang terkejut, Gani tertawa senang karena mengalahkan Elang sekali.
BERSAMBUNG.
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang